Eksibisionisme, Suka Pamer Alat Kelamin di Tempat Umum

Mereka mendapat kepuasan seksual melalui ekspresi korban

Ada banyak sekali jenis gangguan seksual yang membuat seseorang melakukan aktivitas seksual secara tidak lazim. Salah satunya adalah eksibisionisme atau exhibitionism, atau juga dikenal dengan gangguan eksibisionistik.

Eksibisionisme adalah gangguan seksual yang menyebabkan seseorang memiliki dorongan yang intens dan berulang untuk menunjukkan atau mengekspos alat kelaminnya kepada orang lain, biasanya orang yang tidak dikenal, tanpa persetujuan.

Menariknya, motif eksibisionisme biasanya bukan untuk mengajak melakukan aktivitas seksual lebih lanjut, melainkan hanya ingin mengejutkan atau memancing ketakutan korban. Pelaku eksibisionisme menganggap respons terkejut atau ketakutan korban adalah bentuk minat seksualnya yang bisa membangkitkan gairah seks. Bahkan, terkadang perilaku ini membuat mereka terangsang atau masturbasi.

Lantas, apa yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku eksibionistik? Apakah ada dampak yang disebabkannya? Yuk, simak pemaparannya berikut ini!

1. Penyebab

Eksibisionisme, Suka Pamer Alat Kelamin di Tempat Umumilustrasi pelecehan (IDN Times/Mardya Shakti)

Penyebab eksibisionisme tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan kecenderungan seseorang mengembangkan gangguan seksual ini. Ini termasuk gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, serta memiliki minat pada pedofilia.

Adanya trauma akibat pelecehan seksual dan emosional pada masa kanak-kanak dan keasyikan seksual di masa kanak-kanak juga disebut-sebut sebagai faktor tambahan potensial yang bisa memicu eksibisionisme. Akan tetapi, hubungan sebab akibatnya belum diketahui dengan baik.

2. Tanda dan gejala

Eksibisionisme, Suka Pamer Alat Kelamin di Tempat Umumilustrasi pelaku eksibisionisme (pexels.com/Ευαγγελία Νιαρου)

Eksibisionisme merupakan salah satu dari gangguan parafilia, yang ditandai dengan pencapaian kepuasan atau kegembiraan dengan memamerkan alat kelamin ke orang lain yang tidak menyetujuinya. Umumnya, mereka memiliki preferensi atau menjadi bersemangat secara seksual untuk mengekspos bagian tubuh intim mereka kepada anak-anak praremaja, orang dewasa, ataupun keduanya.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Diorders Fifth Edition (DSM-5), gejala gangguan eksibisionistik meliputi:

  • Mengalami fantasi, dorongan, atau perilaku eksibisionistik selama minimal 6 bulan.
  • Bertindak berdasarkan dorongan ini dengan orang yang tidak menyetujui.
  • Dorongan atau fantasi seksual menyebabkan penderitaan yang nyata secara klinis atau mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

Baca Juga: Sakit Kepala Setelah Berhubungan Seks, Normalkah Ini?

3. Dampak dari tindakan eksibisionisme

Eksibisionisme, Suka Pamer Alat Kelamin di Tempat Umumilustrasi tekanan emosional (pexels.com/Kat Smith)

Perilaku eksibisionisme memang sering kali membuat korbannya terkejut dan membeku seketika, atau ketakutan, karena tidak punya pilihan lain untuk tidak menyaksikannya.

Menurut beberapa studi, orang yang pernah mengalami pengalaman ini melaporkan penderitaan sedang hingga berat, bahkan beberapa responden mengaku merasa dilanggar dan memiliki tekanan psikologis jangka panjang, mengutip Psychology Today.

Tak hanya itu, dampak negatif eksibisionisme ternyata juga dirasakan oleh pelaku itu sendiri. Hal ini dapat menimbulkan rasa malu, tertekan, rasa bersalah, ketakutan akan penilaian orang lain, dan gejolak emosi lainnya. Pada akhirnya, ini dapat menyebabkan individu mengisolasi diri dan kesulitan untuk berkomunikasi secara jujur dalam hubungan seksual.

4. Seberapa umum perilaku eksibisionisme?

Eksibisionisme, Suka Pamer Alat Kelamin di Tempat Umumilustrasi kesendirian (pexels.com/Sameel Hassen)

Eksibisionisme biasanya berkembang selama masa remaja akhir atau awal masa dewasa. Laki-laki adalah kelompok paling umum yang mengembangkannya. Diperkirakan, ini memengaruhi sekitar 2 hingga 4 persen populasi pria, meskipun tidak menutup kemungkinan perempuan juga bisa mengembangkannya.

Tidak diketahui dengan jelas seberapa umum kondisi ini terjadi. Akan tetapi, dilaporkan sekitar sepertiga dari kejahatan seks yang pernah dilaporkan ke polisi adalah terkait insiden eksibisionisme, dilansir Choosing Therapy.

5. Pengobatan

Eksibisionisme, Suka Pamer Alat Kelamin di Tempat Umumilustrasi berkonsultasi dengan dokter (pixabay.com/Sozavisimost)

Orang dengan eksibisionisme biasanya tidak mencari pengobatan sendiri, dan tidak menerima pengobatan sampai mereka tertangkap dan dipaksa oleh pihak berwenang. Karena, mereka dengan kondisi ini biasanya merasa tidak ada masalah dengan hal tersebut.

Beberapa pilihan pengobatan yang umum dilakukan untuk gangguan eksibisionistik meliputi:

  • Terapi seks: Seorang terapis seks akan mengambil riwayat seksual dan psikososial secara terperinci untuk menilai faktor-faktor yang berkontribusi pada perilaku eksibisionistik.
  • Terapi perilaku kognitif (CBT): Untuk mengenali pemicu dan mengarahkan pikiran untuk mengurangi minat eksibisionisme.
  • Obat antidepresan: Untuk mengatasi gangguan suasana hati dan menurunkan gairah seks. Misalnya obat selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti fluoxetine.
  • Obat antiandrogen: Untuk menurunkan kadar testosteron yang dapat membantu menurunkan dorongan seks dan memungkinkan terapi lebih efektif. Misalnya medoksiprogesteron asetat dan cyproteron asetat.
  • Terapi kelompok: Untuk membantu individu berpusat pada keterampilan sosial dan membuatnya menyadari bahwa dirinya tidak sendirian dan mendapat dukungan.

Eksibisionisme merupakan perilaku yang sulit dimodifikasi dan/atau dikendalikan. Jika kamu atau orang terdekatmu memiliki kecenderungan eksibisionistik atau merasakan konsekuensi negatif dari perilaku tersebut, segera konsultasi dengan ahli psikologi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Baca Juga: Mengenal Apa Itu Squirt, Ejakulasi pada Perempuan

Dwi wahyu intani Photo Verified Writer Dwi wahyu intani

@intanio99

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya