Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi berhenti merokok.
ilustrasi berhenti merokok (freepik.com/freepik)

Intinya sih...

  • Laporan baru WHO: Dalam kurun waktu 14 tahun terakhir, jumlah pengguna tembakau menurun sebanyak 120 juta orang, atau setara dengan penurunan 27 persen secara global. Namun, 1 dari 5 orang dewasa di dunia masih kecanduan tembakau.

  • Lebih dari 100 juta orang kini menggunakan vape: 86 juta pengguna dewasa, sebagian besar di negara berpenghasilan tinggi; 15 juta remaja usia 13–15 tahun yang sudah aktif menggunakan e-cigarette.

  • Prevalensi tembakau pada perempuan turun dari 11 persen (2010) menjadi 6,6 persen (2024). Jumlah pengguna tembakau perempuan berkurang dari 277 juta menjadi 206 juta dalam 14 tahun. Laki-laki masih tertinggal jauh. Saat ini, 4 dari 5 pengguna tembakau di dunia adalah laki-laki.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jumlah pengguna tembakau memang berkurang, tetapi "epidemi tembakau" belum berakhir.

Laporan global terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa jumlah pengguna tembakau turun dari 1,38 miliar pada tahun 2000 menjadi 1,2 miliar pada 2024. Dalam kurun waktu 14 tahun terakhir, jumlah pengguna menurun sebanyak 120 juta orang, atau setara dengan penurunan 27 persen secara global.

Namun, di balik capaian itu, satu dari lima orang dewasa di dunia masih kecanduan tembakau, penyebab jutaan kematian yang sebenarnya bisa dicegah setiap tahunnya.

“Jutaan orang berhenti, atau tidak mulai, menggunakan tembakau berkat upaya pengendalian tembakau yang dilakukan negara-negara di seluruh dunia,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, mengutip rilis resmi WHO.

“Sebagai respons terhadap kemajuan besar ini, industri tembakau melawan balik dengan produk nikotin baru, secara agresif menargetkan anak muda. Pemerintah harus bertindak lebih cepat dan lebih tegas dalam menerapkan kebijakan pengendalian tembakau yang sudah terbukti efektif.”

Ancaman baru: vape dan produk nikotin modern

Untuk pertama kalinya, WHO juga memperkirakan jumlah pengguna rokok elektrik (vape) di seluruh dunia. Hasilnya mengejutkan: lebih dari 100 juta orang kini menggunakan vape, terdiri dari:

  • 86 juta pengguna dewasa, sebagian besar di negara berpenghasilan tinggi.

  • 15 juta remaja usia 13–15 tahun yang sudah aktif menggunakan e-cigarette.

Di beberapa negara, anak-anak sembilan kali lebih mungkin menggunakan vape dibanding orang dewasa.

Industri tembakau kini tak hanya menjual rokok konvensional, tetapi juga produk nikotin dalam bentuk kantong, tembakau yang dipanaskan (heated tobacco), dan vape. Semuanya diklaim lebih “aman”, tetapi tetap menimbulkan kecanduan dan risiko kesehatan serius.

“Rokok elektrik memicu gelombang baru kecanduan nikotin,” kata Etienne Krug, Direktur Departemen Determinan Kesehatan, Promosi, dan Pencegahan WHO.

“Produk ini dipasarkan sebagai upaya pengurangan bahaya, tetapi pada kenyataannya justru membuat anak-anak kecanduan nikotin lebih dini dan berisiko merusak kemajuan yang telah dicapai selama puluhan tahun.”

Lebih banyak perempuan yang berhenti menggunakan tembakau dibanding laki-laki

ilustrasi berhenti merokok (freepik.com/freepik)

Selama dua dekade terakhir, baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan tren penurunan penggunaan tembakau. Namun, perempuan memimpin perubahan ini. Mereka mencapai target global WHO lima tahun lebih cepat, tepatnya pada tahun 2020.

  • Prevalensi tembakau pada perempuan turun dari 11 persen (2010) menjadi 6,6 persen (2024).

  • Jumlah pengguna tembakau perempuan berkurang dari 277 juta menjadi 206 juta dalam 14 tahun.

Sebaliknya, laki-laki masih tertinggal jauh. Lebih dari 1 miliar laki-laki di dunia masih menggunakan produk tembakau, dan baru diperkirakan bisa mencapai target pengurangan pada tahun 2031.

Saat ini, 4 dari 5 pengguna tembakau di dunia adalah laki-laki.

Asia Tenggara memimpin dalam hal penurunan prevalensi merokok pada laki-laki

  • Asia Tenggara: Dahulu menjadi pusat tertinggi dunia, prevalensi pada laki-laki hampir turun setengahnya, dari 70 persen pada tahun 2000 menjadi 37 persen pada 2024. Kawasan ini sendiri menyumbang lebih dari separuh penurunan global.

  • Afrika: Prevalensi terendah di antara semua kawasan, yaitu 9,5 persen pada 2024, dan berada di jalur untuk mencapai target penurunan 30 persen. Namun, karena pertumbuhan penduduk, jumlah absolut pengguna tembakau terus meningkat.

  • Amerika: Kawasan ini berhasil mencapai penurunan relatif sebesar 36 persen, dengan prevalensi turun menjadi 14 persen pada 2024, meskipun beberapa negara masih kekurangan data yang memadai.

  • Eropa: Kini menjadi kawasan dengan prevalensi tertinggi di dunia, dengan 24,1 persen orang dewasa menggunakan tembakau pada 2024. Perempuan di Eropa memiliki prevalensi tertinggi secara global, yaitu 17,4 persen.

  • Mediterania Timur: Prevalensi sebesar 18 persen, dengan penggunaan tembakau yang terus meningkat di beberapa negara.

  • Pasifik Barat: Sebanyak 22,9 persen orang dewasa menggunakan tembakau pada 2024, turun dari 25,8 persen pada 2010. Namun, kemajuan di kawasan ini adalah yang paling lambat. Perempuan memiliki prevalensi rendah, yaitu 2,5 persen, sementara laki-laki justru memiliki prevalensi tertinggi di antara semua kawasan, yaitu 43,3 persen.

Setiap negara didesak untuk memperkuat kebijakan pengendalian tembakau

WHO mendesak setiap negara untuk memperkuat kebijakan pengendalian tembakau, di antaranya:

  • Menerapkan dan menegakkan penuh paket kebijakan MPOWER.

  • Menutup celah regulasi yang dimanfaatkan industri untuk memasarkan produk nikotin pada anak muda.

  • Menaikkan pajak tembakau, melarang iklan, dan memperluas layanan berhenti merokok.

“Hampir 20 persen orang dewasa masih menggunakan produk tembakau dan nikotin. Kita tidak boleh lengah,” kata Jeremy Farrar, Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Promosi Kesehatan serta Pencegahan dan Perawatan Penyakit.

“Dunia telah mencatat kemajuan, tetapi tindakan yang lebih kuat dan lebih cepat adalah satu-satunya cara untuk mengalahkan epidemi tembakau.”

Sebagai informasi, kebijakan MPOWER adalah paket strategi pengendalian tembakau yang diluncurkan oleh WHO pada tahun 2008 untuk membantu negara-negara menerapkan WHO Framework Convention on Tobacco Control (FCTC). Tujuannya adalah menekan permintaan tembakau, menyelamatkan jutaan jiwa, dan mengurangi angka perokok di seluruh dunia.

MPOWER merupakan akronim dari enam langkah utama:

  • M – Monitor: Mengawasi penggunaan tembakau dan kebijakan pencegahannya

  • P – Protect: Melindungi masyarakat dari paparan asap rokok

  • O – Offer: Menawarkan bantuan bagi perokok yang ingin berhenti

  • W – Warn: Memberikan peringatan tentang bahaya tembakau (misalnya lewat label peringatan kesehatan)

  • E – Enforce: Menegakkan larangan iklan, promosi, dan sponsor produk tembakau

  • R – Raise: Menaikkan pajak tembakau untuk mengurangi konsumsi

Editorial Team