Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi minum obat atau suplemen (IDN Times/Novaya Siantita)
ilustrasi minum obat atau suplemen (IDN Times/Novaya Siantita)

Intinya sih...

  • Selama 3,3 tahun, peneliti memantau kesehatan kardiovaskular peserta yang menjaga kadar kalium tinggi-normal dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan khusus.

  • Pada akhir penelitian, hanya 22,7 persen peserta dengan kadar kalium tinggi-normal yang mengalami kejadian serius terkait jantung, dibandingkan dengan 29,2 persen pada kelompok kontrol.

  • Detak jantung terjadi karena adanya sinyal listrik kecil di dalam sel otot jantung. Nah, kalium punya peran penting dalam menjaga sinyal tersebut tetap berjalan normal.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bagi orang yang berisiko tinggi mengalami aritmia ventrikel, menjaga kadar kalium dalam batas tinggi-normal ternyata bisa memberikan hasil yang lebih baik bagi kesehatan jantung. Hal ini dibuktikan lewat sebuah uji klinis acak terbaru yang melibatkan 1.200 pasien dengan defibrilator kardioverter implan atau implanted cardioverter defibrillators (ICD).

Penelitian ini dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine tahun 2025 dan dilakukan di tiga lokasi di Denmark. Studi ini diberi nama POTCAST trial (Targeted Potassium Levels to Decrease Arrhythmia Burden in High-Risk Patients with Cardiovascular Diseases). Selama 3,3 tahun, peneliti memantau kesehatan kardiovaskular peserta yang menjaga kadar kalium tinggi-normal dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan khusus.

Sebagai informasi, aritmia ventrikel adalah gangguan irama jantung yang bermula di bilik jantung bagian bawah, yaitu ventrikel. Pada kondisi ini, jantung berdetak terlalu cepat sehingga darah yang kaya akan oksigen sulit mencapai otak dan seluruh tubuh, yang berisiko memicu henti jantung.

1. Hasil uji klinis: kalium tinggi-normal membuat jantung lebih stabil

Pada akhir penelitian, hanya 22,7 persen peserta dengan kadar kalium tinggi-normal yang mengalami kejadian serius terkait jantung, dibandingkan dengan 29,2 persen pada kelompok kontrol. Hasilnya:

  • Hanya 15,3 persen peserta dengan kadar kalium tinggi-normal yang mengalami takikardia ventrikel atau membutuhkan ICD, dibandingkan 20,3 persen pada kelompok normal.

  • Untuk rawat inap akibat aritmia, hanya 6,7 persen dari kelompok kalium tinggi-normal yang dirawat lebih dari 24 jam, sedangkan pada kelompok tanpa perlakuan mencapai 10,7 persen.

  • Tidak ada perbedaan signifikan terkait risiko hiperkalemia (kelebihan kalium) maupun hipokalemia (kekurangan kalium).

Target kadar kalium yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 4,5–5,0 mmol/L, sedangkan rata-rata kadar awal peserta adalah 4,01 mmol/L. Untuk mencapainya, peserta mendapat antagonis reseptor mineralokortikoid, suplemen kalium, serta panduan diet tinggi kalium. Mereka juga mengurangi atau menghentikan penggunaan diuretik yang bisa menurunkan kadar kalium.

2. Peran kalium dalam kesehatan jantung

Detak jantung terjadi karena adanya sinyal listrik kecil di dalam sel otot jantung. Nah, kalium punya peran penting dalam menjaga sinyal tersebut tetap berjalan normal. Mineral ini membantu jantung berdetak teratur dan stabil, sekaligus mencegah gangguan irama jantung yang bisa berbahaya.

Sebagian besar kebutuhan kalium bisa dipenuhi dari makanan sehari-hari. Makanan yang kaya akan kalium bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah karena mampu menyeimbangkan efek natrium (garam) dalam tubuh. Caranya, kalium membantu membuang kelebihan natrium lewat urine dan membuat dinding pembuluh darah jadi lebih rileks.

3. Titik ideal kadar kalium dalam darah

ilustrasi minum suplemen kalium (pexels.com/Pavel Daniyuk)

Para peneliti dalam uji coba ini berusaha mencari tahu “sweet spot” atau titik ideal kadar kalium dalam darah. Sayangnya, menemukan kadar yang pas itu memang agak rumit.

Kalium yang terlalu rendah bisa memicu gangguan irama jantung, begitu juga kalau terlalu tinggi. Misalnya, kadar yang sangat rendah (di bawah 2,5 mmol/L) bisa sangat berbahaya, sementara kadar 2,5–2,9 mmol/L masih tergolong risiko sedang. Di sisi lain, kadar kalium yang terlalu tinggi juga bisa memicu masalah serius, seperti fibrilasi ventrikel atau bahkan jantung berhenti berdetak. Selain berpengaruh pada detak jantung yang terlihat di EKG, kelebihan kalium juga bisa memengaruhi fungsi saraf dan otot, termasuk membuat otot diafragma (otot utama pernapasan) menjadi lemah.

Karena itu, dokter harus hati-hati saat memberi suplemen kalium atau obat lain yang bisa menaikkan kadar kalium darah. Tujuannya tentu supaya pasien mendapat manfaat tanpa mengalami efek samping berbahaya.

4. Kenapa kadar kalium bisa tidak normal?

Penyebab paling umum adalah gangguan fungsi ginjal karena ginjal berperan penting mengatur kadar kalium dalam darah. Selain itu, obat-obatan tertentu seperti diuretik (misalnya furosemid, bumetanid, metolazon) juga bisa menurunkan kalium secara signifikan.

Jika kadar kalium tidak normal, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau tim spesialis jantung untuk mencari penyebabnya.

5. Sumber makanan tinggi kalium

Kalium sebenarnya mudah diperoleh dari makanan sehari-hari tanpa perlu selalu mengandalkan suplemen. Beberapa sumber terbaik kalium antara lain:

  • Alpukat.

  • Bayam.

  • Kentang.

  • Ubi jalar.

  • Pisang.

  • Jeruk.

  • Melon.

  • Kurma.

  • Kismis.

  • Tomat dan olahannya (saus, jus, pasta).

  • Kacang polong.

  • Buncis.

  • Jamur.

  • Susu rendah lemak dan yoghurt tanpa lemak.

Mengonsumsi makanan-makanan tersebut secara rutin dapat membantu menjaga kadar kalium tetap stabil, sekaligus melindungi jantung dari risiko aritmia dan komplikasi kardiovaskular lainnya.

Penelitian POTCAST memberikan bukti kuat bahwa menjaga kadar kalium dalam batas tinggi-normal bisa mengurangi risiko aritmia serius pada pasien dengan penyakit jantung. Meski begitu, kadar kalium harus tetap diawasi dengan ketat agar tidak terlalu rendah atau justru berlebihan.

Cara paling aman untuk menjaga keseimbangan kalium adalah dengan pola makan sehat tinggi kalium, pemantauan medis rutin, serta penyesuaian obat bila diperlukan. Dengan begitu, jantung tetap bisa berdetak stabil dan terhindar dari gangguan berbahaya.

Referensi

Christian Jøns et al., “Increasing the Potassium Level in Patients at High Risk for Ventricular Arrhythmias,” New England Journal of Medicine, August 29, 2025, https://doi.org/10.1056/nejmoa2509542.

"Why Potassium Supplements Might Help Lower Heart Failure Risk." Medical News Today. Diakses pada September 2025.

"How to Increase Your Potassium for Heart Failure Patients." The Rotherham NHS Foundation Trust. Diakses pada September 2025.

"Potassium and Heart Failure: Regulating Potassium Levels." Verywell Health. Diakses pada September 2025.

"Types of Ventricular Arrhythmia." Stanford Medicine. Diakses September 2025.

Editorial Team