Kalau bicara soal sakit perut, ada satu kondisi yang sering bikin cemas, yaitu radang usus buntu atau apendisitis. Organ kecil yang biasanya “diam” ini bisa tiba-tiba berubah menjadi sumber rasa sakit hebat, bahkan bisa berbahaya. Gejalanya sering muncul mendadak, tanpa peringatan.
Radang usus buntu akut adalah penyebab utama tindakan operasi perut pada anak-anak, sekaligus menjadi kasus kegawatdaruratan bedah perut yang paling banyak terjadi di dunia.
Radang usus buntu terjadi ketika bagian usus buntu mengalami peradangan, infeksi, iritasi, atau tersumbat, sehingga ukurannya membengkak secara tidak normal. Saat usus buntu meradang, risiko infeksi bakteri meningkat tajam.
Dalam banyak kasus, penyebabnya hampir selalu sama, yaitu usus buntu tersumbat. Begitu tersumbat, bakteri yang biasanya ada di dalamnya akan “terperangkap,” berkembang biak, dan memicu infeksi. Lama-kelamaan, dinding usus buntu bisa menebal, bernanah, bahkan pecah. Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh fekalit, semacam batu kecil yang terbentuk dari tinja yang kering dan keras, lalu menyumbat saluran usus buntu.
Ada empat tahap perkembangan apendisitis yang menggambarkan tingkat keparahan dan komplikasinya: simpel (radang ringan), supuratif (mulai bernanah), gangrenosa (jaringan mati), dan perforasi (pecahnya usus buntu). Tahapan ini bisa berkembang dari pembengkakan ringan hingga kondisi darurat ketika usus buntu benar-benar pecah. Untuk lebih detailnya, baca ulasan di bawah ini, ya!