- Sebanyak 23.347 kasus sifilis, mayoritas berupa sifilis dini (19.904 kasus).
- Sebanyak 77 kasus sifilis kongenital (penularan dari ibu ke bayi).
- Sebanyak 10.506 kasus gonore, paling banyak terjadi di DKI Jakarta.
HIV di Indonesia: Tantangan Eliminasi dan Pencegahannya

- Beban HIV di Indonesia masih tinggi: diperkirakan lebih dari 560.000 ODHIV, dengan 11 provinsi sebagai penyumbang terbesar kasus.
- Tantangan: rendahnya proporsi orang yang mengetahui status HIV-nya, cakupan terapi ARV, dan tingginya kasus IMS.
- Pencegahan efektif meliputi perilaku seksual aman, tes rutin, pengobatan ARV teratur, dan edukasi berkelanjutan sesuai standar.
HIV masih menjadi salah satu isu kesehatan terbesar di dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 39 juta orang hidup dengan HIV pada tahun 2023, dan lebih dari 1,3 juta infeksi baru terjadi setiap tahun.
Di Indonesia, UNAIDS memperkirakan Indonesia masuk dalam 15 negara dengan beban HIV tertinggi di dunia. Data jangka panjang juga menunjukkan bahwa sebagian besar penularan terjadi melalui kontak seksual, terutama pada kelompok populasi kunci.
Meski pengobatan antiretroviral (ARV) terus diperluas dan teknologi diagnostik kian mudah diakses, tetapi perjalanan menuju eliminasi HIV tahun 2030 masih penuh rintangan. Indonesia masih berupaya mengejar target "95-95-95": 95 persen orang dengan HIV (ODHIV) mengetahui statusnya, 95 persen dari mereka mendapatkan pengobatan, dan 95 persen berhasil mencapai supresi virus.
Data HIV di Indonesia
Kementerian Kesehatan menyebutkan per Oktober telah mendeteksi sekitar 365.010 atau 65 persen dari estimasi 564 ribu ODHIV di Indonesia, dan berharap target deteksi 68 persen tercapai pada 2025.
Dari 365 ribu orang itu, sudah ada 255.812 orang atau 70 persen yang mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV).
Kemudian, dari 255 ribu orang itu, sebanyak sekitar 150 ribuan sudah diperiksa viral load-nya. Hasilnya, sebanyak 142 ribu orang atau 56 persen yang mengikuti pengobatan ARV viral load-nya tersupresi.
Adapun target Kemenkes adalah 62 persen ODHIV virusnya tersupresi, yang artinya jumlah virus sangat rendah sehingga risiko penularan menurun drastis.
Sebagian besar kasus terkonsentrasi pada 11 provinsi prioritas: DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Bali, Papua, Papua Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, dan Kepulauan Riau.
Pola penularan di Indonesia didominasi oleh kelompok populasi kunci seperti LSL (laki-laki seks dengan laki-laki), waria, pekerja seks perempuan, dan pengguna napza suntik.
Situasi berbeda terjadi di Papua, penularan sudah menyebar ke populasi umum, dengan prevalensi 2,3 persen, tertinggi secara nasional. WHO dan UNAIDS juga menyoroti bahwa Indonesia termasuk negara dengan infeksi baru yang masih tinggi, berada di peringkat 9 dunia untuk kasus baru HIV.
Selain HIV, meningkatnya infeksi menular seksual (IMS) menjadi peringatan. Tahun lalu, Kemenkes mencatat:
Tingginya kasus IMS berkontribusi besar pada peningkatan risiko penularan HIV, terutama pada kelompok usia produktif dan remaja.
Cara mencegah HIV

Berikut langkah yang efektif untuk mencegah HIV:
- Tes rutin dan mengetahui status HIV. Makin cepat kamu mengetahui status kamu, makin cepat pula pengobatan bisa dimulai. Tes HIV rutin merupakan salah satu cara paling efektif menekan angka penularan.
- Seks aman dan penggunaan kondom. Kondom menurunkan risiko penularan HIV hingga 98 persen jika digunakan dengan benar.
- Pengobatan ARV secara teratur (pengobatan sebagai pencegahan). Prinsip Undetectable = Untransmittable (U=U) telah terbukti dalam banyak studi internasional: ketika viral load tidak terdeteksi, HIV tidak menular secara seksual.
- Penggunaan PrEP bagi kelompok berisiko tinggi. PrEP (pre-exposure prophylaxis) dapat menurunkan risiko infeksi hingga 99 persen pada penularan seksual.
- Hindari penggunaan jarum suntik tidak steril: Transmisi HIV melalui penggunaan napza suntik masih terjadi. Program harm reduction (jarum steril) sangat efektif mengurangi risiko.
- Eliminasi penularan ibu ke anak. Dengan tes HIV, ARV untuk ibu hamil, dan tata laksana persalinan yang tepat, risiko penularan dapat ditekan hingga <1 persen.
- Edukasi seks komprehensif dan tidak diskriminatif. Kemenkes menekankan pentingnya edukasi kesehatan reproduksi, terutama karena makin banyak IMS ditemukan pada kelompok usia 15–19 tahun.
Menuju 2030, Indonesia berupaya memperluas layanan tes HIV di 514 kabupaten/kota, menambah fasilitas IMS, memperkuat akses ARV, hingga mengampanyekan pencegahan melalui pendekatan “ABCDE”.
Adapun pendekatan ABCDE adalah:
- Abstinence: tidak berhubungan seksual sebelum menikah.
- Be faithful: setia pada satu pasangan.
- Condom: penggunaan kondom untuk kelompok berisiko
- Drugs: tidak menggunakan narkoba.
- Education: edukasi dan peningkatan kesadaran.
Namun, data menunjukkan bahwa masih banyak ruang yang perlu diperbaiki, terutama dalam hal deteksi dini dan penurunan stigma.
Eliminasi HIV bukan cuma target angka, melainkan juga memastikan bahwa setiap orang punya kesempatan untuk hidup sehat, bebas stigma, dan mendapat akses layanan kesehatan yang adil. Dengan edukasi yang tepat, pemeriksaan rutin, pengobatan konsisten, dan dukungan masyarakat, langkah menuju Indonesia bebas HIV bukan cuma mungkin, tetapi bisa diwujudkan.
Referensi
"Per Oktober, Kemenkes deteksi 65 persen dari estimasi total ODHIV." Antara. Diakses November 2025.
"Berani Tes, Berani Lindungi Diri, Kemenkes Targetkan Eliminasi HIV dan IMS Tahun 2030." Kemenkes RI. Diakses November 2025.
"Decentralizing HIV care and training to end HIV in Indonesia." International Health Policies. Diakses November 2025.
"HIV statistics, globally and by WHO region, 2023." WHO. Diakses November 2025.
"HIV and AIDS." WHO. Diakses November 2025.
"Preventing HIV with PrEP." CDC. Diakses November 2025.
"HIV prevention." UNAIDS. Diakses November 2025.
















