Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi vitamin C (unsplash.com/Diana Polekhina)

Intinya sih...

  • Kekurangan vitamin C dapat memengaruhi kesehatan kulit dan pertumbuhan rambut tubuh.
  • Kondisi kulit kasar, keratosis pilaris, dan pertumbuhan rambut spiral dapat menjadi tanda-tanda kekurangan vitamin C.
  • Mudah memar, luka lambat sembuh, dan nyeri sendi juga bisa menjadi gejala kekurangan vitamin C.

Vitamin C merupakan nutrisi penting dalam menjaga kesehatan. Sayangnya, tubuh tidak dapat memproduksi vitamin ini sendiri, sehingga harus diperoleh melalui asupan makanan atau suplemen secara teratur.

Kekurangan atau defisiensi vitamin C bisa terjadi akibat berbagai faktor, seperti pola makan yang buruk, kebiasaan merokok, alkoholisme, anoreksia, gangguan mental berat, hingga perawatan medis tertentu seperti dialisis.

Meski gejala defisiensi vitamin C yang parah biasanya muncul setelah berbulan-bulan, tetapi ada beberapa tanda halus yang bisa menjadi peringatan dini. Berikut daftar tanda dan gejala kekurangan vitamin C yang perlu kamu waspadai.

1. Kulit kasar dengan bintik-bintik di kulit

ilustrasi kulit kering (pexels.com/Jenna Hamra)

Salah satu tanda awal defisiensi vitamin C adalah munculnya kulit yang kasar dan bintik di kulit. Kondisi ini terjadi karena vitamin C berperan penting dalam produksi kolagen, protein utama yang menjaga kulit tetap halus dan elastis.

Kekurangan kolagen bisa menyebabkan kulit mengembangkan keratosis pilaris. Ini adalah kondisi ketika mana sel kulit mati menyumbat folikel rambut, menghasilkan tekstur kasar seperti "kulit ayam." Biasanya, bintil-bintil ini paling sering muncul di bagian belakang lengan, paha, atau bokong.

2. Rambut tubuh berbentuk spiral (corkscrew)

Defisiensi vitamin C juga bisa memengaruhi pertumbuhan rambut tubuh. Salah satu tanda unik yang dapat muncul adalah rambut tubuh yang tumbuh dengan bentuk spiral atau melingkar seperti corkscrew. Kondisi ini terjadi karena kelemahan struktur protein dalam folikel rambut akibat kurangnya vitamin C.

Gejala ini mungkin tidak terlihat jelas karena rambut yang rusak ini lebih mungkin patah atau rontok. Kelainan rambut ini sering kali sembuh dalam waktu satu bulan setelah perawatan dengan jumlah vitamin C yang cukup.

3. Folikel rambut merah cerah

ilustrasi rambut rontok (freepik.com/freepik)

Folikel rambut di permukaan kulit mengandung banyak pembuluh darah kecil yang memasok darah dan nutrisi ke area tersebut. Ketika tubuh kekurangan vitamin C, pembuluh darah kecil ini menjadi rapuh dan mudah pecah. Ini menyebabkan bintik-bintik merah terang kecil muncul di sekitar folikel rambut.

Kondisi ini dikenal sebagai pendarahan perifolikular dan merupakan tanda kekurangan vitamin C yang parah, menurut beberapa penelitian. 

Mengonsumsi suplemen vitamin C biasanya bisa mengatasi gejala ini dalam waktu dua minggu. 

4. Kuku berbentuk sendok dengan bintik-bintik atau garis merah

Kuku berbentuk sendok ditandai dengan bentuknya yang cekung dan sering kali tipis serta rapuh. Gejala ini lebih sering dikaitkan dengan anemia defisiensi besi, tetapi juga dikaitkan dengan defisiensi vitamin C. 

Bintik-bintik merah atau garis vertikal di dasar kuku juga bisa muncul selama kekurangan vitamin C karena pembuluh darah yang melemah dan mudah pecah.

Meskipun tampilan visual kuku jari tangan dan kaki bisa membantu menentukan kemungkinan defisiensi vitamin C, tetapi perlu dicatat bahwa ini tidak bisa digunakan sebagai diagnostik.

5. Kulit kering dan rusak

ilustrasi kulit kering (freepik.com/shurkin_son)

Kulit yang sehat mengandung banyak vitamin C, terutama di epidermis, atau lapisan luar kulit.

Vitamin C menjaga kesehatan kulit dengan melindunginya dari kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh sinar matahari dan paparan polutan seperti asap rokok. Vitamin C juga mendorong produksi kolagen, yang membuat kulit tampak segar dan awet muda. 

Asupan vitamin C yang tinggi dikaitkan dengan kualitas kulit yang lebih baik, sementara asupan yang lebih rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko kulit kering dan keriput sebesar 10 persen. 

Meskipun kulit kering dan rusak bisa dikaitkan dengan kekurangan vitamin C, tetapi kondisi ini juga bisa disebabkan oleh banyak faktor lain. Oleh karena itu, gejala ini saja tidak cukup untuk mendiagnosis defisiensi.

6. Kulit mudah memar

Memar terjadi ketika pembuluh darah di bawah kulit pecah, menyebabkan darah bocor ke area di sekitarnya. Mudah memar adalah tanda umum kekurangan vitamin C karena produksi kolagen yang buruk menyebabkan pembuluh darah lemah. 

Memar akibat kekurangan vitamin C bisa menutupi area tubuh yang luas atau muncul sebagai titik-titik kecil berwarna ungu di bawah kulit. 

Mudah memar sering kali merupakan salah satu gejala awal kekurangan vitamin C dan harus memerlukan penyelidikan lebih lanjut oleh dokter.

7. Luka sembuh lebih lama

ilustrasi luka pada kulit (pexels.com/MART PRODUCTION)

Karena kekurangan vitamin C memperlambat laju pembentukan kolagen, kondisi ini menyebabkan luka sembuh lebih lambat. 

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan ulkus kaki kronis yang tidak kunjung sembuh lebih mungkin mengalami kekurangan vitamin C dibandingkan mereka yang tidak mengalami ulkus kaki kronis.

Pada kasus kekurangan vitamin C yang parah, luka lama bahkan bisa terbuka kembali, sehingga meningkatkan risiko infeksi. 

Penyembuhan luka yang lambat merupakan salah satu tanda kekurangan vitamin C yang lebih lanjut. Tanda ini biasanya tidak terlihat hingga seseorang mengalami kekurangan vitamin C selama berbulan-bulan.

8. Sendi bengkak dan nyeri

Karena sendi mengandung banyak jaringan ikat yang kaya kolagen, sendi juga bisa terpengaruh oleh kekurangan vitamin C.

Ada banyak kasus nyeri sendi yang dilaporkan terkait dengan kekurangan vitamin C, yang sering kali cukup parah hingga menyebabkan pincang atau kesulitan berjalan.

Pendarahan dalam sendi juga bisa terjadi pada orang yang kekurangan vitamin C yang menyebabkan pembengkakan dan nyeri tambahan. Namun, kedua gejala ini umumnya bisa diobati dengan suplemen vitamin C dan dapat sembuh dalam waktu satu minggu. 

9. Tulang yang lemah

ilustrasi permasalahan tulang belakang (pixabay.com/Vilkasss)

Kekurangan vitamin C juga bisa memengaruhi kesehatan tulang. Faktanya, asupan rendah telah dikaitkan dengan peningkatan risiko patah tulang dan osteoporosis. 

Penelitian telah menemukan bahwa vitamin C memainkan peran penting dalam pembentukan tulang. Oleh karena itu, kekurangan vitamin C bisa meningkatkan laju pengeroposan tulang.

Tulang anak-anak bisa sangat terpengaruh oleh kekurangan vitamin C karena mereka masih tumbuh dan berkembang.

10. Gusi merah, bengkak, dan berdarah

Gusi yang merah, bengkak, dan mudah berdarah adalah salah satu gejala umum dari defisiensi vitamin C. Tanpa asupan vitamin C yang cukup, jaringan gusi menjadi melemah dan meradang, sementara pembuluh darah di area tersebut menjadi lebih rentan untuk pecah.

Pada tahap lanjut kekurangan vitamin C, gusi bisa berubah warna menjadi ungu dan bahkan mulai membusuk. Kondisi ini bisa sangat merusak kesehatan gigi, karena gusi yang tidak sehat bisa menyebabkan gigi tanggal akibat melemahnya lapisan dentin.

Dentin adalah lapisan dalam gigi yang mudah terdegradasi tanpa dukungan dari gusi yang kuat.

11. Kekebalan tubuh yang buruk

ilustrasi sakit (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Penelitian menunjukkan bahwa vitamin C terakumulasi di dalam berbagai jenis sel imun untuk membantu mereka melawan infeksi dan menghancurkan patogen penyebab penyakit. 

Kekurangan vitamin C dikaitkan dengan kekebalan tubuh yang buruk dan risiko infeksi yang lebih tinggi, termasuk penyakit serius seperti pneumonia. 

Bahkan, banyak pasien skorbut (penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C) yang akhirnya meninggal akibat infeksi. Ini karena sistem kekebalan tubuh mereka tidak bisa berfungsi dengan baik tanpa dukungan vitamin C yang cukup.

12. Anemia defisiensi zat besi yang persisten

Defisiensi vitamin C sering kali terjadi bersamaan dengan anemia defisiensi besi. Gejala anemia ini meliputi kulit pucat, kelelahan, sesak napas saat berolahraga, kulit dan rambut kering, sakit kepala, serta kuku berbentuk sendok.

Kekurangan vitamin C bisa memperburuk anemia dengan mengurangi penyerapan zat besi dari makanan berbasis tumbuhan dan memengaruhi metabolisme.

Selain itu, defisiensi vitamin C juga meningkatkan risiko perdarahan berlebihan yang bisa memperburuk anemia. Jika anemia defisiensi zat besi berlangsung lama tanpa penyebab yang jelas, ada baiknya untuk memeriksa kadar vitamin C dalam tubuh.

13. Kelelahan dan suasana hati yang buruk

ilustrasi kelelahan (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dua tanda awal kekurangan vitamin C yang sering muncul adalah kelelahan dan suasana hati yang buruk. Gejala-gejala ini bisa muncul bahkan sebelum kekurangan vitamin C mencapai tingkat yang parah.

Kelelahan yang berkelanjutan dan peningkatan rasa mudah tersinggung adalah respons tubuh terhadap rendahnya kadar vitamin C. Ini bisa memengaruhi energi dan keseimbangan hormon.

Untungnya, gejala-gejala ini sering kali bisa hilang dalam beberapa hari setelah asupan vitamin C yang cukup, atau bahkan dalam waktu 24 jam setelah suplementasi dosis tinggi.

14. Kenaikan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya

Vitamin C bisa membantu melindungi dari obesitas dengan mengatur pelepasan lemak dari sel-sel, mengurangi hormon stres, dan mengurangi peradangan. 

Penelitian telah menemukan hubungan yang konsisten antara asupan vitamin C yang rendah dan kelebihan lemak tubuh. Akan tetapi, masih belum jelas apakah itu merupakan hubungan sebab akibat. 

Menariknya, kadar vitamin C dalam darah yang rendah telah dikaitkan dengan jumlah lemak perut yang lebih tinggi, bahkan pada individu dengan berat badan normal. 

Meskipun kelebihan lemak tubuh saja tidak cukup untuk menunjukkan kekurangan vitamin C, mungkin ada baiknya untuk memeriksanya setelah faktor-faktor lain disingkirkan.

15. Peradangan kronis dan stres oksidatif

ilustrasi orang stres (pexels.com/Tim Gouw)

Vitamin C adalah salah satu antioksidan larut dalam air yang paling penting bagi tubuh. Fungsinya dalam melawan radikal bebas sangat vital, karena radikal bebas dapat menyebabkan stres oksidatif dan peradangan yang berpotensi merusak sel-sel tubuh.

Stres oksidatif dan peradangan ini telah dikaitkan dengan banyak penyakit kronis, seperti penyakit jantung dan diabetes. Oleh karena itu, menjaga kadar vitamin C yang cukup bisa sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Studi menunjukkan, rendahnya asupan vitamin C berhubungan dengan tingkat peradangan dan stres oksidatif yang lebih tinggi.

Bahkan, satu studi menemukan bahwa orang dewasa dengan kadar vitamin C darah terendah hampir 40 persen lebih mungkin mengalami gagal jantung dalam waktu 15 tahun dibandingkan mereka yang memiliki kadar vitamin C darah tertinggi. 

Kekurangan vitamin C bisa menimbulkan berbagai gejala yang seringkali terabaikan pada tahap awal. Meskipun gejala-gejala seperti kelelahan, gusi berdarah, atau kulit kasar bisa jadi tidak terlalu mencolok, mereka adalah tanda peringatan penting dari tubuh. Penting untuk memperhatikan asupan vitamin C agar tubuh tetap dalam kondisi optimal. 

Referensi

Galimberti, Fabrizio, and Natasha A. Mesinkovska. “Skin Findings Associated with Nutritional Deficiencies.” Cleveland Clinic Journal of Medicine 83, no. 10 (October 1, 2016): 731–39. 
Pullar, Juliet, Anitra Carr, and Margreet Vissers. “The Roles of Vitamin C in Skin Health.” Nutrients 9, no. 8 (August 12, 2017): 866.
Pimentel, Laura. “Scurvy: Historical Review and Current Diagnostic Approach.” The American Journal of Emergency Medicine 21, no. 4 (July 1, 2003): 328–32.
Morton, Deborah J., Elizabeth L. Barrett‐Connor, and Diane L. Schneider. “Vitamin C Supplement Use and Bone Mineral Density in Postmenopausal Women.” Journal of Bone and Mineral Research 16, no. 1 (January 1, 2001): 135–40. 
Olmedo, Jesse M., James A. Yiannias, Elizabeth B. Windgassen, and Michael K. Gornet. “Scurvy: A Disease Almost Forgotten.” International Journal of Dermatology 45, no. 8 (April 18, 2006): 909–13.
Carr, Anitra, and Silvia Maggini. “Vitamin C and Immune Function.” Nutrients 9, no. 11 (November 3, 2017). 
Lopez, Anthony, Patrice Cacoub, Iain C Macdougall, and Laurent Peyrin-Biroulet. “Iron Deficiency Anaemia.” The Lancet 387, no. 10021 (August 25, 2015): 907–16.

Editorial Team