Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi vaksin (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Meskipun vaksin BCG dapat mencegah bentuk TBC yang parah pada anak kecil dan bayi, tetapi vaksin BCG tidak dapat memicu respons perlindungan terhadap penyakit TBC tingkat lanjut, seperti TBC paru, pada orang dewasa muda/lansia dan negara-negara endemis M. tb.
  • Selain itu, efektivitas vaksin BCG terbatas jika diberikan kepada orang berusia di atas 35 tahun. 
  • Ada 17 vaksin TBC dalam pengembangan klinis, termasuk vaksin mRNA, protein/adjuvant, dan mikobakteri hidup yang dilemahkan.

Meskipun ada berbagai upaya eliminasi, tetapi tuberkulosis (sering disingkat TB atau TBC) masih menjadi ancaman bagi kesehatan dunia, yang secara tidak proporsional memengaruhi negara-negara yang kurang berkembang dan miskin.

Vaksin Bacillus Calmette-Guérin (BCG), satu-satunya vaksin anti-TBC yang mengantongi izin, dapat menghentikan sebagian infeksi dan penularan TBC. Namun, efektivitasnya berkisar antara 0 hingga 80 persen. Jadi, ada kebutuhan mendesak untuk vaksinasi TBC yang lebih manjur, mengingat insiden penyakit ini yang meluas.

Sejarah vaksin BCG

Pada awal tahun 1900-an, vaksin BCG dikembangkan oleh peneliti Albert Calmette dan Camille Guérin untuk melindungi dari TBC dan komplikasi terkait. Vaksin ini digunakan secara luas di beberapa wilayah Eropa, seperti Prancis dan Jerman, pada tahun 1920-an.

Vaksin ini tidak lagi disukai setelah bencana Lübeck pada tahun 1930, yang mana 251 anak menerima tiga dosis BCG oral yang terkontaminasi patogen Mycobacterium tuberculosis (M. tb). Akibatnya, 73 bayi, yang merupakan bagian dari distribusi klinis di Lübeck, Jerman, meninggal secara tragis pada tahun pertama setelah menerima versi vaksin yang bermasalah tersebut.

Dalam persidangan tahun 1931, dokter George Deycke dan Ernst Altstädt dinyatakan bersalah atas pembunuhan karena kelalaian. Tragedi di Lübeck memicu ketidakpercayaan terhadap vaksin tersebut, meskipun sebenarnya kontaminasi vaksin itulah yang menyebabkan tragedi tersebut. Butuh waktu lebih dari sepuluh tahun, metode pemberian baru, dan peningkatan kasus TBC agar minat masyarakat terhadap vaksin meningkat lagi.

Lebih dari satu dekade kemudian, vaksin BCG kembali digunakan sebagai respons terhadap meningkatnya angka TBC global setelah Perang Dunia II. Vaksin ini menyebar ke lebih banyak negara Eropa pada tahun 1940-an dan 1950-an.

Keterbatasan BCG dan perlunya pengembangan vaksin baru

ilustrasi vaksin (freepik.com/freepik)

Menurut beberapa penelitian, meskipun efek samping vaksin BCG dapat ditoleransi dan merupakan satu-satunya vaksin yang tersedia untuk melawan TBC, tetapi vaksin ini secara umum dilaporkan memiliki beberapa kekurangan.

Meskipun vaksin BCG dapat mencegah bentuk TBC yang parah pada anak kecil dan bayi, tetapi beberapa faktor telah menyebabkan pengembangan vaksin baru. Vaksin BCG tidak dapat memicu respons perlindungan terhadap penyakit TBC tingkat lanjut, seperti TBC paru, pada orang dewasa muda/lansia dan negara-negara endemis M. tb.

Selain itu, menurut temuan studi, reaksi merugikan dan konsekuensi terkait vaksinasi BCG dapat mencakup limfadenitis suportif, abses lokal, dan, dalam kasus yang jarang terjadi, BCG diseminata (kondisi ketika bakteri hidup dari vaksin BCG menyebar ke berbagai bagian tubuh dan menyebabkan infeksi serius), yang terutama penting bagi pasien HIV-positif atau bayi yang tidak dapat divaksinasi dengan BCG.

Secara umum, vaksin BCG:

  • Berfungsi paling baik untuk melindungi bayi dan anak kecil dari jenis TBC yang paling berbahaya, seperti TBC di otak (meningitis TB), yang dapat mematikan.
  • Tidak terlalu efektif untuk melawan TBC paru pada orang dewasa, yang merupakan jenis TBC yang menular. 
  • Efektivitasnya terbatas jika diberikan kepada orang berusia di atas 35 tahun. Jika seseorang mendapatkan vaksin BCG setelah usia 35 tahun, tubuhnya kemungkinan tidak akan merespons dengan baik, sehingga vaksin tersebut tidak akan terlalu membantu.
  • Kurang efektif jika diberikan kepada bayi yang terinfeksi HIV di wilayah tropis. Pada bayi yang memiliki HIV, terutama di wilayah tropis, BCG tidak berfungsi dengan baik—bahkan mungkin berisiko bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.

Karena alasan-alasan tersebut, vaksin baru yang lebih aman dan lebih efektif terhadap M.tb sangat dibutuhkan.

Ada berapa kandidat vaksin TBC?

Menurut "2024 TB Vaccine Pipeline Report" dari Treatment Action Group (TAG), saat ini terdapat sekitar 17 vaksin yang sedang dalam tahap pengembangan klinis dari fase I hingga fase III di dunia.

Vaksin-vaksin tersebut termasuk dalam beberapa jenis vaksin yaitu: vaksin vektor virus, vaksin inaktif mikobakteri, vaksin mikobakteri hidup yang dilemahkan, vaksin subunit protein, dan vaksin mRNA.

Berikut daftar kandidat vaksin TBC berdasarkan fase uji klinisnya:

Fase I

  • TB/FLU-05E (vaksin vektor virus)
  • Ad5-105K (vaksin vektor virus)
  • H107e/CAF10b (protein/adjuvant)
  • RH119 (mRNA)

Fase IIa

  • ChAdOx1 85A + MVA85A (vaksin vektor virus)
  • AEC/BC02 (protein/adjuvant)
  • BNT164a1 (mRNA)
  • BNT164b1 (mRNA)

 Fase IIb

  • DAR-901 (mikobakteri yang dinonaktifkan)
  • RUTI (mikobakteri yang dinonaktifkan)
  • ID93/GLA-SE juga dikenal sebagai QTP101 (protein/adjuvant)

Fase III

  • MIP (Immuvac) - (mikobakteri yang dinonaktifkan)
  • VPM1002 (mikobakteri hidup yang dilemahkan)
  • MTBVAC juga dikenal sebagai BBV169 (mikobakteri hidup yang dilemahkan)
  • BCG (vaksin perjalanan) - (mikobakteri hidup yang dilemahkan)
  • GamTBVac (protein/adjuvant)
  • M72/AS01E (protein/adjuvant)

Pengembangan vaksin TBC yang lebih aman dan lebih efektif sangat dibutuhkan. Walaupun vaksin BCG telah memainkan peran penting, tetapi perlindungannya terbatas—terutama untuk remaja dan orang dewasa—tidak memadai dalam menghadapi beban TBC saat ini.

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi di dunia, memiliki peran penting dalam upaya ini. Salah satunya secara aktif berpartisipasi dalam uji klinis fase III vaksin M72/AS01E, kandidat yang menjanjikan dalam mencegah penyakit TBC aktif pada orang dewasa yang terinfeksi.

Dengan TBC yang terus merenggut nyawa dan membebani sistem kesehatan masyarakat, mempercepat inovasi vaksin bukan hanya sekadar upaya ilmiah, melainkan merupakan kebutuhan kesehatan masyarakat.

Referensi

Pallavi Khandelia, Shikha Yadav, and Pratichi Singh, “An Overview of the BCG Vaccine and Its Future Scope,” Indian Journal of Tuberculosis 70 (January 1, 2023): S14–23, https://doi.org/10.1016/j.ijtb.2023.05.012.
Peter Donald et al., “Pathogenesis of Tuberculosis: The 1930 Lübeck Disaster Revisited,” European Respiratory Review 31, no. 164 (June 28, 2022): 220046, https://doi.org/10.1183/16000617.0046-2022.
Simona Luca and Traian Mihaescu, “History of BCG Vaccine,” March 1, 2013, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3749764/.
Linda Bryder, “‘We Shall Not Find Salvation in Inoculation’: BCG Vaccination in Scandinavia, Britain and the USA, 1921–1960,” Social Science & Medicine 49, no. 9 (November 1, 1999): 1157–67, https://doi.org/10.1016/s0277-9536(99)00157-4.
"Everything You Need to Know About the Tuberculosis Vaccine." Verywell Health. Diakses April 2025.
Marzie Mahdizade Ari et al., “The BCG Vaccine, Advantages, and Disadvantages of Introducing New Generation Vaccines Against Mycobacterium Tuberculosis,” Clinical and Experimental Vaccine Research 13, no. 3 (January 1, 2024): 184, https://doi.org/10.7774/cevr.2024.13.3.184.
Shima Mahmoudi et al., “Adverse Reactions toMycobacterium Bovisbacille Calmette-Guérin Vaccination Against Tuberculosis in Iranian Children,” Clinical and Experimental Vaccine Research 4, no. 2 (January 1, 2015): 195, https://doi.org/10.7774/cevr.2015.4.2.195.
Banurekha Velayutham and V.V. Banu Rekha, “Overview of the Tuberculosis Vaccine Development Landscape Dr P.K.Sen TAI Gold Medal Oration,” Indian Journal of Tuberculosis, January 1, 2025, https://doi.org/10.1016/j.ijtb.2025.01.004.
"2024 TB Vaccine Pipeline Report". Treatment Action Group (TAG). Diakses Mei 2025.

Editorial Team