ilustrasi vaksin Tdap (Shannonlawgroup.com/Jon Svitak)
Tdap merupakan singkatan dari tetanus, difteri, dan aselular pertusis. Seseorang dengan usia lanjut, khususnya yang akan memiliki seorang cucu disarankan untuk mendapatkan vaksin Tdap jika belum pernah mendapatkan sebelumnya. Vaksin ini melindungi tubuh dari tiga penyakit, yaitu tetas, difteri dan pertusis (batuk rejan).
Pertusis cenderung memiliki gejala yang ringan, seperti demam. Meski demikian, infeksi dapat dengan mudah ditularkan ke bayi baru lahir yang sering kali berakibat serius. Menurut laporan CDC, kurang lebih 50 persen bayi di bawah usia 1 tahun yang menderita pertusis harus dirawat di rumah sakit.
Antara tahun 2000 dan 2017, terdapat laporan kematian akibat pertusis sebanyak 307 kasus dan anak-anak di bawah usia 2 bulan menyumbang 84 persen dari kematian ini. Remaja dan orang dewasa juga dapat mengalami komplikasi pertusis, seperti sulit tidur, inkontinensia urin, pneumonia, patah tulang rusuk, sinkop, dan penurunan berat badan.
Bahkan jika seseorang tidak memiliki cucu, CDC merekomendasikan agar setiap orang mendapatkan vaksin Tdap atau Td (tetanus-difteri) setiap 10 tahun. Setidaknya satu dari vaksinasi harus dengan vaksin Tdap. Terdapat dua vaksin Tdap yang disetujui untuk digunakan di AS, yaitu Boostrix (untuk usia 10 tahun ke atas bahkan di atas 65 tahun) dan Adacel (untuk usia 10 hingga 64 tahun).