ilustrasi virus RNA SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 (pixabay.com/Cassiopeia_Arts)
Selain itu, para peneliti juga mencari tahu mengenai ketahanan BA.2 terhadap vaksin dan pengobatan antibodi monoklonal. Menggenapi hasil studi sebelumnya, para peneliti Jepang mencatat bahwa seperti BA.1, BA.2 lebih kebal terhadap antibodi dari vaksinasi.
Sub-varian BA.2 juga terlihat lebih kebal terhadap dua antibodi monoklonal, yaitu casirivimab dan imdevimab. Dibanding BA.1.1, BA.2 juga 35 kali lipat lebih kebal terhadap terapi antibodi sotrovimab. Baik BA.1 maupun BA.2 memiliki ketahanan terhadap serum konvalesen dari riwayat infeksi COVID-19 varian orisinal, B.1.1.7 (Alpha), hingga Delta.
ilustrasi SARS-CoV-2 (technologynetworks.com)
Lalu, apakah imunitas humoral dari infeksi BA.1 tidak efektif terhadap BA.2? Para peneliti menguji serum konvalesen dari hamster yang sudah terinfeksi COVID-19 selama 16 hari. Baik BA.1 maupun BA.2 lebih kebal terhadap serum konvalesen Delta pada para hamster. Uniknya, BA.2 lebih kebal dibanding BA.1.
Untuk mengetes resistansi BA.2 terhadap imunitas yang dipicu BA.1, para peneliti mencobanya BA.2 terhadap tikus yang telah disuntikkan protein spike BA.1.1 dan BA.1. Akan tetapi, BA.2 ternyata 6,4 kali lipat lebih kebal terhadap protein S BA.1.
"Temuan ini menunjukkan bahwa imunitas humoral yang dipicu BA.1 kurang efektif terhadap BA.2," tulis para peneliti.