5 Fakta Menarik seputar Sex Reassignment Surgery

Operasi ini pertama kali dilakukan pada tahun 1922

Sex reassignment surgery, gender confirmation surgeries, atau operasi konfirmasi gender adalah prosedur medis yang membantu seseorang bertransisi ke jenis kelamin yang mereka identifikasi sendiri. 

Orang-orang dengan disforia gender merasa bahwa identitas kelaminnya tidak cocok dengan jenis kelaminnya secara biologis, sehingga mereka mengambil keputusan untuk menjalani prosedur konfirmasi gender ini.

Banyak orang yang menjalani prosedur medis ini melaporkan peningkatan kesehatan mental dan kualitas. Menarik untuk disimak, berikut ini beberapa fakta mengenai sex reassignment surgery yang perlu diketahui.

1. Apa itu sex reassignment surgery

5 Fakta Menarik seputar Sex Reassignment Surgeryilustrasi perubahan gender dari laki-laki (A) ke perempuan (B) (researchgate.net)

Dilansir Healthdirect, operasi konfirmasi gender (dulunya dikenal sebagai operasi penggantian kelamin) memungkinkan seseorang dengan disforia gender untuk secara permanen mengubah bagian tubuh mereka yang terkait dengan jenis kelaminnya secara biologis.

Operasi ini juga memungkinkan seseorang untuk mengubah penampilan fisik dengan terapi hormon. Ini akan membuat seseorang terlihat seperti jenis kelamin yang diinginkannya. Misalnya, perempuan akan menjalani terapi androgen dan mungkin mulai menumbuhkan rambut di wajah. Laki-laki akan menjalani terapi estrogen dan anti-androgen, yang akan membuat mereka terlihat lebih feminin.

Operasi konfirmasi jenis kelamin biasanya melibatkan beberapa operasi:

  • Untuk orang yang lahir sebagai laki-laki, pembedahan dapat melibatkan pengangkatan penis dan testis, dan terkadang kelenjar prostat. Jaringan dari penis digunakan untuk membuat vagina dan klitoris, yang akan memiliki sensasi. Bibir di sekitar vagina (labia) dapat dibuat dari jaringan dari skrotum. Tabung yang mengeluarkan urine dari tubuh, uretra, diperpendek. Setelah operasi, orang tersebut menggunakan dilator vagina untuk menjaga vaginanya tetap terbuka.

  • Banyak orang juga menjalani operasi untuk membuatnya terlihat lebih feminin, misalnya implan payudara, atau operasi kosmetik untuk mengubah bibir, mata, hidung, atau jakun.

  • Untuk orang yang lahir sebagai perempuan, pembedahan mungkin melibatkan pengangkatan payudara (mastektomi), ovarium dan rahim (histerektomi). Vagina ditutup dan penis dan skrotum dibuat dari jaringan lain, misalnya dari lengan, paha, punggung atau bagian dalam dinding perut. Terkadang penis dibuat dari klitoris, yang sebelumnya telah diperbesar dengan terapi hormon. Uretra bisa diperpanjang sehingga seseorang bisa menggunakan toilet sambil berdiri. Kadang implan penis ditempatkan di dalam penis untuk memungkinkan ereksi.

2. Sejarah operasi perubahan gender

5 Fakta Menarik seputar Sex Reassignment Surgeryilustrasi pembedahan atau operasi (unsplash.com/Piron Guillaume)

Operasi konfirmasi gender pertama kali dilakukan oleh Magnus Hirschfeld, seorang dokter dari Jerman. Ia menawarkan pasiennya untuk mengikuti terapi hormon atau perubahan jenis kelamin. Dilansir Scientific American, Hirschfeld mendukung mereka yang ingin hidup dengan jenis kelamin yang diinginkan. Sayangnya, sebagian karya jurnal milik Hirschfeld hancur setelah pembakaran buku oleh Nazi tahun 1933.

Dilaporkan bahwa operasi perubahan kelamin dilakukan pertama kali oleh Hirschfeld pada tahun 1922. Pasien pertamanya adalah Dora Richter, yang lahir dengan nama Rudolph, yang kala itu bekerja di institut kesehatan Hirschfeld. Rudolph menjalani operasi kelamin dari laki-laki menjadi perempuan. Richter kemudian menjalani beberapa operasi lanjutan hingga tahun 1931.

Salah satu pasien ternama Hirschfeld juga termasuk Lili Elbe, seorang pelukis yang lahir dengan nama Einar Wegener. Lili mulai menjalani operasi pada tahun 1930, tetapi sayangnya ia meninggal dunia pada tahun 1931 setelah mengalami perdarahan pascaoperasi. Kehidupan Lili diangkat ke layar lebar, yaitu lewat film The Danish Girl tahun 2015 yang diperankan secara apik oleh aktor Eddie Redmayne.

Saat Perang Dunia II, Nazi Jerman memaksa Hirschfield ke pengasingan dan institutnya di Berlin, Jerman, pun dihancurkan. Selanjutnya penelitian mengenai operasi gender muncul di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1940-an. Salah satunya adalah Dr. Alfred Kinsey, ahli biologi yang mendirikan Institute for Sex Research di Indiana University pada tahun 1947 (sekarang dikenal sebagai Kinsey Institute).

Kinsey adalah orang pertama yang  menggunakan kata "transeksual" pada jurnal studi gender. Pasien pertama yang menjalani operasi perubahan alat kelamin adalah ChristineJorgensen. Keterbukaan Jorgensen mengenai operasinya membuat pandangan orang-orang di AS seputar perubahan gender menjadi berubah.

Baca Juga: 5 Fakta Disforia Gender, Mempertanyakan Jiwa di Diri Sendiri

3. Jenis-jenis operasi konfirmasi gender

5 Fakta Menarik seputar Sex Reassignment Surgeryproses operasi hidung dan juga dagu (ohniww.org)

Menurut keterangan dari American Society of Plastic Surgeons, operasi konfirmasi gender dilakukan oleh tim multispesialis yang biasanya mencakup ahli bedah plastik bersertifikat. Tujuannya adalah untuk memberikan individu transgender penampilan fisik dan kemampuan fungsional dari gender yang mereka inginkan.

Berikut ini adalah beberapa prosedur yang tersedia untuk transpuan dan pria trans:

  • Facial feminization surgery: untuk mengubah fitur maskulin wajah menjadi lebih feminin
  • Transfeminine top surgery: untuk meningkatkan ukuran dan bentuk payudara untuk menciptakan penampilan dada yang lebih feminin
  • Transfeminine bottom surgery: untuk mengubah alat kelamin laki-laki dan merekonstruksinya menjadi alat kelamin perempuan
  • Facial masculinization surgery: untuk mengubah fitur feminin wajah menjadi penampilan yang lebih maskulin
  • Transmasculine top surgery: untuk mengangkat jaringan payudara (mastektomi) dari kedua payudara dan menciptakan tampilan feminin pada dada
  • Transmasculine bottom surgery: untuk mengubah alat kelamin perempuan dan merekonstruksinya menjadi alat kelamin laki-laki
5 Fakta Menarik seputar Sex Reassignment Surgeryilustrasi gender (unsplash.com/Dainis Graveris)

Menurut laporan berjudul "Gender Afirmation Surgery" yang dipublikasikan dalam jurnal BioMed Research International tahun 2018, sex reassignment surgery sebetulnya bukan untuk membuat pasien merasa maskulin atau feminin, tetapi supaya pasien merasa bahagia dan nyaman dengan tubuhnya.

Dijelaskan juga bahwa pasien bisa memilih prosedur operasi yang ia inginkan lewat diskusi dengan tim dokter. Misalnya, seorang laki-laki ingin menjadi perempuan tanpa ingin mengganti bagian organ intimnya.

4. Tidak semua orang dengan disforia gender dapat menjalani operasi konfirmasi gender

5 Fakta Menarik seputar Sex Reassignment Surgeryilustrasi konsultasi dengan psikiater (pexels.com/cottonbro)

Operasi konfirmasi gender tidak untuk semua orang. Banyak orang dengan disforia gender yang nyaman dengan terapi hormon saja. Memilih operasi adalah keputusan besar karena hampir tidak mungkin untuk diubah lagi.

Ada panduan internasional mengenai operasi konfirmasi gender. Sebelum memutuskan untuk menjalani operasi ini, seseorang harus memiliki:

  • Disforia gender yang telah berlangsung selama beberapa waktu
  • Mampu mengambil keputusan dengan semua informasi yang diberikan serta memberikan persetujuan
  • Usia di atas 18 tahun
  •  Memiliki masalah kesehatan fisik atau mental yang terkontrol dengan baik
  • Telah menjalani terapi hormon selama 12 bulan secara terus-menerus bila memang itu direkomendasikan
  • Sudah hidup selama 12 bulan terus-menerus dengan jenis kelamin yang sesuai dengan identitas gender yang dirasakan
5 Fakta Menarik seputar Sex Reassignment Surgeryilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/gpointstudio)

Konseling biasanya direkomendasikan bagi siapa saja yang mempertimbangkan operasi konfirmasi gender.

Evaluasi kesehatan mental juga dibutuhkan. Ahli kejiwaan seperti psikiater dapat membantu memastikan kondisi mental pasien sebelum menjalani operasi besar. Selain nantinya akan ada perubahan fisik pascaoperasi, pasien yang menjadi operasi konfirmasi gender juga dapat mengalami perubahan secara emosional.

Seperti halnya operasi apa pun, ada risiko yang bisa terjadi dan perlu diketahui, teramsuk perdarahan, infeksi, pembekuan darah, kerusakan jaringan, dan perubahan sensasi di kulit. Setelah itu, beberapa pasien memiliki masalah dalam buang air atau mencapai kenikmatan seksual dan/atau orgasme.

Untuk orang dengan disforia gender, operasi konfirmasi gender secara medis diperlukan dan hampir selalu membuat mereka merasa puas dan bahagia setelah operasi. Meski demikian, ada kemungkinan pasien tidak puas dengan penampilannya pascaoperasi. Prosedur ini tidak menyelesaikan masalah pada semua orang dengan disforia gender.

Penting untuk mendiskusikan pro dan kontra secara rinci dengan tim dokter, khususnya bagaimana penampilan atau hasil setelah operasi. Beberapa pertanyaan yang bisa diajukan antara lain:

  • Apa saja teknik bedah yang tersedia?
  • Apa kelebihan dan kekurangan masing-masing teknik tersebut?
  • Seperti apa gambaran hasilnya setelah operasi dilakukan?
  • Apa saja kemungkinan risiko dan komplikasinya?

5. Apa yang terjadi pascaoperasi?

5 Fakta Menarik seputar Sex Reassignment Surgeryilustrasi proses pemulihan (pexels.com/gustavo-fring)

Pascaoperasi konfirmasi gender, pastikan pasien untuk mematuhi segala anjuran dokter dan tindak lanjut untuk membantu mendapatkan hasil terbaik dari prosedur yang dijalani. 

Pasien mungkin butuh terapi dan konseling hormon yang berkelanjutan saat menyesuaikan diri dengan tubuh dan gaya hidup barunya. Bila pasien memiliki vagina baru, mungkin perlu menggunakan dilator vagina secara teratur.

Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan di area saluran kemih. Dalam beberapa kasus, pada pasien yang memiliki ekstensi uretra, mungkin ia perlu menggunakan kateter selama 3-4 minggu, mengutip Medical News Today

Beberapa pasien mungkin akan menghadapi diskriminasi atau menjadi terisolasi secara sosial setelah operasi. Selain itu, ada pula kemungkinan pasien menyesali keputusan dan hasil operasi yang dijalani. Bila ini terjadi, atau mengalami perasaan cemas dan tertekan pascaoperasi, bicarakan dengan dokter.

Itulah hal-hal yang perlu diketahui seputar sex reassignment surgery, prosedur medis yang bisa dilakukan oleh orang-orang dengan disforia gender. Semoga menambah wawasanmu, ya!

Baca Juga: Bukan Sekadar Suka Dua Gender, 6 Fakta Menarik seputar Biseksual

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya