ilustrasi merangsang vagina (unsplash.com/Sharon McCutcheon)
Beberapa keyakinan terkait seks oral, lalu berkembang menjadi mitos-mitos. Lantas, apakah benar isu ‘katanya-katanya’ seputar seks dengan mulut ini?
- Mitos #1: seks oral gak bisa membuat orgasme
Banyak yang anggapan bahwa seks oral hanyalah pelengkap penetrasi. Padahal, kenikmatan yang dihadirkan berbeda, lho! Baik pada perempuan maupun laki-laki, seks oral bisa sangat merangsang, bahkan lebih dari intercourse.
Dilansir Planned Parenthood, 80 persen perempuan mengalami kesulitan orgasme hanya dengan seks vaginal. Adapun seks oral dan rangsangan klitoris dengan lidah bisa membantu.
- Mitos #2: seks oral gak menyebabkan kehamilan
Tentu saja ini fakta. Seks oral gak melibatkan penetrasi ataupun mendekatkan penis ke arah vagina. Maka dari itu, jenis seks ini cenderung ‘aman’ dari risiko kehamilan, sekalipun menelan air mani pasangan.
- Mitos #3: seks oral bukanlah seks sesungguhnya
Faktanya, seks bukan hanya soal penetrasi. Apapun aktivitas yang menyebabkan rangsangan seksual, mulai dari meraba, menjilat, hingga mengulum pun termasuk dalam aktivitas seksual. Jadi, seks oral merupakan bagian dari seks, ya.
- Mitos #4: seks oral gak memengaruhi kesehatan mulut
Seksolog forensik, kepala seksologi dan direktur program penelitian klinis Felnett Health Research Foundation, Dr. Damian Jacob M. Sendler, mengatakan pada Insider bahwa ada kaitan antara kesehatan mulut dengan seks oral. Sebagian besar cairan yang keluar dari penis bersifat basa atau sedikit asam. Dampaknya mirip dengan makanan pada gigi. Menggosok gigi dan menjaga kesehatan mulut setelah seks oral merupakan cara tepat untuk mencegahnya.
- Mitos #5: seks oral gak berisiko HIV
HIV mengalami transmisi melalui pertukaran cairan yang mana air liur gak termasuk. Penularan HIV melalui seks oral terbilang rendah, persentasenya hanya sekitar 0,3 persen, melansir Insider. Meski demikian, risiko ini bisa meningkat jika kamu melakukan seks oral dengan individu positif HIV dan memiliki luka di mulut.