Cara Mengendalikan Fetish yang Mulai Mengganggu Aktivitas
Agar tidak merugikan orang lain
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bicara tentang seks, setiap orang punya tingkat ketertarikan yang berbeda pada suatu hal. Pada tingkat tertentu, ketertarikan bisa jadi tak cuma preferensi seksual, tetapi sudah berubah menjadi fetish. Artinya, seseorang memerlukan hal tersebut untuk membuatnya bergairah.
Walau begitu, bukan berarti memiliki fetish adalah hal yang tidak normal. Namun, jika ketertarikan ini menimbulkan masalah dalam sebuah hubungan, maka kamu memerlukan cara mengendalikan fetish yang tepat. Mengapa ini penting? Simak uraiannya di bawah, ya!
Baca Juga: Apa Itu Hand Fetish? Ketertarikan Seksual pada Tangan
Apa itu fetish?
Fetish berasal dari kata Portugis feitico yang berarti 'mantra'. Kata ini berakar dari bahasa Latin facticius yang artinya 'dibuat-buat'. Kondisi ini dikategorikan sebagai paraphilia yang berarti menikmati perilaku seksual di luar norma, melansir Psychmechanics.
Umumnya, pemilik fetish atau fetishist memerlukan objek atau perilaku seksual yang khas. Objek yang dibutuhkan pun tidak selalu manusia, bisa pula benda mati, bentuk aktivitas seksual tertentu, hingga gambar dan konsep.
Meski begitu, sebetul fetish ialah hal umum. Dalam arti, banyak orang memang memiliki fetish tertentu. Dalam jurnal Journal of Sex Research disebutkan bahwa hampir setengah dari peserta penelitian pun memiliki fetish. Namun, fetish yang mereka miliki tergolong normal, belum memenuhi kategori paraphilia. Walaupun begitu, hal tersebut tak sekadar sebagai preferensi seksual.
Nah, fetish dan preferensi seksual ialah dua hal berbeda, lho! Preferensi seksual berarti kamu sekadar mencoba untuk membuat eksperimen di ranjang. Sementara itu, fetish berarti objek atau tindakan tersebut harus menjadi bagian dari seks agar kamu bisa terangsang, melansir Glamour.
Meski dianggap wajar, fetish bisa menjadi tidak normal. Dikatakan demikian apabila ketertarikan seksual berlebihan hingga menciptakan kecemasan yang signifikan secara klinis. Atau, berpotensi membahayakan diri sendiri maupun orang lain.