Studi: Varian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya dari BA.1

Bisa menyebabkan kerusakan paru-paru

Muncul sejak November 2021 silam, varian B.1.1.529 (Omicron) telah menyalip B.1.617.2 (Delta) sebagai variant of concern (VOC) SARS-CoV-2 paling dominan. Tidak hanya itu, sub-varian Omicron, BA.2, juga perlahan melangkahi jumlah kasus Omicron orisinal (BA.1) di berbagai negara.

Dengan mutasi yang cukup jauh, perbedaan BA.2 dengan BA.1 terlihat jauh lebih beragam. Pertanyaannya, apa saja bahaya yang ditunjukkan oleh BA.2? Sebuah studi pracetak membawa kabar yang tidak sedap mengenai ciri-ciri virologi varian BA.2.

1. Menyebar 1,4 kali lebih cepat dari BA.1

Studi: Varian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya dari BA.1ilustrasi COVID-19 dan penularan via droplet (pixabay.com/mohamed_hassan)

Tidak seperti BA.1 yang terus dicari, beberapa sifat BA.2 belum diketahui betul. Dimuat dalam jurnal bioRxiv pada 15 Februari 2022, para peneliti Jepang memaparkan berbagai ciri virologi dari BA.2. Sementara muncul belum lama ini, para peneliti mengutip data pada Januari 2022 bahwa BA.2 sudah dominan di beberapa negara.

Para peneliti melihat angka reproduksi BA.2 1,40 kali lipat lebih tinggi dibanding BA.1. Bahkan, angka ini lebih tinggi dibanding sub-varian BA.1, BA.1.1, yang menyebar di sekitar 144 negara, terutama Amerika Serikat (AS) dan Britania Raya. Oleh karena itu, para peneliti mengkhawatirkan ketidaksiapan dunia menghadapi BA.2.

"Hasil ini menunjukkan bahwa epidemik BA.2 akan menyebar ke seluruh dunia, menekankan pentingnya penguraian ciri virologi BA.2 secara mendalam," tulis para peneliti Jepang.

2. Meningkatkan risiko reinfeksi meski sudah divaksinasi atau pernah terinfeksi COVID-19

Studi: Varian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya dari BA.1ilustrasi virus corona (pixabay.com/Cassiopeia_Arts)

Selain itu, para peneliti juga mencari tahu mengenai ketahanan BA.2 terhadap vaksin dan pengobatan antibodi monoklonal. Menggenapi hasil studi sebelumnya, para peneliti Jepang mencatat bahwa seperti BA.1, BA.2 lebih kebal terhadap antibodi dari vaksinasi.

Sub-varian BA.2 juga terlihat lebih kebal terhadap dua antibodi monoklonal, yaitu casirivimab dan imdevimab. Dibanding BA.1.1, BA.2 juga 35 kali lipat lebih kebal terhadap terapi antibodi sotrovimab. Baik BA.1 maupun BA.2 memiliki ketahanan terhadap serum konvalesen dari riwayat infeksi COVID-19 varian orisinal, B.1.1.7 (Alpha), hingga Delta.

Studi: Varian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya dari BA.1ilustrasi SARS-CoV-2 (technologynetworks.com)

Lalu, apakah imunitas humoral dari infeksi BA.1 tidak efektif terhadap BA.2? Para peneliti menguji serum konvalesen dari hamster yang sudah terinfeksi COVID-19 selama 16 hari. Baik BA.1 maupun BA.2 lebih kebal terhadap serum konvalesen Delta pada para hamster. Uniknya, BA.2 lebih kebal dibanding BA.1.

Untuk mengetes resistansi BA.2 terhadap imunitas yang dipicu BA.1, para peneliti mencobanya BA.2 terhadap tikus yang telah disuntikkan protein spike BA.1.1 dan BA.1. Akan tetapi, BA.2 ternyata 6,4 kali lipat lebih kebal terhadap protein S BA.1.

"Temuan ini menunjukkan bahwa imunitas humoral yang dipicu BA.1 kurang efektif terhadap BA.2," tulis para peneliti.

3. Replikasi yang lebih cepat

Studi: Varian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya dari BA.1ilustrasi virus corona SARS-CoV-2 (pixabay.com/geralt)

Dibanding BA.1, para peneliti Jepang menemukan bahwa sub-varian BA.2 jauh lebih mudah bereplikasi, terutama di sel Calu-3 (di paru-paru) dan sel epitel pada hidung manusia. Para peneliti juga melihat formasi sel yang 1,27 kali lipat lebih besar dibanding BA.1.

"Temuan ini membuktikan bahwa BA.2 lebih fusogenik (lebih mudah memicu fusi antar sel) dibanding BA.1," papar para peneliti Jepang.

Para peneliti menemukan bahwa tingkat ekspresi BA.2 pada permukaan sel jauh lebih rendah dibanding BA.1. Akan tetapi, para peneliti melihat BA.2 lebih fusogenik dibanding BA.1. Selain itu, kemampuan pengikatan receptor binding domain (RBD) pada angiotensin-converting enzyme (ACE2) pada BA.2 sama seperti BA.1.

Selain ACE-2, transmembran protease serin2 (TMPRSS2) juga adalah gerbang masuk untuk COVID-19. Sementara BA.1 tidak memanfaatkan TMPRSS2, BA.2 ternyata lebih bergantung terhadap TMPRSS2 pada permukaan sel target.

Baca Juga: Gilead: Remdesivir Ampuh Lawan Omicron, Termasuk BA.2

4. Lebih merusak paru-paru

Studi: Varian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya dari BA.1ilustrasi virus corona (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk menguji replikasi virus BA.2 secara in vivo, para peneliti Jepang lagi-lagi mengujinya terhadap hamster. Para peneliti membandingkannya dengan BA.1.1 yang menyebabkan penurunan berat badan dan gangguan pernapasan. Di sisi lain, BA.1 menunjukkan gejala ringan atau asimtomatik.

Sambil memantau keadaan para hamster yang terinfeksi BA.2, para peneliti melihat bahwa keadaan para hamster amat berbeda dari hamster yang tak terinfeksi dan yang terinfeksi BA.1. Keparahan BA.2 setara dengan BA.1.1. Oleh karena itu, para peneliti menduga bahwa BA.2 jauh lebih patogenik dibanding BA.1.

Studi: Varian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya dari BA.1ilustrasi virus corona (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai keganasan patogenik BA.2, para peneliti Jepang meneliti bagian kanan paru-paru hamster pada hari ke-1, ke-3, dan ke-5 pascainfeksi. Dibanding BA.1, risiko kerusakan paru akibat BA.2 jauh lebih besar, terutama akibat komplikasi seperti:

  • Bronkitis atau bronkiolitis
  • Pendarahan
  • Kerusakan alveolus
  • Kongesti edema

Hiperplasia pneumosit tipe II di hari ke-5 pascainfeksi lebih besar pada hamster yang terinfeksi BA.2, dibanding BA.1.1 dan BA.1. Pada paru-paru yang terinfeksi BA.2 dan BA.1.1, inflamasi hiperplasia pneumosit tipe II terlihat pada setiap lobus. Oleh karena itu, BA.2 mencatat skor keparahan lebih tinggi dibanding BA.1.

5. Vaksin masih bekerja terhadap sub-varian Omicron

Studi: Varian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya dari BA.1ilustrasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)

Para peneliti lalu mengetes 17 serum dari partisipan manusia yang terinfeksi BA.1. Para partisipan terdiri dari:

  • Sejumlah 13 partisipan sudah divaksinasi komplet (2 suntikan).
  • Satu partisipan divaksinasi 1 dosis.
  • Sebanyak 3 partisipan tidak divaksinasi.

Hasilnya, serum konvalesen BA.1 menunjukkan efek antivirus andal terhadap infeksi BA.1. Sementara BA.2 1,4 kali lipat lebih kebal terhadap serum konvalesen BA.1, tidak ada perbedaan yang signifikan di atas kertas.

"Tidak kalah penting, serum konvalesen BA.1 pada partisipan yang sudah divaksinasi komplet menunjukkan efek antivirus yang lebih kuat terhadap semua varian dibanding konvalesen yang tidak divaksinasi atau yang hanya 1 dosis," tulis para peneliti Jepang.

6. Kekurangan studi tersebut

Studi: Varian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya dari BA.1ilustrasi virus corona SARS-CoV-2 (imi.europa.eu/Image courtesy of the NIH CC 0)

Studi terbaru dari Jepang ini secara spesifik memaparkan berbagai keganasan BA.2 dibanding sub-varian Omicron lainnya, seperti BA.1.1 dan BA.1 yang sebelumnya tidak diketahui dunia. Akan tetapi, ada beberapa kelemahan studi yang patut dipertimbangkan.

Pertama, studi ini masih menggunakan subjek hewan (tikus dan hamster), dan hanya sedikit menggunakan subjek manusia. Oleh karena itu, penelitian lebih dalam terhadap efek BA.2 terhadap manusia perlu dilakukan.

Lalu, studi ini juga baru terpampang di bioRxiv. Dengan kata lain, studi ini belum menjalani ulasan sejawat (peer review), sehingga belum bisa dijadikan patokan pasti dan hasil bisa berubah seiring perkembangan penelitian.

Kesimpulan: BA.2 harus dianggap sebagai VOC tersendiri

Studi: Varian Omicron BA.2 Lebih Berbahaya dari BA.1ilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebagai kesimpulan, para peneliti Jepang memaparkan bahwa BA.2 memiliki potensi sebagai varian SARS-CoV-2 yang paling mengancam kesehatan masyarakat dunia di masa depan. Ini karena dibanding BA.1, BA.2:

  • Lebih kebal terhadap antibodi dari riwayat infeksi dan vaksin.
  • Lebih fusogenik dengan replikasi yang lebih cepat.
  • Lebih patogenik dan merusak paru-paru.

Dengan ketiga karakteristik tersebut digabungkan, para peneliti Jepang khawatir BA.2 akan menjadi varian COVID-19 yang lebih dominan selanjutnya di masa depan. Karena masih dipukul rata sebagai satu Omicron, para peneliti Jepang menyarankan untuk menjadikan BA.2 sebagai VOC tersendiri dan dipantau secara intensif.

"Dari segi virologi, data kami menunjukkan bahwa BA.2 berbeda dari BA.1. Oleh karena itu, kami meminta agar BA.2 diberikan penamaan abjad Yunani dan dibedakan dari BA.1, varian Omicron yang lebih dikenal umum," tandas para peneliti Jepang.

Baca Juga: Studi: Booster COVID-19 Sinovac Mampu Tangkal Varian Omicron

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya