Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dosis Tinggi Vitamin B6 Bisa Menjadi Racun dalam Tubuh

ilustrasi suplemen (pexels.com/Jonathan Borba)
ilustrasi suplemen (pexels.com/Jonathan Borba)
Intinya sih...
  • Vitamin B6 adalah vitamin larut air yang dibutuhkan tubuh untuk mendukung berbagai fungsi penting, termasuk metabolisme protein dan pembentukan hemoglobin.
  • Vitamin B6 memang penting untuk tubuh, tetapi jika dikonsumsi terlalu banyak dalam jangka panjang justru bisa jadi racun.
  • Kalau kamu mengonsumsi vitamin B6 melebihi kebutuhan, umumnya kelebihan itu akan dibuang lewat urine dan kebanyakan orang tidak akan merasakan efek samping apa pun. Namun, sekarang makin banyak perhatian tertuju pada risiko jika vitamin B6 dikonsumsi dalam dosis tinggi dan waktu lama.

Perusahaan suplemen asal Australia, Blackmores, kini menghadapi potensi gugatan class action atas klaim bahwa kadar vitamin B6 yang berlebihan dalam beberapa produk telah menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius.

Salah satu penggugat, Dominic Noonan-O’Keeffe, mulai mengonsumsi suplemen Blackmores Magnesium+ pada Mei 2023 untuk mendukung kesehatannya sebelum kelahiran anak pertama. Tanpa ia sadari, produk itu mengandung vitamin B6 hingga 29 kali lipat dari anjuran harian. Dalam beberapa minggu, Dominic mengalami kelelahan, sakit kepala, kram otot, jantung berdebar, dan mati rasa. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosisnya neuropati akibat kelebihan B6.

Meskipun ia telah berhenti minum pada awal 2024, Dominic masih merasakan nyeri saraf dan gejala lainnya setiap hari. Polaris Lawyers—firma hukum yang mewakilinya—sekarang menyelidiki potensi gugatan massal terhadap Blackmores terkait kandungan B6 yang terlalu tinggi itu.

Lantas, apa itu vitamin B6, kenapa vitamin ini penting, berapa batas aman dosis harian, dan apa yang terjadi jika mengonsumsinya dalam jumlah berlebihan? Semuanya akan dijawab di bawah ini.

1. Apa itu vitamin B6, fungsinya, dan sumbernya dari mana saja?

Vitamin B6 adalah vitamin larut air yang dibutuhkan tubuh untuk mendukung berbagai fungsi penting. Vitamin ini disebut esensial karena tubuh tidak bisa memproduksinya sendiri, jadi kamu harus mendapatkannya dari makanan atau suplemen.

Vitamin B6 hadir dalam tiga bentuk utama, masing-masing dengan peran yang berbeda:

  • Piridoksina (pyridoxine)

  • Piridoksal (pyridoxal)

  • Piridoksamin (pyridoxamine)

Selain membantu metabolisme protein, vitamin B6 juga berperan dalam beberapa proses biologis berikut:

  • Metabolisme asam amino.

  • Sintesis neurotransmiter (bahan kimia alami yang membantu komunikasi antar sel saraf).

  • Pembentukan hemoglobin (zat pengikat oksigen dalam darah).

  • Fungsi sistem kekebalan tubuh.

  • Pengaturan kadar homosistein (asam amino di dalam darah yang berfungsi untuk membantu memproduksi protein).

Jika pola makanmu sudah beragam, misalnya setiap hari makan buah, sayur, ikan, dan kacang-kacangan, kemungkinan besar asupan vitamin B6 sudah tercukupi. Namun, untuk menambah asupan vitamin B6, kamu bisa menambahkan makanan berikut ke menu harian:

  • Hati sapi

  • Ikan tuna, salmon.

  • Dada ayam.

  • Sereal sarapan yang telah difortifikasi.

  • Kentang.

  • Nasi.

  • Kacang-kacangan.

  • Bawang.

  • Bayam.

  • Tahu.

Vitamin B6 umum ditemukan dalam suplemen seperti multivitamin, produk migrain, produk kesehatan saraf, dan minuman energi. Beberapa di antaranya terutama merupakan suplemen B6, tetapi banyak juga yang menambahkan vitamin ini sebagai aditif. Salah satu contohnya adalah suplemen magnesium, yang sering kali mengandung B6 karena diyakini membantu penyerapan magnesium (meskipun ini masih diperdebatkan). Vitamin ini dapat diberi label piridoksina, piridoksal, atau piridoksamin, tergantung bentuk vitamin yang terkandung.

Kebanyakan orang tidak membutuhkan suplemen B6. Seperti halnya vitamin lainnya, kamu cuma perlu mengonsumsi suplemen jika kekurangan vitamin. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum memulai suplemen baru untuk memastikan suplemen tersebut tepat dan aman buat kamu.

2. Kebutuhan harian dan batas asupan vitamin B6

Kebutuhan harian vitamin B6

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia, berikut AKG yang dianjurkan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan.

Kelompok umur

Vit B6 (mg)

Bayi/anak

0–6 bulan

0,1

7–11 bulan

0,3

1–3 tahun

0,5

4–6 tahun

0,6

7–9 tahun

1,0

Laki-laki

10–12 tahun

1,3

13–15 tahun

1,3

16–18 tahun

1,3

10–29 tahun

1,3

30–49 tahun

1,3

50–64 tahun

1,7

65–80 tahun

1,7

80+

1,7

Perempuan

10–12 tahun

1,2

13–15 tahun

1,2

16–18 tahun

1,2

10–29 tahun

1,3

30–49 tahun

1,3

50–64 tahun

1,5

65–80 tahun

1,5

80+

1,5

Hamil (+an)

Trimester 1

+ 0,4

Trimester 2

+ 0,4

Trimester 3

+ 0,4

Menyusui (+an)

6 bln pertama

+ 0,5

6 bln kedua

+ 0,5

Batas atas asupan vitamin B6

Batas atas konsumsi harian vitamin B6 mencakup asupan dari semua sumber, baik dari makanan, minuman, maupun suplemen. Batas ini tidak berlaku untuk orang yang mengonsumsi vitamin B6 atas anjuran dokter untuk tujuan pengobatan.

Tahap Usia

Batas Atas Konsumsi Harian

Bayi 0–12 bulan

Belum ditetapkan

Anak-anak 1–3 tahun

30 mg

Anak-anak 4–8 tahun

40 mg

Anak-anak 9–13 tahun

60 mg

Remaja 14–18 tahun

80 mg

Dewasa

100 mg

3. Toksisitas vitamin B6

ilustrasi minum suplemen (pexels.com/Pavel Daniyuk)
ilustrasi minum suplemen (pexels.com/Pavel Daniyuk)

Vitamin B6 memang penting untuk tubuh, tetapi jika dikonsumsi terlalu banyak dalam jangka panjang justru bisa jadi racun.

Dalam beberapa kasus, meski dosisnya tidak terlalu tinggi, tetapi kalau dikonsumsi terus-menerus dalam waktu lama tetap bisa menimbulkan efek racun juga. Yang perlu dicatat, kasus kelebihan vitamin B6 ini selalu berkaitan dengan suplemen, bukan dari makanan alami seperti daging, ikan, pisang, atau kentang. Jadi, makan makanan yang mengandung vitamin B6 secara alami tidak akan membuat tubuh keracunan.

Suplemen vitamin B6 sering mengandung dosis yang jauh melebihi kebutuhan harian. Jika dikonsumsi tanpa aturan, vitamin ini bisa menumpuk di tubuh. Bahayanya, penumpukan vitamin B6 terutama menyerang sistem saraf.

4. Perlukah khawatir dengan toksisitas vitamin B6?

Sebenarnya, kasus keracunan vitamin B6 sangat jarang terjadi. Hampir tidak pernah ada orang yang mengalami toksisitas hanya karena makan makanan yang mengandung vitamin B6, kecuali jika ada kondisi genetik atau penyakit tertentu yang mengganggu penyerapan nutrisi, seperti penyakit celiac.

Kalau kamu mengonsumsi vitamin B6 melebihi kebutuhan, umumnya kelebihan itu akan dibuang lewat urine dan kebanyakan orang tidak akan merasakan efek samping apa pun. Namun belakangan ini, makin banyak perhatian tertuju pada risiko jika vitamin B6 dikonsumsi dalam dosis tinggi dan waktu lama.

Salah satu efek samping yang paling dikhawatirkan adalah neuropati perifer, yaitu kondisi ketika sistem saraf tepi tidak dapat bekerja dengan baik akibat adanya kerusakan. Kerusakan saraf ini bisa menimbulkan rasa nyeri, kebas, atau kelemahan otot, biasanya di tangan dan kaki. Sampai sekarang, para ahli masih mempelajari bagaimana kondisi ini bisa terjadi akibat kelebihan vitamin B6.

Dalam banyak kasus yang pernah dilaporkan, gejala ini akan membaik setelah orang berhenti mengonsumsi suplemen. Namun, pada beberapa orang, butuh waktu cukup lama—antara tiga bulan hingga dua tahun—sampai benar-benar pulih.

Bukti soal bahaya dosis tinggi ini memang makin banyak, meski kadang masih saling bertentangan. Dosis di atas 50 mg per hari dalam jangka panjang diyakini bisa memicu efek samping serius.

Sebagai contoh, sebuah studi pada 1990-an sempat meneliti 70 orang yang rutin mengonsumsi 100–150 mg vitamin B6 per hari selama lima tahun. Tidak ada kasus neuropati yang dilaporkan. Namun, studi-studi terbaru justru menunjukkan makin banyak orang yang mengalami efek samping.

Pada tahun 2023, ada laporan kasus tentang seorang pria yang rutin mengonsumsi beberapa suplemen sekaligus, sehingga total asupan vitamin B6-nya mencapai 95 mg per hari, dan akhirnya mengalami neuropati. Ada juga laporan lain tentang tujuh orang yang terkena neuropati setelah sering minum minuman energi yang mengandung vitamin B6.

Di Australia, laporan ke basis data Badan pengawas obat di Australia (Therapeutic Goods Administration/TGA) mencatat sudah ada 174 kasus neuropati yang diduga terkait konsumsi vitamin B6 sejak 2023.

Jadi, apa yang harus dilakukan?

Rekomendasinya, siapa pun yang mengonsumsi vitamin B6 dosis 50 mg atau lebih per hari, dan berlangsung lebih dari enam bulan, sebaiknya dipantau oleh tenaga kesehatan. Jadi, kalau kamu rutin minum suplemen vitamin B6, diskusikan dulu dengan dokter atau apoteker apakah perlu dilanjutkan atau tidak.

Tiga gejala yang perlu diwaspadai adalah:

  • Rasa kebas atau nyeri di tangan dan kaki.

  • Gangguan keseimbangan atau koordinasi akibat otot melemah.

  • Rasa panas di dada (heartburn) atau mual.

Intinya, meski vitamin B6 punya banyak manfaat, tetapi tetaplah bijak agar kelebihannya tidak berbalik jadi masalah.

5. Apa yang terjadi jika kadar vitamin B6 dalam tubuh terlalu tinggi?

Kalau kamu mengalami kadar vitamin B6 yang terlalu tinggi—meskipun ini jarang sekali terjadi—ada beberapa gejala yang bisa muncul, seperti:

  • Mual.

  • Rasa panas di dada (heartburn).

  • Luka pada kulit yang terasa nyeri.

  • Kulit jadi lebih sensitif terhadap cahaya.

  • Mati rasa di tangan atau kaki.

  • Rasa nyeri di telapak tangan dan kaki.

  • Ataksia (kehilangan kendali atas gerakan tubuh atau mata).

  • Neuropati sensorik berat (kerusakan pada sistem saraf).

Kalau kamu punya kadar vitamin B6 yang terlalu tinggi dan sedang minum obat lain, gejalanya bisa lebih parah. Contohnya:

  • Mengonsumsi sikloserin (antibiotik untuk TBC) bersama suplemen B6 bisa memicu kejang.

  • Beberapa obat epilepsi (seperti asam valproat, karbamazepin, dan fenitoin) bisa membuat vitamin B6 dipecah lebih cepat dari biasanya. Karena vitamin B6 membantu mengurai homosistein, efek ini bisa menyebabkan kadar homosistein di darah menjadi lebih tinggi, dan risiko kejang pun meningkat.

Kalau kamu mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya segera hubungi tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

6. Apakah toksisitas vitamin B6 bisa dipulihkan?

ilustrasi minum suplemen (freepik.com/benzoix)
ilustrasi minum suplemen (freepik.com/benzoix)

Asupan kadar vitamin B6 yang terlalu tinggi jarang terjadi. Namun, kalau sampai terjadi, segera hentikan konsumsi suplemen vitamin B6 untuk menghentikan efek sampingnya. Gejala ringan biasanya akan hilang lebih cepat, sedangkan gejala yang lebih parah, terutama yang berhubungan dengan saraf, bisa butuh waktu lebih lama untuk pulih.

Gejala toksisitas B6 bergantung pada dosisnya. Makin besar dosis yang melebihi batas aman, makin parah gejalanya dan bisa makin lama pulihnya.

Gejala biasanya akan mereda sendiri. Asalkan kamu segera berhenti minum suplemen begitu muncul tanda-tanda kelebihan vitamin B6, maka gejala biasanya akan hilang seiring waktu.

Kalau kamu merasa punya gejala toksisitas vitamin B6, segera hentikan konsumsi suplemennya. Langkah ini sangat penting supaya gejala tidak makin parah dan bisa cepat membaik.

7. Cara mencukupi kebutuhan vitamin B6 tanpa risiko toksisitas

Berikut tips agar kebutuhan vitamin B6 terpenuhi tanpa harus khawatir mengalami kelebihan dosis atau toksisitas.

  • Utamakan sumber vitamin B6 dari makanan: Sebelum buru-buru minum suplemen, coba dulu perbanyak konsumsi makanan yang kaya akan vitamin B6. Karena kandungan B6 dalam makanan umumnya tidak terlalu besar, risikonya untuk menyebabkan toksisitas juga sangat rendah.

  • Perhatikan dosisnya: Kalau memang perlu minum suplemen vitamin B6, selalu baca label aturan pakai dari produsennya sebelum minum dosis pertama. Yang paling penting, usahakan jangan melebihi batas atas yang direkomendasikan sesuai usiamu.

  • Konsultasi dengan tenaga kesehatan: Kalau kamu masih ragu-ragu soal perlu tidaknya minum suplemen vitamin B6 atau ingin memastikan pola makanmu sudah cukup asupan vitamin B6, bicarakan dengan dokter atau ahli gizi.

Referensi

"Vitamin B6." National Institutes of Health Office of Dietary Supplements. Diakses Juli 2025.

Lionel Noah et al., “Effect of Vitamin B6 Supplementation, in Combination With Magnesium, on Severe Stress and Magnesium Status: Secondary Analysis From an RCT,” Proceedings of the Nutrition Society 79, no. OCE2 (January 1, 2020), https://doi.org/10.1017/s0029665120004395.

Etienne Pouteau et al., “Superiority of Magnesium and Vitamin B6 Over Magnesium Alone on Severe Stress in Healthy Adults With Low Magnesemia: A Randomized, Single-blind Clinical Trial,” PLoS ONE 13, no. 12 (December 18, 2018): e0208454, https://doi.org/10.1371/journal.pone.0208454.

"What is Vitamin B6 Toxicity?" Brain Foundation. Diakses Juli 2025.

Caroline Kramarz et al., “Nutritional Peripheral Neuropathies,” Journal of Neurology Neurosurgery & Psychiatry 95, no. 1 (August 3, 2023): 61–72, https://doi.org/10.1136/jnnp-2022-329849.

Misha F. Vrolijk et al., “The Vitamin B6 Paradox: Supplementation With High Concentrations of Pyridoxine Leads to Decreased Vitamin B6 Function,” Toxicology in Vitro 44 (July 15, 2017): 206–12, https://doi.org/10.1016/j.tiv.2017.07.009.

Natalie Schellack et al., “Expert Consensus on Vitamin B6 Therapeutic Use for Patients: Guidance on Safe Dosage, Duration and Clinical Management,” Drug Healthcare and Patient Safety Volume 17 (April 1, 2025): 97–108, https://doi.org/10.2147/dhps.s499941.

Allan L. Bernstein, “Vitamin B6 in Clinical Neurology,” Annals of the New York Academy of Sciences 585, no. 1 (May 1, 1990): 250–60, https://doi.org/10.1111/j.1749-6632.1990.tb28058.x.

Dhayalen Krishnan and Matthew C Kiernan, “Neurotoxic Risks From Over‐the‐counter Vitamin Supplements,” The Medical Journal of Australia 218, no. 7 (February 13, 2023): 304–6, https://doi.org/10.5694/mja2.51851.

Diana Barratt and Madhureeta Achari, “7 Cases of Vitamin B6 Toxicity (P11-2.001),” Neurology 104, no. 7_Supplement_1 (April 7, 2025), https://doi.org/10.1212/wnl.0000000000208917.

"Vitamin B6 toxicity: what it is and what causes it." Everylywell. Diakses Juli 2025.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Delvia Y Oktaviani
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us