ilustrasi pasangan adu argumen (pexels.com/keira burton)
Bagi sebagian orang, gaya hidup swinging memang menyenangkan, seksi, dan sedikit 'nakal'. Namun, tetap memiliki risiko di baliknya.
Swinging bukan cinta satu malam, melainkan mengundang orang lain untuk masuk ke dalam hubunganmu. Dengan begitu, perilaku tersebut tentu dapat mendatangkan risiko. Tak berarti menghantui, tapi mengetahuinya risikonya dapat membuatmu mempertimbangkan gaya hidup swinging.
Risiko kesehatan
Kamu dan pasangan akan melibatkan orang lain, yang mungkin belum melakukan tes kesehatan reproduksi. Swinging dapat meningkatkan penularan HIV/AIDS, herpes, gonore, dan penyakit seksual lainnya. Sebab, aktivitas seksual ini tidak hanya dilakukan dengan satu orang.
Dilansir Reuters, penelitian yang dipublikasi dalam British Medical Journal mengungkap bahwa pasangan swinger menunjukkan tingkat penularan penyakit seksual yang lebih tinggi daripada prostitusi. Pelaku swinger berusia di atas 45 tahun lebih rentan dan memiliki risiko lebih tinggi. Selain itu, swinger perempuan memiliki tingkat infeksi lebih tinggi daripada swinger laki-laki.
Dr. H. Hunter Handsfield, seorang guru kedokteran di University of Washington Center for AIDS and STD, dilansir Swinger Symbol, mengutarakan bahwa masuk akal jika swinger mengalami tingkat penularan lebih tinggi dibanding kelompok lain. Sebab, mereka melakukan kontak seksual secara bersamaan dengan lebih dari satu orang pada waktu yang sama. Hal ini dapat menginfeksi banyak orang lain jika sebelum ia tak segera mendapatkan pengobatan. Apalagi jika ia sendiri tidak tahu bahwa terinfeksi.
Risiko emosional
Sebagian orang percaya bahwa swinging menjadi pilihan pas untuk mengembalikan kesenangan dalam hubungan. Padahal, hal ini justru jarang berhasil. Jika menerapkan swinging tanpa komunikasi yang baik dengan pasangan, ini justru dapat menimbulkan masalah baru yang membahayakan hubunganmu.
Selain itu, gaya hidup swinging juga mempertaruhkan banyak hal. Lalu, apakah kamu sudah cukup mempercayai pasanganmu? Walau terdapat aturan yang mengikat, tapi tak berarti pasanganmu tidak akan melanggarnya.
Dilansir Swing Social, banyak kasus swinger yang tidak mencapai kesepakatan dengan benar saat menjalaninya. Separuh menyukai interaksi dengan orang lain, sedangkan sisanya tidak menginginkan kontak sosial yang terlalu intens. Jika tidak diantisipasi, hal ini tentu menjadi masalah baru untuk hubunganmu.
Mengomunikasikan pada pasangan adalah hal wajib apabila memutuskan menjadi swinger. Pastikan masing-masing individu memberikan persetujuan dan bertanggungjawab atas risiko yang mungkin timbul.
Lebih lanjut, akan lebih baik, jika kamu mempertimbangkan matang-matang sebelum memutuskan menjalani gaya hidup ini. Selain itu, pastikan untuk melakukan pencegahan dengan menerapkan batasan, serta seleksi dengan tes kesehatan. Ingat, keamanan adalah yang utama!