ilustrasi threesome (pexels.com/cottonbro)
Di mana pun pelaksanaannya, threesome bukanlah hal mudah untuk diterima. Terlebih di negara yang menjunjung adat dan norma serta kebiasaan monogami.
Threesome bukan sebuah kejutan hadiah yang bisa menyenangkan pasangan. Sebaliknya, keinginan ini mungkin menyebabkan kekecewaan bahkan rasa marah.
Melibatkan threesome pada sebuah hubungan perlu mempertimbangkan banyak faktor dan risiko. Termasuk bahaya bagi kesehatan di balik seks dengan lebih dari satu orang.
Sebelum memutuskan mengajak orang lain ke atas ranjang, sampaikan terlebih dahulu keinginan pada pasangan. Capai kesepakatan tanpa paksaan, lalu pastikan doi benar-benar ingin melakukannya. Bukan sekadar ingin menyenangkan salah satu pihak.
Gak kalah penting, mengajak seseorang yang telah diketahui riwayat kesehatan seksualnya. Sebab, random pick bisa berisiko menularkan penyakit menular seksual, termasuk HIV dan gonore.
Threesome berisiko menciptakan jealousy alias rasa cemburu pada pasangan. Terlebih ketika ‘orang ketiga’ mendapatkan atensi lebih banyak sebagai ‘bintang tamu’. Belum lagi rasa ‘ditinggalkan’ ketika satu individu mendapat lebih banyak atensi daripada lainnya.
Sebelum menerapkannya, jangan lupa untuk set up boundaries atau menetapkan batasan. Termasuk aturan penggunaan pelindung fisik atau kondom, menyampaikan kesukaan dan ketidaksukaan, misalnya ingin menghindari seks anal, dan lain sebagainya.
Akan lebih baik jika mencoba threesome ketika gak ada pengaruh alkohol. Selain berpotensi menyebabkan gangguan ereksi dan vagina kering, alkohol dapat memengaruhi kesadaran seseorang, sehingga berpotensi melanggar batas yang ditentukan.
Threesome bukanlah hal yang bisa dilakukan untuk sekadar coba-coba. Sebelum melakukannya, baiknya perhatikan kemungkinan risiko daripada kepuasan yang didapat.
Namun, jika kamu menyukai tantangan dan mendapat lampu hijau dari pasangan, threesome merupakan salah satu kink yang bisa dicoba. Disclaimer: keputusan pribadi dan penilaian norma sosial tanggung jawab masing-masing, ya!