ilustrasi tidur dengan lampu menyala (pexels.com/Pixabay)
Sementara dampak paparan cahaya pada malam hari sudah umum diteliti, dampaknya terhadap kesehatan kardiometabolik masih belum jelas. Dimuat dalam jurnal PNAS pada 14 Maret 2022, para peneliti Amerika Serikat (AS) ingin mencari tahu hal tersebut.
Dilaksanakan di Northwestern University Feinberg School of Medicine, AS, para peneliti merekrut 20 orang dewasa yang tidur di lingkungan laboratorium selama 3 hari 2 malam. Para partisipan kemudian dibagi menjadi dua kelompok:
- Terang: Partisipan tidur di ruangan redup dengan lampu kurang dari 3 lux (lx) pada malam pertama dan lampu atas seterang 100 lx pada malam kedua.
- Redup: Partisipan tidur di ruangan dengan lampu kurang dari 3 lx pada malam pertama dan kedua.
Seminggu sebelum masa studi, para peneliti memantau kebiasaan tidur para partisipan dengan actigraphy dan diari tidur. Pada hari pertama dan kedua, para partisipan dites darah sebelum dan sesudah makan untuk memantau kadar melatonin dan glukosa dalam darah.
Untuk mengukur kualitas tidur, para peneliti menggunakan polisomnograf (PSG). Jika terbangun, para partisipan juga mengisi survei setiap 2 jam untuk mengevaluasi kantuk, rasa lapar, dan perubahan suasana hati. Selain itu, para peneliti juga mengukur tekanan darah tiap jam dan detak jantung setiap 4 jam.