TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa yang Harus Dilakukan Jika Kondom Robek atau Bocor?

Harus segera ambil tindakan, tapi jangan panik

ilustrasi kondom (pexels.com/cottonbro)

Kondom merupakan satu-satunya pelindung fisik yang tak hanya mampu mencegah pembuahan, tetapi juga penyakit menular seksual. Menggunakannya dapat menjadi pelindung untuk kamu dan pasangan. Namun, apa yang harus dilakukan jika kondom robek

Tentu saja, efektivitasnya akan menurun. Alih-alih panik, berikut 'mitigasi' yang perlu kamu lakukan saat mendapati kondom rusak, baik sebelum atau ketika digunakan.

Penyebab kondom robek

ilustrasi kondom (freepik.com/freepik)

Dalam produksinya, daya tahan kondom telah diuji sedemikian rupa sehingga pabrikan mampu menghadirkan produk yang benar-benar aman. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan adanya risiko kondom rusak. Entah karena produksi, distribusi, maupun akibat penyimpanan.

Panas dan gesekan berlebih adalah dua hal yang menjadi ‘musuh’ kondom. Secara tidak langsung, suhu tinggi menyebabkan kualitas kondom menurun, serta menghilangkan pelumas yang ada di dalam produknya. 

Hasilnya, kondom menjadi kering sehingga begitu digunakan pun rentan mengalami robekan. Hal tersebut juga berlaku ketika kondom terkena minyak atau bahan kimia lain yang melemahkan kondom. 

Selain itu, gesekan yang berlebih juga meningkatkan risiko kondom rusak. Misalnya, ketika menyimpan kondom di dompet atau area lain yang sering dibuka-tutup. 

Alasan lain mengapa kondom rusak termasuk masa penyimpanan. Produk yang sudah lama berada di boks, mungkin mengalami perubahan kualitas dan menjadi kering.

Penyebab kondom rusak juga bisa karena penggunaan yang keliru. Termasuk pemilihan ukuran yang terlalu kecil, membuka kondom dengan benda tajam seperti gigi atau gunting, hingga menggunakannya tanpa pelumas yang cukup. 

Apa yang harus dilakukan jika kondom robek?

Kondom yang rusak tentu menimbulkan kepanikan. Momen panas pun bisa berubah gerah. Hal ini memang termasuk kondisi serius, terlebih jika kamu sedang tidak merencanakan kehamilan atau seks bersama pasangan dengan penyakit menular seksual.

Meski demikian, ada beberapa pengamanan yang bisa kamu lakukan. Take a deep breath, pahami kondisimu, baru ambil tindakan seperti yang dijelaskan dalam Very Well Health berikut ini. 

1. Menghentikan seks dan mengeluarkan cairan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Pertama, kamu perlu mengidentifikasi kapan kondom mulai rusak. Jika mengetahuinya sebelum seks dimulai, sebaiknya ganti dengan produk baru.

Namun, jika sudah terjadi penetrasi, coba ketahui apakah kamu atau pasangan sudah mendapatkan ejakulasi. Selain itu, cek pula adakah partikel kondom yang tertinggal di penis, di dalam vagina, ataupun rektum. 

Apabila kondom pecah di dalam setelah ejakulasi, kemungkinan telah terjadi pertukaran air mani atau cairan tubuh lainnya. Jika begitu, cobalah untuk mengeluarkan semen sebanyak mungkin dari vagina atau rektum.

Setelahnya, lakukan pembersihan menggunakan air mengalir. Hindari melakukan douché karena dapat menghilangkan bakteri alami vagina dan memicu iritasi.

Baca Juga: 7 Ciri-Ciri Kondom Kedaluwarsa, Berisiko Jika Dipakai

2. Kunjungi layanan kesehatan

ilustrasi periksa ke dokter (pexels.com/cottonbro)

Kalau kamu tidak yakin dengan status kesehatan pasangan (atau diri sendiri), ada baiknya segera mengunjungi layanan kesehatan. Kamu bisa menjelaskan apa yang terjadi pada petugas jaga di Unit Gawat Darurat (UGD) agar segera mendapat perawatan tepat.

Kamu dan pasangan mungkin akan mendapatkan rapid test untuk mengetahui apakah memiliki penyakit menular seksual, terutama HIV/AIDS. 

Meski hasil tes menunjukkan negatif, dokter mungkin tetap akan memberikan antiretroviral sebagai bentuk antisipasi penularan. Obat tersebut biasanya diresepkan selama 28 hari dan harus terus diminum. Setelahnya, dokter mungkin meminta melakukan tes lebih lengkap.

Konsumsi obat tersebut merupakan salah satu bentuk pencegahan yang disebut terapi profilaksis pasca pajanan HIV (PEP). Dilansir Center of Disease Control and Prevention, upaya ini harus diberikan dalam kurun waktu 24 jam setelah paparan cairan, dan bersifat efektif ketika dilakukan kurang dari 72 jam. 

3. Mencegah kehamilan

ilustrasi test pack (pixabay.com/juliafiedler)

Sembari mengantisipasi penularan penyakit menular seksual, kamu juga bisa menanyakan pada petugas medis terkait pencegahan kehamilan. Perawat atau dokter mungkin menyarankan beberapa opsi.

Termasuk di antaranya, menggunakan pil KB darurat atau biasa disebut morning pills. Selain itu, bisa pula dengan pemasangan IUD ke dalam rahim dalam kurun waktu kurang dari 5 hari untuk mencegah pembuahan.

Pil KB darurat merupakan kelas obat kontrasepsi progestin. Obat ini bekerja dengan memengaruhi tubuh agar tidak melepaskan sel telur yang berpotensi dibuahi. Pil KB darurat disarankan dan efektif apabila diminum sesegera mungkin setelah terjadinya pertukaran cairan.

Adapun IUD merupakan alat berbentuk T dari tembaga yang melepaskan sejumlah kecil mineral ke dalam tubuh. IUD tembaga mencegah kehamilan dengan mempersulit sperma mencapai sel telur. Alat ini efektif apabila dipasangkan oleh dokter setidaknya 5 hari setelah pertukaran cairan.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya