Terapi Seks: Perawatan Nonmedis untuk Mengatasi Gangguan Seksual

Jasanya bisa membantu individu ataupun pasangan

Ada kalanya, beberapa masalah bisa muncul dalam kehidupan seks. Keluhan seperti ketidakmampuan mencapai orgasme, disfungsi ereksi, hingga pengalaman seks traumatis dapat membutuhkan penanganan yang tidak bisa dihadapi sendiri.

Opsi pengobatan nonmedis yang bisa dicoba untuk mengobati gangguan seksual adalah dengan terapi seks. Cara pengobatan ini sama dengan sesi terapi untuk konsultasi kejiwaan yang melibatkan dialog. 

Lalu, apa saja hal penting yang harus diketahui dari pengobatan ini, serta permasalahan apa saja yang memerlukan terapi seks? Semuanya akan dibahas lewat artikel ini.

1. Apa itu terapi seks?

Terapi Seks: Perawatan Nonmedis untuk Mengatasi Gangguan Seksualilustrasi laki-laki yang mengalami masalah ejakulasi (pexels.com/Pixabay)

Terapi seks adalah jenis psikoterapi yang dirancang untuk membantu individu dan pasangan mengatasi faktor medis, psikologis, personal atau interpersonal yang memengaruhi kepuasan seksual.

Merujuk Healthline, tujuan terapi seks adalah membantu seseorang melewati tantangan fisik dan emosional untuk memiliki hubungan yang memuaskan dan kehidupan seks yang menyenangkan. Disfungsi seksual yang menjadi isu dalam terapi seks ini faktanya ditemukan pada 43 persen perempuan dan 31 persen laki-laki. Jenis disfungsi seksual yang dialami seperti: 

  • Impotensi.
  • Libido rendah.
  • Ejakulasi dini.
  • Kurangnya respon terhadap rangsangan seksual.
  • Disfungsi orgasme.
  • Libido berlebihan.
  • Ketidakmampuan mengontrol perilaku seksual.
  • Fetish seksual yang tidak diinginkan. 

Terapi seks mungkin dapat membantu untuk membingkai ulang gangguan seksual yang dimiliki, sehingga dapat meningkatkan kepuasan pengalaman seksual. 

2. Apa yang dilakukan selama sesi terapi seks?

Terapi Seks: Perawatan Nonmedis untuk Mengatasi Gangguan Seksualilustrasi terapi seks dengan terapis (pexels.com/Anthony Shkraba)

Sama seperti psikoterapi lainnya, prosedur terapi seks umumnya melibatkan berbicara tentang pengalaman, kekhawatiran, dan perasaan seksualitas yang dialami seseorang. Ini dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan dan meningkatkan keinginan untuk perubahan. 

Pada setiap sesi, terapis akan mendorong ke arah manajamen penerimaan dan kekhawatiran yang lebih baik terkait isu disfungsi seksual yang mungkin dimiliki.

Lalu, pasien dan terapis akan bersama-sama menyusun mekanisme koping untuk meningkatkan respons di masa mendatang, sehingga dapat memiliki kehidupan seks yang lebih sehat. Terapi seks tidak akan melakukan atau menunjukkan aktivitas seksual dengan siapa pun, dan semua orang akan tetap mengenakan pakaian.

3. Tugas rumah dari terapi seks

Terapi Seks: Perawatan Nonmedis untuk Mengatasi Gangguan Seksualilustrasi pasangan bereksperimen dengan posisi seks (pixabay.com/sasint)

Mengutip International Society for Sexual Medicine, terapi seks biasanya memberikan pekerjaan rumah yang akan dikerjakan klien sepulang dari sesi terapi. Tugas rumah tersebut mungkin termasuk seperti: 

  • Eksperimen: Pasangan diharuskan melakukan aktivitas seksual di luar kebiasaan yang sudah ada, misal mencoba posisi atau mainan seks baru untuk meningkatkan hasrat seksual. 
  • Sensasi fokus: Teknik yang dirancang untuk membangun kepercayaan, keintiman, sekaligus mengurangi kecemasan pasangan. Ada tiga tahap yaitu sentuhan nonseksual, sentuhan genital, dan seks dengan penetrasi. 
  • Pendidikan: Penggunaan bahan ajar yang harus dipelajari untuk memiliki pemahaman yang lebih memadai tentang anatomi tubuh dan pendidikan seks. Bisa melalui buku, konten web, atau video.
  • Strategi komunikasi: Pasangan dapat berlatih meminta apa yang diinginkan secara emosional atau seksual dalam suatu hubungan.

Baca Juga: Sexual Frustration: Ketidakpuasaan Seksual yang Memengaruhi Mental

4. Kapan terapi seks direkomendasikan?

Terapi Seks: Perawatan Nonmedis untuk Mengatasi Gangguan Seksualilustrasi disfungsi orgasme (pexels.com/cottonbro)

Menurut Michael Krychman, MD, direktur eksekutif Southern California Center for Sexual Health and Survivorship Medicine, Amerika Serikat (AS), sekaligus rekan penulis buku The Sexual Spark seperti dilansir Everyday Health, inilah beberapa skenario umum terapi seks direkomendasikan untuk dilakukan:

  • Masalah seksualitas pribadi: Misalnya pada pengalaman kekerasan seksual, terapi seks disarankan agar korban bisa berdamai dengan pengalaman traumatis dan bersiap untuk terbuka dengan pasangan.
  • Konflik tentang hubungan: Contoh paling umum di sini adalah pasangan yang merasakan kebosanan seksual dan perselingkuhan. Dalam hal ini lebih baik mencari terapi individu terlebih dahulu agar bisa memahami masalah pribadi kemudian menggabungkan dengan pasangan.
  • Perilaku seksual kompulsif: Gangguan mengendalikan perilaku atau pikiran seksual seperti kecanduan porno, atau hypersex, dapat memunculkan emosi kuat seperti, rasa bersalah, malu, dan cemas. Penting untuk mengeksplorasi emosi tersebut secara mendiri sebelum melibatkan pasangan dalam terapi seks. 
  • Kesulitan mengatasi masalah seksual pribadi: Area ini mungkin termasuk bagi seseorang yang baru saja didiagnosis infeksi menular seksual dan mungkin ingin belajar mengungkapkannya kepada pasangan.

5. Manfaat terapi seks

Terapi Seks: Perawatan Nonmedis untuk Mengatasi Gangguan Seksualilustrasi pasangan bahagia (pexels.com/@vlada-karpovich)

Terapi seks dapat membantu berbagai masalah dalam hubungan, tetapi secara keseluruhan juga berdampak positif pada pandangan mental penerima perawatan. Manfaat yang bisa diperoleh dari terapi seks adalah:

  • Dapat meningkatkan keintiman emosional pasangan yang akan mendorong kepuasan dan kebahagiaan.
  • Membantu pasangan menjadi komunikator yang lebih baik, terutama menyangkut keintiman dan kepuasan dalam hubungan seksual.
  • Meningkatkan pemahaman tentang kebutuhan, keinginan, dan hasrat seksual satu sama lain. 
  • Meningkatkan eksplorasi fantasi seksual

6. Hal yang harus dipertimbangkan

Sebelum menjadwalkan sesi dengan terapis seks, pertimbangkan apakah terapis tersebut cocok dengan kamu. Hal-hal yang bisa dipertimbangkan sesuai rekomendasi Mayo Clinic adalah seperti:

  • Pendidikan, pengalaman, serta izin praktik terapis.
  • Kemudahan akses lokasi dan frekuensi sesi terapi seks.
  • Biaya terapi atau yang ditanggung oleh asuransi kesehatan.
  • Menyiapkan daftar pertanyaan dengan merefleksikan keluhan seksual yang dialami serta riwayat pengalaman seksual dan pengobatan yang mungkin pernah dicoba.

Berdasarkan ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa meski dinamai terapi seks, tetapi pengobatan nonmedis tersebut tidak melibatkan kontak seksual antara terapis dengan klien. Karena seperti terapi bicara lainnya, prosedur terapi seks dilakukan hanya melalui dialog yang terbuka. 

Keberhasilan terapi seks sering kali bergantung pada seberapa besar komitmen klien terhadap proses konseling. Jika klien bersedia untuk berusaha, baik secara mandiri atau dengan pasangan maka klien dapat mencapai tujuan seksual yang diharapkan.

Penulis: Dian Rahma Fika Alnina

Baca Juga: Terapi Sex Surrogate: Definisi, Teknik, dan Manfaatnya

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya