Perjalanan HIV di Indonesia berlangsung panjang sejak kasus pertama dilaporkan pada akhir 1980-an. Selama lebih dari tiga dekade, epidemi ini berkembang dari kasus yang terbatas menjadi isu kesehatan nasional yang membutuhkan respons terkoordinasi. Kebijakan pemerintah, perluasan layanan, serta meningkatnya kesadaran masyarakat menjadi bagian penting dari upaya mengendalikan penyebaran virus.
Dengan melihat kembali lini masa (timeline) mengenai HIV di Indonesia, kamu bisa tahu bagaimana respons kesehatan publik dibentuk dari waktu ke waktu. Dari fase awal deteksi, perluasan pengobatan, hingga target eliminasi, setiap periode menunjukkan tantangan dan kemajuan yang berbeda. Pemahaman terhadap perjalanan ini menjadi dasar untuk menilai apa yang sudah dicapai dan apa yang masih perlu diperkuat.
Timeline Perjalanan HIV di Indonesia
Tahun/Periode | Peristiwa/Catatan penting |
|---|---|
1987 | Kasus HIV/AIDS pertama di Indonesia teridentifikasi, dilaporkan di Bali pada seorang wisatawan asing. |
1987–1996 | Pada periode awal, penyebaran HIV di Indonesia masih relatif rendah. Sampai akhir 1996 tercatat sekitar 381 orang HIV positif dan sekitar 154 kasus AIDS. |
1994 | Pemerintah membentuk Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) melalui Keputusan Presiden, sebagai bagian dari respons nasional terhadap HIV/AIDS. |
1997–2006 | Kasus meningkat secara bertahap. Sampai 31 Desember 2006, kumulatif laporan HIV/AIDS mencapai 13.424 kasus (5.230 HIV, 8.194 AIDS). |
Akhir 1990-an–2000-an | Epidemi bergeser dari tertumpu pada kelompok awal ke pengguna narkoba suntik dan pekerja seks; penyebaran lewat jarum suntik dan seks berisiko meningkat. |
2004 | Ditetapkan 25 rumah sakit di 15 provinsi sebagai rumah sakit rujukan AIDS. Ini merupakan awal terbentuknya jaringan layanan HIV/AIDS terstruktur di Indonesia. |
2007–2009 | Laporan menunjukkan epidemi berkembang—dari epidemi terkonsentrasi ke epidemi yang lebih meluas; korban termasuk usia produktif, pekerja seks, pengguna narkoba, dan penularan perinatal (ibu ke bayi). |
2008 | Dalam laporan resmi, disebut Indonesia telah mengalami pergeseran—dari “epidemi terfokus” ke “epidemi luas” akibat kombinasi perilaku risiko dan kurangnya akses pencegahan. |
Hingga Juni 2018 | HIV/AIDS sudah dilaporkan di 433 dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi. Ini menunjukkan distribusi geografis yang sangat luas. Jumlah kumulatif kasus tercatat 301.959 jiwa. |
2014 dan seterusnya | Pemerintah mulai memperluas akses pengobatan dengan antiretroviral (ARV) gratis untuk membantu menekan kematian dan memperpanjang harapan hidup orang dengan HIV (ODHIV). |
2020-an | Epidemi HIV di Indonesia terus menjadi tantangan. Walaupun layanan meningkat, tetapi penyebaran tetap terjadi, terutama di kalangan populasi rentan. Survei dan analisis menunjukkan bahwa data kasus kemungkinan sangat under-reported. |
2025 | Studi terbaru memperingatkan, berbeda dengan tren global yang menurun, Indonesia mengalami lonjakan dramatis infeksi baru HIV dalam dekade terakhir (2012–2023). |
