TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Benarkah Bersepeda bisa Memengaruhi Kualitas Sperma?

Menurut penelitian, ini jawabannya!

Benarkah bersepeda bisa memengaruhi kualitas sperma? (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Bersepeda masih menjadi hobi yang diminati masyarakat, bahkan popularitasnya makin melejit akhir-akhir ini. Apalagi ketika akhir pekan, jalanan (khususnya di tengah kota) dipenuhi oleh rombongan pesepeda. Jenisnya beragam, mulai dari sepeda lipat, fixie, road bike, sepeda gunung, hingga sepeda keranjang (city bike).

Akan tetapi, para lelaki perlu waspada. Pasalnya, bersepeda dikaitkan dengan kualitas sperma yang buruk. Benarkah demikian?

1. Dikaitkan dengan jumlah sperma yang rendah dan motilitas yang buruk

Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam jurnal Fertility and Sterility, bersepeda selama 5 jam atau lebih dalam seminggu dikaitkan dengan jumlah sperma yang rendah dan motilitas sperma yang buruk pada laki-laki. Motilitas adalah kemampuan sperma untuk bergerak secara efisien di dalam sistem reproduksi perempuan.

Para peneliti melakukan survei terhadap 2.200 laki-laki yang mendatangi klinik kesuburan di wilayah Boston, Amerika Serikat (AS), antara tahun 1993-2003. Kuesioner tersebut mencari tahu kondisi kesehatan umum, riwayat medis, serta jenis dan tingkat latihan mereka. Selain itu, mereka juga diminta menyediakan sampel air mani.

2. Penyebabnya diduga karena peningkatan suhu di skrotum saat bersepeda

ilustrasi bersepeda (pexels.com/Pixabay)

Kualitas air mani mungkin dipengaruhi oleh peningkatan suhu di skrotum atau trauma saat bersepeda. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Reproductive Toxicology tahun 2002, konsentrasi sperma turun 40 persen per 1 derajat Celsius kenaikan suhu skrotum.

Sementara itu, menurut studi yang diterbitkan dalam International Journal of Andrology tahun 2008, setelah bersepeda di dalam ruangan selama 60 menit dengan kecepatan 25,45 kilometer per jam, suhu skrotum meningkat dari 35,75 derajat Celsius menjadi 35,82 derajat Celsius.

Selain itu, para pesepeda banyak yang memakai pakaian ketat. Padahal, menurut riset yang dimuat dalam jurnal Human Reproduction tahun 2005, pakaian dalam yang ketat dikaitkan dengan suhu skrotum yang jauh lebih tinggi daripada pakaian dalam yang longgar.

Baca Juga: 7 Manfaat Kesehatan Berolahraga dengan Sepeda Statis

3. Laki-laki yang bersepeda memiliki jumlah sperma lebih rendah daripada mereka yang tidak berolahraga sama sekali

Mengutip studi yang pertama disebutkan, ditemukan bahwa laki-laki yang bersepeda 5 jam dalam seminggu atau lebih memiliki jumlah sperma yang lebih rendah daripada laki-laki yang tidak berolahraga sama sekali.

Di sisi lain, pesepeda kompetitif atau atlet sepeda dikaitkan dengan kualitas air mani yang buruk, serta masalah kemih dan genital. Statement ini diucapkan oleh Lauren Wise dari Boston University, AS, yang memimpin studi.

Menurutnya, bersepeda dikaitkan dengan masalah genitourinari seperti sindrom jebakan saraf (dialami 50-91 persen pesepeda) hingga disfungsi ereksi (terjadi pada 13-24 persen pesepeda).

4. Sadel mungkin menekan testis dan mengurangi aliran darah

ilustrasi sadel sepeda (pexels.com/Dó Castle)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sindrom jebakan saraf terjadi pada 50–91 persen pesepeda, yang membuat mereka mengalami mati rasa pada alat kelamin. Salah satu jenisnya adalah jebakan saraf pudendal.

Kondisi ini disebabkan oleh tekanan atau kompresi pada perineum (daerah antara skrotum dan anus) akibat duduk di sadel sepeda. Ini bisa menyebabkan disfungsi ereksi dan rasa sakit selama hubungan seksual.

Jika testis mengalami tekanan saat bersepeda, ini bisa mengurangi aliran darah dan berpotensi merusak sperma. Bahkan, mungkin mengarah pada ketidaksuburan atau infertilitas.

Baca Juga: 7 Cedera yang Paling Sering Dialami saat Bersepeda, Antisipasi ya!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya