TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Mitos Seputar Seks yang Masih Dipercaya Sampai Hari Ini, Apa Saja?

Jangan asal percaya ya!

redbookmag.com

Seks adalah pengalaman yang sangat luar biasa. Namun, meskipun sudah menjadi bagian vital dalam kehidupan manusia, nyatanya masih ada banyak hal tentang seks yang belum berhasil dijelaskan secara ilmiah. Bahkan, ada banyak mitos dan miskonsepsi tentang seks yang berkeliaran di luar sana.

Lebih parahnya lagi, mitos-mitos tersebut masih terus dipercaya hingga hari ini. Untuk meluruskannya, mari kita simak 7 mitos terkenal tentang seks dan penjelasannya di bawah ini.

1. Wanita akan merasakan sakit saat pertama kali berhubungan seks 

pexels.com/Andrea Piacquadio

Ada banyak mitos tentang keperawanan wanita. Salah satunya adalah mitos yang menyebutkan kalau hubungan seks dianggap menyakitkan bagi wanita yang baru pertama kali melakukannya. Pada gilirannya, mitos ini merembet ke gagasan tidak akurat lainnya tentang selaput dara. 

Memang benar kalau selaput dara bisa robek saat wanita melakukan hubungan seks pertamanya, walau tidak selalu menyakitkan. Hal ini juga bukan berarti kalau seks tidak pernah menyakitkan, karena beberapa wanita juga bisa merasakan kesakitan ketika melakukan seks yang ke sekian kalinya.

Jadi, kehilangan keperawanan pada saat "pertama" tidak selalu terasa sakit. Seperti yang diketahui, selaput dara sendiri telah menjadi bagian dari tubuh wanita yang sering disalahpahami. Berlawanan dengan kepercayaan populer, selaput dara yang masih utuh bukanlah sebuah tanda keperawanan yang bisa diglorifikasi, juga sebaliknya. 

Sebagaimana dijelaskan oleh Psychology Today, selaput dara bisa robek karena beberapa alasan non-seksual (bersepeda, misalnya), dan bahkan dapat tetap utuh setelah seorang wanita melakukan hubungan seks pertamanya.

2. Terlalu sering berhubungan seks dapat mengendurkan vagina 

dailymail.co.uk

Sebenarnya, mitos di atas sangat mencoreng kesucian para gadis yang ada di seluruh dunia. Karena pada kenyataannya, mitos tersebut tidak memiliki dasar dan fakta ilmiah. Pertama dan paling penting adalah karena vagina adalah organ yang sangat kompleks.

Nyatanya, kondisi vagina tidak benar-benar "rapat" ketika penetrasi seksual akan dilakukan. Jika iya, maka itu menunjukkan hubungan seks yang tidak menyenangkan karena wanita tidak merasa rileks. Keketatan yang ekstrem pada vagina juga bisa menjadi tanda dari kondisi medis yang disebut vaginismus.

Menurut Health Line, jika seorang wanita terangsang maka otomatis vaginanya akan menjadi lebih longgar. Hal ini dikarenakan peningkatan aliran darah ke wilayah tersebut, sehingga vagina akan melakukan perluasan di bagian-bagian tertentu. Jadi, "kelonggaran" pada vagina tidak tergantung pada berapa kali wanita berhubungan seks.

Menurut penelitian ilmiah, hanya ada dua faktor utama yang dapat memengaruhi elastisitas vagina, yaitu usia dan proses persalinan.

3. Berhubungan seks di saat menstruasi tidak akan membuat wanita hamil

pandiahealth.com

Sebagian besar dari kita mungkin berpendapat kalau melakukan hubungan seks selama menstruasi adalah hal yang "kotor." Namun, banyak juga yang menganggap kalau "momen" ini adalah waktu teraman untuk menghindari kehamilan. Nyatanya, wanita masih bisa hamil selama periode menstruasi.

Sementara logika di balik gagasan di atas adalah benar — tubuh perempuan (seharusnya) tidak berovulasi selama menstruasi — ada tiga faktor penting yang terlibat dalam proses pembuahan saat menstruasi. 

Mengutip dari laman Medical News Today, tiga faktor tersebut adalah berapa lama siklus menstruasi seorang wanita, perbedaan waktu ovulasi, dan berapa lama sperma dapat hidup di dalam tubuh wanita. Seperti yang diketahui, sperma yang "kuat" dapat tinggal di dalam vagina selama 3-5 hari dan akan melanjutkan tugasnya begitu proses ovulasi dimulai kembali.

Baca Juga: 5 Fakta seputar Cairan Lubrikasi Sintetis, Bikin Seks Makin Memuaskan!

4. Orgasme wanita sangat bergantung pada "kemampuan ranjang" yang dimiliki pasangannya 

intimacyadvisor.com

Apakah seorang wanita dapat mengalami orgasme atau tidak umumnya dianggap sebagai indikator kehebatan pasangannya di atas ranjang. Namun, jika kita melihat bagaimana proses orgasme wanita maka kita akan menyadari kalau hal itu jauh lebih rumit dari yang kita duga.

Faktanya, sekitar 10-15% wanita tidak bisa mencapai orgasme meskipun pasangannya hebat di ranjang. Sedangkan menurut Kim Wallen, profesor neuroendokrinologi Universitas Emory, orgasme wanita tidak melulu dari penetrasi penis karena seringkali dibutuhkan stimulasi lain seperti mainan seks untuk mencapainya. 

Bahkan secara evolusi, orgasme wanita (tampak) seperti tidak memiliki fungsi. Alasan mengapa begitu banyak wanita tidak dapat orgasme bukan karena pasangannya buruk di ranjang — walau terkadang hal itu dapat terjadi — tetapi karena orgasme wanita tetap menjadi aspek misterius yang belum dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sains.

5. Mitos ejakulasi dini pada pria 

arpub.org.br

Di luar sana, mungkin saja ada pria yang berkubang dalam rasa malu karena "selesai" terlalu cepat ketika sedang melakukan hubungan seksual. Meskipun tidak ada yang salah dengan hal itu, sains sendiri mengatakan kalau kebanyakan pria mungkin terlalu keras pada diri mereka sendiri. 

Sementara banyak majalah dan video dewasa yang menunjukkan kalau ejakulasi di bawah 30 menit itu terlalu dini, sebuah penelitian mengatakan kalau hubungan seksual yang "normal" ternyata hanya berlangsung rata-rata selama 5,4 menit.

Memang benar kalau wanita cenderung membutuhkan waktu lebih lama untuk orgasme daripada pria. Namun, apa yang oleh kebanyakan orang dianggap sebagai ejakulasi dini nyatanya adalah waktu yang cukup untuk menyelesaikan asuatu hubungan seksual. 

Jika kalian dapat meregangkannya hingga 7 sampai 13 menit maka itu sudah berada di dalam kategori yang memuaskan. Bahkan menurut terapis seks Barry W. McCarthy, sangat sedikit pria yang dapat melakukan hubungan seksual lebih dari 12 menit.

6. Makanan yang dikonsumsi akan memengaruhi rasa semen 

menshealth.pt

Banyak orang yang percaya kalau makanan tertentu dapat memengaruhi rasa semen yang keluar dari pria. Selain wanita, banyak pria yang juga memercayainya, karena hal itu terdengar seperti sebuah fakta. Bagaimanapun, rasa dan bau cairan dari tubuh seseorang dapat dipengaruhi oleh makanan yang mereka konsumsi.

Namun pada kenyataannya, tidak ada satu pun bukti ilmiah yang membenarkan kalau rasa semen berhubungan dengan apa yang kita konsumsi. Meskipun benar kalau sekresi tubuh lainnya seperti keringat dipengaruhi oleh diet yang sedang kita lakukan, logika yang sama tidak berlaku untuk air mani.

Sebagaimana dijelaskan dalam laman Bustle, hal itu karena semen bukanlah cairan tubuh biasa layaknya keringat. Tentunya, kita semua pasti paham akan hal ini.

Baca Juga: 5 Manfaat Mendesah saat Berhubungan Seks, Jangan Ditahan!

Verified Writer

Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya