Sifilis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Salah satu penyakit menular seksual yang paling umum

Hubungan seksual yang tidak aman bisa meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual. Dari berbagai penyakit menular seksual, salah satu yang paling umum adalah sifilis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum.

Jika dibiarkan, penyakit yang dijuluki "raja singa" ini bisa berakibat fatal pada pasien. Berita baiknya, sifilis bisa disembuhkan asalkan kita paham cirinya sebelum terlambat. Tetap waspada saat berhubungan seks, berikut adalah fakta tentang penyakit sifilis.

1. Gejala

Sifilis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi gejala chancre pada lidah pasien sifilis (wikimedia.org)

Menurut penjelasan dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), sifilis berkembang dalam empat tahap. Beda tahap, beda juga gejala yang terlihat. Menurut tahapannya, gejala sifilis dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Primer: Gejala muncul 10–90 hari (minimal 3 minggu) setelah infeksi T. pallidum. Gejala utama adalah munculnya chancre, luka kecil yang tak menyebabkan rasa sakit. Bertahan hingga 6 minggu, chancre bisa muncul di:

  • Penis maupun vagina
  • Anus
  • Rektum
  • Bibir atau rongga mulut

2. Sekunder: Muncul ruam pada kulit (biasanya pada telapak tangan dan/atau kaki) sekitar 6 minggu hingga 6 bulan setelah infeksi. Karena tidak menyebabkan rasa sakit, maka sering kali pasien tidak menyadarinya. Gejala lain pada tahap sekunder adalah:

  • Sakit kepala
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Kelelahan
  • Demam
  • Penurunan berat badan
  • Rambut rontok
  • Nyeri sendi.

3. Laten: Sesuai namanya, dalam tahap ini gejala primer dan sekunder menghilang. Namun, T. pallidum tetap berada di tubuh pasien. Tahap ini bisa memakan waktu bertahun-tahun sebelum sifilis berkembang ke tahap tersier.

4. Tersier: Umumnya terjadi 10–30 tahun setelah infeksi, gejala sifilis menyerang berbagai organ tubuh dan bisa menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani. Beberapa komplikasi yang bisa muncul pada tahap ini adalah:

  • Kehilangan penglihatan.
  • Kehilangan pendengaran.
  • Penurunan kondisi mental.
  • Penurunan kemampuan daya ingat.
  • Hancurnya jaringan lunak serta tulang.
  • Gangguan neurologi (dari stroke hingga meningitis).
  • Penyakit jantung.
  •  

2. Penyebab

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, sifilis disebabkan oleh bakteri T. pallidum. Sebagai penyakit menular seksual, sifilis menular dari hubungan seks dan seks yang berisiko, seperti seks anal dan seks oral karena bersentuhan langsung dengan chancre.

Penting untuk diketahui, sifilis tidak menyebar dari sentuhan dengan objek seperti:

  • Tempat duduk toilet.
  • Gagang pintu.
  • Kolam renang.
  • Hot tub.
  • Bathtub.
  • Pemakaian pakaian atau alat makan bergilir.

Selain hubungan seks tanpa pengaman, ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan probabilitas terkena sifilis. Ini termasuk:

  • Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.
  • Seseorang dengan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
  • Sedang menjalani program pre-exposure prophylaxis (PrEP) untuk mencegah AIDS.
  • Memiliki pasangan yang positif mengidap sifilis.

3. Komplikasi umum sifilis

Sifilis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi model bakteri T. pallidum, penyebab sifilis (biologydictionary.net)

Sifilis bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Umumnya, sifilis bisa menyebar ke otak dan sistem saraf (neurosifilis), mata (sifilis okular), dan telinga (otosifilis). Berdasarkan organ yang terdampak, gejala penyebaran sifilis meliputi:

1. Neurosifilis:

  • Sakit kepala parah.
  • Kelemahan otot atau gangguan gerakan otot.
  • Perubahan kondisi mental (susah berkonsentrasi, linglung, hingga perubahan kepribadian).
  • Demensia (gangguan daya ingat, nalar, dan pengambilan keputusan).

2. Sifilis okular:

  • Mata merah atau terasa sakit.
  • Perubahan pada penglihatan hingga kebutaan.

3. Otosifilis:

  • Penurunan hingga kehilangan pendengaran.
  • Tinitus.
  • Pusing atau vertigo.
  •  

Jika tak kunjung diobati, sifilis bisa menjadi fatal pada tahap tersier karena menyerang berbagai organ dalam tubuh. Dilansir Healthline, sifilis bisa menyebabkan:

  • Gumma (benjolan yang muncul di hati, otak, jantung, tulang, kulit, mata, hingga testis).
  • Kehilangan penglihatan.
  • Kehilangan pendengaran.
  • Kerusakan otak
  • Kelumpuhan
  • Meningitis
  • Kerusakan katup jantung
  • Aneurisme
  • Aortitis (inflamasi aorta)

Baca Juga: Apakah Air Liur Aman untuk Pelumas Seks? Ini Faktanya!

4. Sifilis dan kehamilan

Semua ibu hamil sangat direkomendasikan untuk menjalani tes sifilis pada kunjungan pertama pemeriksaan pranatalnya, dilansir CDC. Beberapa ibu hamil juga perlu dites sifilis lagi selama trimester ketiga dan saat persalinan.

Ibu hamil yang mengidap sifilis memiliki risiko lebih besar untuk mengalami keguguran, kelahiran prematur, hingga lahir mati. Selain itu, ibu hamil juga berisiko besar menularkan sifilis ke janin. Hal ini disebut sifilis kongenital dan bisa mengancam nyawa atau kualitas hidup bayi. Bayi yang terlahir dengan sifilis kongenital bisa mengalami:

  • Deformitas.
  • Tumbuh kembang yang terhambat.
  • Kejang.
  • Ruam.
  • Demam.
  • Pembengkakan hati dan limpa.
  • Anemia.
  • Penyakit kuning (jaundice).
  • Chancre.

Jika bayi mengalami sifilis kongenital dan tak terdiagnosis, maka bayi berisiko mengembangkan sifilis tahap akhir. Kondisi ini bisa merusak:

  • Tulang.
  • Gigi.
  • Mata.
  • Telinga.
  • Otak.

5. Diagnosis

Sifilis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi tes darah (pixabay.com/fernandozhiminaicela)

Jika gejala sifilis muncul, kamu diharapkan untuk berkonsultasi dengan dokter atau spesialis venereologi sebelum terlambat. Tes pertama yang dilakukan adalah tes darah dan tes fisik lain. Jika terdapat chancre, maka bisa dites apakah T. pallidum terdapat pada lesi tersebut.

Jika hasil tes darah positif sifilis dan pasien mengalami gangguan saraf akibat sifilis tersier, maka dokter akan melakukan pungsi lumbal. Dengan begitu, cairan serebrospinal bisa dikumpulkan untuk mengetes keberadaan T. pallidum.

Karena sifilis bisa terlewatkan, maka segera diagnosis bila gejala-gejala sifilis sebelumnya terjadi. Terlepas dari munculnya gejala atau tidak, segera tes bila kamu:

  • Berhubungan seks tanpa pengaman dengan orang yang (diduga) menderita sifilis.
  • Adalah ibu hamil.
  • Adalah pekerja seks komersial.
  • Adalah seorang narapidana.
  • Berhubungan seks tanpa pengaman dan berganti-ganti pasangan.
  • Memiliki orientasi seksual homoseksual.

6. Pengobatan

Kabar baiknya, sifilis adalah infeksi bakteri. Maka, seharusnya bisa diobati 100 persen dengan antibiotik. Jika sifilis masih dalam tahap primer dan sekunder, maka antibiotik seperti penisilin bisa diandalkan. Namun, jika pasien alergi pada penisilin, maka antibiotik lain bisa digunakan, seperti:

  • Doxycycline.
  • Ceftriaxone.

Penisilin juga digunakan untuk merawat sifilis pada ibu hamil. Jika ibu hamil alergi, maka dokter akan menerapkan protokol desensitisasi penisilin. Dokter akan memberikan penisilin dosis ringan dalam beberapa jam sehingga respons sistem imun bisa menerima penisilin.

Perlu diketahui, protokol desensitisasi penisilin tidak menyembuhkan alergi terhadap penisilin. Akan tetapi, dengan begitu, sistem imun bisa menoleransi penisilin sementara. Jika memang ibu hamil alergi terhadap penisilin, jangan rahasiakan dari dokter.

Jika pasien mengalami neurosifilis, maka penisilin bisa diberikan secara intravena sehingga butuh rawat inap. Akan tetapi, jika sifilis sudah masuk tahap akhir, maka komplikasinya tak bisa dikembalikan. Sementara T. pallidum bisa dibasmi, pengobatan akan berfokus pada meringankan rasa sakit dan tidak nyaman.

Selama pengobatan, pasien diharapkan untuk menghindari hubungan seksual hingga semua chancre hilang dan dokter sudah mengizinkan. Pasangan dari pasien sifilis juga perlu mendapat perawatan, serta tak diperbolehkan untuk berhubungan seks sampai perawatan komplet.

Umumnya, pengobatan sifilis menimbulkan efek samping reaksi Jarisch-Herxheimer (JHR). Kondisi yang merupakan respons sistem imun ini umumnya hilang dalam 24 jam setelah perawatan. Gejala-gejala yang termasuk dalam JHR adalah:

  • Demam.
  • Panas dingin.
  • Ruam.
  • Mual dan muntah.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri sendi dan otot.

7. Pencegahan

Sifilis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi kondom (pixabay.com/Bru-nO)

Seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis bisa dicegah. Meski pernah terinfeksi, ini bukan berarti kamu 100 persen kebal dari sifilis. Jadi, mengutip WebMD, beberapa cara umum untuk mencegah sifilis adalah:

  • Jangan berhubungan seksual dengan orang yang terinfeksi T. pallidum.
  • Gunakan pengaman (seperti kondom) setiap berhubungan seksual.

Selain itu, cobalah untuk setia dan hindari praktik sering ganti pasangan seksual. Hindari berbagi sex toy dan tidak menggunakan jarum secara bergilir. Keduanya dapat meningkatkan risiko terkena sifilis.

Itulah fakta mengenai sifilis, termasuk pengobatan dan pencegahannya. Meski hubungan seksual menggiurkan, tetap berjaga-jaga karena sifilis mengintai setiap waktu. Jadi, selalu praktikkan safe sex dengan pasangan, ya!

Baca Juga: Jaga Kesehatan Reproduksi, Jangan Lakukan 5 Hal Ini

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya