Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa frekuensi dan durasi tidur siang berkaitan dengan usia dan adanya hubungan antara tidur siang dan penyakit Alzheimer. Kelompok lansia yang tidur siang lebih dari 1 jam memiliki risiko 40 persen terkena Alzheimer. Saat Alzheimer sudah muncul, maka frekuensi dan durasi tidur siang juga bertambah.
Dalam studi tersebut, durasi rata-rata tidur siang bertambah tiap 11 menit per tahun pada kelompok yang tak memiliki gangguan kognitif. Para peneliti menduga bahwa ini karena para lansia punya masalah tidur pada malam hari (seperti kebelet buang air kecil pada waktu malam).
"Hasil ini tidak hanya menunjukkan bahwa tidur siang berlebihan bisa meningkatkan risiko demensia, tetapi juga ini menunjukkan bahwa pertambahan jam tidur siang tiap tahunnya adalah gejala keparahan penurunan kognitif," kata Peng.
ilustrasi lansia dengan demensia (pexel.com/Kindel Media)
Pada kelompok yang didiagnosis gangguan kognitif ringan pada awal studi, jam tidur siang bertambah 24 menit per hari. Parahnya, untuk partisipan dengan Alzheimer, jam tidur siang meningkat drastis sebanyak rata-rata 68 menit.
Para peneliti melihat sebuah "lingkaran setan" dalam temuan studi tersebut. Sementara tidur siang terlalu lama bisa menyebabkan Alzheimer, kondisi kognitif tersebut juga meningkatkan durasi dan frekuensi tidur siang.
"Lingkaran setan yang kami temukan antara tidur siang dan Alzheimer memberikan dasar untuk pengertian yang lebih baik mengenai peran tidur dalam perkembangan dan keparahan penyakit Alzheimer pada kelompok dewasa dan lansia," ujar Peng.