5 Fakta Metode Inseminasi Buatan, Seperti Apa Prosedurnya?

2. Alasan melakukan inseminasi buatan 

ilustrasi menunggu kehamilan (pexels.com/Gustavo Fring)

Masalah kesuburan atau fertilitas yang menghalangi memiliki keturunan merupakan alasan utama untuk melakukan inseminasi buatan. Prosedur ini biasanya direkomendasikan pada beberapa orang dengan kondisi:

• Laki-laki memiliki cacat genetik.
• Laki-lakimemiliki jumlah sperma yang rendah.
• Laki-lakimemiliki motilitas (pergerakan) sperma yang rendah sehingga tidak bisa mencapai rahim.
• Pasangan yang menghasilkan sperma dan sel telur yang sehat tetapi tidak bisa melakukan hubungan seksual, misalnya akibat disfungsi ereksi
• Adanya masalah serviks pada perempuan yang tidak menguntungkan untuk hamil. Misalnya lendir serviks yang sedikit atau kental dan lengket sehingga menyulitkan sperma bergerak menuju rahim. Normalnya, lendir ini biasanya tipis dan melar.
• Perempuan memiliki riwayat endometriosis.
• Pada kasus yang jarang, perempuan yang memiliki reaksi alergi terhadap protein dalam sperma, juga bisa mendapatkan manfaat dari inseminasi buatan.
• Terkadang, ini juga digunakan oleh perempuan lajang atau pasangan sesama jenis yang ingin memiliki keturunan, dengan memanfaatkan sperma donor (sperma yang disumbangkan). Namun, Indonesia tidak memperbolehkan praktik ini.

Baca Juga: Inseminasi Buatan sebagai Alternatif Mendapatkan Buah Hati

3. Bagaimana prosedur inseminasi dilakukan? 

ilustrasi pemeriksaan kesehatan (pexels.com/RODNAE Productions)

Dokter biasanya akan merekomendasikan inseminasi buatan ketika:

• Setelah 6 bulan berhubungan seks tanpa kondom jika seorang perempuan lebih tua dari usia 35 tahun.
• Setelah 1 tahun berhubungan seks tanpa kondom jika seorang perempuan lebih muda dari usia 35 tahun.

Adapun prosedur yang akan ditempuh dalam praktik ini meliputi:

1. Seorang perempuan akan memantau siklus ovulasi atau masa suburnya menggunakan metode kalender, ultrasound, mengukur suhu tubuh secara teratur, atau kombinasi semuanya.
2. Mempersiapkan sampel sperma. sperma biasanya “dicuci” terlebih dahulu untuk menghilangkan unsur-unsur yang dapat mengganggu pembuahan. Ini juga dapat membuat sel sperma lebih terkonsentrasi dan meningkatkan kemungkinan kehamilan.
3. Saat masa ovulasi, sperma disuntikkan ke dalam rahim menggunakan kateter halus. Biasanya, ini membutuhkan waktu sekitar 15 hingga 30 menit untuk menunggu sperma naik ke leher rahim dan masuk ke rahim.
4. Setelah prosedur tersebut, perempuan dapat kembali beraktivitas normal.
5. Dalam waktu sekitar 2 minggu atau sedikit lebih lama, perempuan dianjurkan melakukan tes kehamilan untuk menentukan apakah proses inseminasi berhasil atau tidak.

4. Risiko menjalankan program inseminasi 

pexels.com/Andrea Piacquadio

Meski inseminasi dapat memberikan harapan baru bagi pasangan yang ingin memiliki momongan, akan tetap prosedur ini juga cukup berisiko, di antaranya:

• Perempuan mengalami kram atau pendarahan ringan setelah prosedur, meskipun ini tidak selalu terjadi. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh proses pemasangan kateter yang mungkin sedikit menggores leher rahim sehingga menyebabkan pendarahan vagina. Namun, ini tidak berpengaruh pada kemungkinan kehamilan.
• Infeksi atau peradangan panggul setelah prosedur pada perempuan. Risiko ini biasanya sangat kecil jika prosedur dilakukan secara steril.
• Menghasilkan bayi kembar jika proses inseminasi dilakukan bersamaan dengan konsumsi obat kesuburan lain. Kehamilan kembar atau lebih dari satu janin dapat meningkatkan komplikasi kehamilan, seperti kelahiran prematur atau keguguran.

5. Tingkat keberhasilan prosedur inseminasi buatan 

ilustrasi kehamilan (pixabay.com/estebantroncosofoto0)

Inseminasi dapat berhasil atau bahkan tidak sama sekali. Ini membawa hasil yang berbeda pada setiap orang karena beberapa alasan, seperti:

• Faktor usia perempuan.
• Penggunaan obat kesuburan.
• Masalah kesuburan yang mendasari. Misalnya seorang perempuan yang kedua saluran tubanya diangkat tidak akan hamil melalui inseminasi buatan.

Jika metode inseminasi pertama tidak berhasil, ini sering kali diulang selama 3 sampai 6 siklus perawatan untuk memaksimalkan peluang kehamilan. Dilansir Medical News Today, IUI memiliki peluang keberhasilan 5 hingga 15 persen selama inseminasi pertama. Sementara jika lebih dari 6 siklus, ini memiliki pelang kehamilan yang sangat kecil.

Menurut laporan studi dari Journal of Human Reproduction tahun 2015, prosedur inseminasi intrauterine memiliki tingkat keberhasilan sebesar 40,5 persen setelah enam kali perawatan. Tetapi, jika seseorang belum berhasil setelah 6 siklus, dokter mungkin merekomendasikan metode kehamilan tambahan, seperti fertilisasi in-vitro (IVF).

Metode inseminasi buatan merupakan salah satu pilihan medis untuk hamil setelah mengalami beberapa kesulitan. Jika kamu memiliki masalah terkait hal ini, kamu bisa mendiskusikan dengan dokter untuk mendapatkan pilihan perawatan terbaik.

Baca Juga: 5 Manfaat Penting USG selama Kehamilan, Jangan Sampai Terlewat!