TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Bahaya Jika Sering Melakukan Anal Sex, Kurang Higienis

Menularkan penyakit seksual sampai anus yang robek

Kurang higienis, anal sex bisa berbahaya (pexel.com/SHVETS production)

Pada umumnya, penetrasi saat melakukan hubungan seksual adalah melalui vagina. Namun, tak sedikit yang melakukan penetrasi melalui anus atau yang lebih dikenal dengan anal sex. Anal sex juga tak selamanya membutuhkan penetrasi. Bisa menggunakan jari atau fingering, sex toys, maupun dikombinasikan dengan oral sex.

Karena sejatinya bukan berfungsi sebagai organ seksual utama, banyak risiko berbahaya jika tidak melakukan anal sex dengan benar. Mulai dari infeksi bakteri sampai robeknya anus. Simak penjelasannya di bawah ini. 

1. Banyak bakteri, peluang infeksi lebih tinggi

Melakukan seks anal bisa menyebabkan infeksi (pexels.com/pixabay)

Seperti yang kita tahu, anus merupakan jalan keluar dari feses. Feses yang dikeluarkan pun merupakan sisa dari sistem pencernaan. Sehingga di dalam anus atau rektum banyak sekali bakteri yang merupakan sisa-sisa dari sistem pencernaan. Jika tidak dalam keadaan benar-benar bersih hal ini tentu berbahaya. Penis, jari, atau sex toys yang masuk pada anus akan keluar dengan membawa bakteri. 

Apalagi jika penis, jari, atau sex toys yang baru keluar dari anus dimasukkan pada vagina atau digunakan untuk oral sex tanpa dibersihkan terlebih dahulu. Tentu hal ini memudahkan bakteri atau berbagai penyakit untuk menyebar pada vagina. Perpindahan bakteri ini bisa menyebabkan infeksi dan penyakit menular seksual.

Baca Juga: 5 Penyakit Ini Bisa Timbul dari Seks Anal, Pahami sebelum Ambil Risiko

2. Menjadi jalan penularan penyakit seksual

Anal sex bisa menjadi jalan penularan penyakit menular seksual (pexels.com/EDD Sylvia Nenntwich)

Seperti poin di atas, anus sejatinya merupakan tempat yang penuh dengan bakteri karena menjadi tempat jalan keluarnya feses. Anus yang kotor pasti menjadi sarang berkumpulnya bakteri. Sehingga jika sering melakukan anal sex, bisa berakibat menularkan penyakit seksual. 

Beberapa penyakit menular seksual yang bisa ditularkan adalah klamidia, herpes, sifilis, gonorea, HPV, hingga HIV. Apalagi, jika anal sex dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Hal ini tentu tidak higienis. Tidak menggunakan kondom juga meningkatkan risiko penularan penyakit karena tidak adanya proteksi.

3. Tidak elastis, anus berisiko robek

Anus berisiko robek (pexels.com/cottonbro studio)

Berbeda dengan otot vagina, otot di sekitar anus tidak elastis. Serta anus tidak bisa memproduksi pelumas alami seperti vagina. Sehingga besar kemungkinan terjadi kerobekan pada anus saat penetrasi dilakukan.

Jika anus sudah robek, hal ini mempermudah penularan penyakit seksual. Anus yang robek bisa menjadi jalan masuknya virus dan bakteri pada aliran darah. Hal ini tentu sangat berbahaya. Kerobekan bisa diantisipasi dengan menggunakan water-based lubricant, namun hal ini tidak 100 persen aman.

4. Sulit menahan rasa buang air besar

Anus yang tidak elastis membuat sulit menahan buang air besar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Di dalam anus, ada sebuah jaringan otot yang berbentuk melingkar. Otot ini disebut sfingter anus. Yang berfungsi untuk menahan feses yang sudah mencapai anus. Tidak seperti vagina yang memiliki otot elastis, jika terlalu sering dilakukan penetrasi pada anus, otot ini lama-lama akan melemah.

Jika otot ini melemah bisa mengakibatkan sulit untuk menahan feses yang mau keluar. Tentu hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman. Apalagi jika tiba-tiba terasa ingin buang air besar dan tidak ada toilet di sekitar. 

Baca Juga: Anal Seks setelah Operasi, Kapan dan Bagaimana Sebaiknya?

Verified Writer

Grace Putri Aria

sedang belajar menjadi penulis yang baik

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya