Pada tingkat tertentu, fetish dapat berdampak negatif. Sayangnya, tidak ada cara untuk menyingkirkannya begitu saja.
Hasil wawancara dengan Samuel Hughes, seorang peneliti psikologis di University of California, Santa Cruz, dalam Psychology Today menyebutkan bahwa fetish biasanya berkembang pada masa anak-anak dan bisa menjadi bawaan dari seksualitas seseorang. Lantas, bagaimana jika fetish sudah menunjukkan tanda-tanda gangguan? Well, ada beberapa cara mengendalikan fetish secara medis yang bisa kamu lakukan.
Dilansir Thrive Works, tindakan tersebut termasuk:
Terapi seks menawarkan pemahaman dan pendekatan yang tidak menghakimi. Dalam prosesnya, terapis akan membantu kamu mengeksplorasi riwayat seksual dan psikologi. Ini membantu meningkatkan kesadaran diri serta mengidentifikasi faktor yang mungkin berkontribusi pada fetish.
Bersama-sama dengan terapis, kamu akan diajak mengeksplorasi kapan dan bagaimana fetish dialami. Setelahnya, terapis dapat mengajarkan strategi coping yang baru untuk mengurangi efek dari fetish yang mungkin membahayakan.
Metode ini termasuk tindakan universal guna membantu klien belajar mengurangi keinginan dan dorongan terkait fetish. Opsi ini dapat digunakan ketika fetish tidak berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain, tetapi sudah dalam level mengganggu.
Tindakan ini dilakukan untuk belajar memoderasi perilaku seksual serta menemukan cara untuk merasa puas. Di sisi lain, tetap menyadari kebutuhan atau keharusan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Pada level tertentu, penggunaan obat-obatan mungkin digunakan untuk mengontrol kecenderungan akan seks yang berlebihan. Psikiatri dapat meresepkan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor alias SSRI serupa antidepresan guna menurunkan gairah seks.
Pengobatan memang dapat menurunkan dorongan seks. Namun, klien tetap harus mendapatkan terapi untuk mengatasi akar dari dorongan fetish yang mengganggu.
Cara mengendalikan fetish terbaik adalah dengan mengunjungi ahlinya. Jangan tunggu nanti, terlebih jika kamu mendapati ketertarikan seksual sudah mengganggu kehidupan romantis bersama pasangan maupun aktivitas sehari-hari.