ilustrasi konsumsi suplemen vitamin D (parade.com)
Peneliti senior sekaligus direktur Lupus Program Brigham and Women's Hospital, Boston, Dr. Karen Costenbader, mempresentasikan hasil penelitian tersebut di ACR Convergence 2021.
"Berkurangnya insiden RA dan reumatik polimialgia sangat penting untuk reumatologi. Efek terapi vitamin D yang lebih terlihat setelah 2-3 tahun adalah bukti biologis yang mendukung pemakaian jangka panjang," ujar Karen.
Saat terpapar sinar matahari, tubuh memproduksi vitamin D yang meningkatkan kesehatan gigi dan tulang. Kurangnya sinar matahari dapat mengurangi produksi vitamin D. Karen mengatakan bahwa kekurangan vitamin D dapat menyebabkan berbagai kondisi kronis, dari diabetes tipe 2 hingga multiple sclerosis.
"Tingkat plasma 25-OH vitamin D dan paparan sinar ultraviolet (UV) yang tinggi menekan risiko RA," kata Karen.
ilustrasi ikan dan omega-3 (evidentlycochrane.net)
Selain vitamin D, Karen juga memuji manfaat asam lemak omega-3 untuk para pasien autoimun.
"Dalam studi observasi lampau, risiko RA yang lebih rendah terlihat pada mereka yang meningkatkan konsumsi ikan berlemak," imbuh Karen.
Dalam studi lainnya, Karen menyoroti proporsi omega-3 dan total lipid dalam membran sel darah merah yang lebih tinggi berkaitan dengan prevalensi anti-CCP dan faktor antibodi reumatoid yang lebih rendah. Dengan kata lain, risiko perkembangan artritis dan inflamasi lebih rendah.
Itulah fakta mengenai studi vitamin D dan omega-3 untuk mencegah perkembangan kondisi autoimun, terutama pada lansia. Jika ternyata vitamin D dan omega-3 benar-benar terbukti mencegah penyakit autoimun, temuan ini adalah kabar baik untuk kelompok yang berisiko. Semoga saja terbukti!