Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kekurangan Zat Besi Berpengaruh terhadap Kecerdasan, lho!

Sesi program IdeaTalks yang bertajuk “Fueling the Future: Fighting Iron Deficiency Anemia, Empowering the Next Generation” di Jakarta, pada Sabtu (1/11/2025).
Sesi program IdeaTalks yang bertajuk “Fueling the Future: Fighting Iron Deficiency Anemia, Empowering the Next Generation” di Jakarta, pada Sabtu (1/11/2025) (IDN Times/Misrohatun)
Intinya sih...
  • Indonesia memiliki prevalensi anemia tertinggi di Asia Tenggara, dengan 1 dari 3 anak dan perempuan usia produktif mengalami defisiensi zat besi.
  • Kekurangan zat besi dapat berdampak pada gangguan perkembangan kognitif atau kecerdasan anak, serta menurunkan kapasitas kognitif dan produktivitas kerja.
  • Pemenuhan zat besi dari makanan harian dan produk bergizi difortifikasi kombinasi zat besi dan vitamin C dapat membantu mencegah anemia defisiensi besi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai negara dengan prevalensi anemia tertinggi di Asia Tenggara.

Tercatat, sekitar 1 dari 3 anak dan perempuan usia produktif masih mengalami kekurangan atau defisiensi zat besi. Sebuah survei juga menunjukkan bahwa 50 persen ibu tidak tahu bahwa kekurangan zat besi dapat berdampak pada kecerdasarn, terutama untuk anak.

Anemia defisiensi besi atau kekurangan zat besi masih menjadi salah satu ancaman serius yang tersembunyi bagi kesehatan bangsa dan bisa berdampak besar terhadap generasi muda. Hal ini menjadi pembahasan menarik dalam sesi program IdeaTalks bertajuk “Fueling the Future: Fighting Iron Deficiency Anemia, Empowering the Next Generation” di Jakarta, pada Sabtu (1/11/2025).

Dampak kekurangan zat besi terhadap perkembangan kognitif

Dokter spesialis anak dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, yang akrab disapa dr. Tiwi, mengatakan bahwa kondisi kekurangan zat besi sejak dini dapat berdampak pada gangguan perkembangan kognitif atau kecerdasan anak, karena zat besi mendukung kemampuan belajar seseorang. Jika kondisi tersebut dibiarkan, maka bisa dampaknya akan dirasakan jangka panjang hingga dewasa.

"Zat besi itu adalah komponen yang penting di sel darah merah. Sel darah merah itu tugasnya adalah membawa nutrisi, membawa makanan ke seluruh tubuh dan membawa oksigen. Jadi dua itu yang membuat kita bisa hidup baik," katanya.

Artinya, sel darah merah akan membawa nutrisi ke semua organ, termasuk otak, jantung, paru, dan pencernaan. Jadi, jika seorang ibu hamil kekurangan sel darah merah, transfer ke janin juga akan berkurang.

Dampak kekurangan zat besi

Seorang perempuan mengonsumsi suplemen zat besi.
ilustrasi minum suplemen (freepik.com/stefamerpik)

Secara biomedis, zat besi adalah salah satu elemen yang membentuk inti kehidupan manusia. Hemoglobin pada sel darah merah yang menjadi kendaraan oksigen dan sejumlah gizi penting untuk tubuh, memiliki struktur besi yang krusial. Ketika asupan zat besi tidak tercukupi, tubuh kehilangan kemampuan memproduksi hemoglobin dalam jumlah cukup, menyebabkan otak kekurangan oksigen. 

Efeknya bukan cuma pada fisik yang lemah, tetapi juga kapasitas kognitif. Kekurangan oksigen di otak menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, kecemasan, bahkan depresi.

Kondisi tersebut bisa membuat kebugaran dan ketangkasan berpikir berkurang, yang tentu saja bisa membuat prestasi belajar dan produktivitas kerja jadi menurun.

“Agar asupan zat besi bisa terpenuhi dengan optimal guna mencegah defisiensi zat besi, penting untuk memastikan asupan gizi lengkap dan seimbang yang kaya akan zat besi terutama protein hewani (zat besi heme) seperti daging merah, hati ayam, telur, ikan atau dari sumber nabati (zat besi non-heme) seperti kacang-kacangan dan bayam," ujar dr. Tiwi.

Pemenuhan zat besi selain dari makanan harian sesuai dengan rekomendasi tenaga kesehatan, juga dapat dilengkapi dengan jenis makanan atau minuman yang difortifikasi kombinasi zat besi dan vitamin C untuk mengoptimalkan penyerapan zat besi hingga dua kali lipat.

Sarihusada turut berperan

Dalam kesempatan yang sama, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, Medical Science Director Sarihusada, mengatakan bahwa Sarihusada memahami defisiensi zat besi merupakan masalah nyata yang dapat menghambat potensi generasi muda Indonesia. 

"Memerangi anemia defisiensi besi menjadi salah satu misi Sarihusada untuk berpartisipasi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan membentuk generasi yang kuat dan berdaya saing. Dalam upaya memerangi anemia defisiensi besi, Sarihusada telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung penyediaan inovasi produk bergizi, salah satunya fokus dalam mendukung penanganan dan pencegahan anemia defisiensi besi di Indonesia," jelasnya.

Berbagai inisiatif dan kolaborasi telah dilakukan, di antaranya:

  • Membuat alat bantu deteksi dini kekurangan asupan zat besi anak pertama di Indonesia melalui Kalkulator Zat Besi. Hasilnya bisa diketahui kurang dari 3 menit. Kalkulator ini dapat digunakan secara mudah dan mandiri yang bisa diakses melalui website www.generasimaju.co.id, dan dapat dijadikan sebagai alat pemantauan berkala sebelum pemeriksaan selanjutnya oleh tenaga kesehatan.
  • Bersama berbagai pemangku kepentingan menginisiasi program edukasi dan skrining untuk meningkatkan kesadaran serta pencegahan anemia defisiensi besi. Hingga kini, jumlah skrining telah tembus lebih dari satu juta.
  • Produk susu pertumbuhan SGM Eksplor mengandung IronC, kombinasi zat besi dan vitamin C yang membantu penyerapan zat besi hingga dua kali lipat. Inovasi ini menjadi bagian dari komitmen dalam mendukung pemenuhan zat besi optimal bagi anak Indonesia.
  • Adanya layanan edukasi gizi Nutri-Care Experts yang dapat diakses 24/7 via telepon ataupun media sosial. Layanan ini bekerja sama dengan profesional yang memiliki latar belakang ilmu gizi, kebidanan, dan keperawatan sebagai bentuk dukungan berkelanjutan dalam mencegah anemia defisiensi besi dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Memerangi anemia defisiensi besi bukan cuma tanggung jawab tenaga medis, tetapi gerakan bersama masyarakat. Oleh karena itu, perlu kolaborasi lintas sektor mulai dari pemerintah, swasta, komunitas, hingga media untuk membangun kesadaran publik yang berkelanjutan tentang penanganan anemia defisiensi besi di Indonesia.

Share
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Setelah Olahraga Lebih Baik Mandi Air Hangat atau Air Dingin?

03 Nov 2025, 14:04 WIBHealth