ilustrasi masturbasi setelah menikah (pexels.com/cottonbro)
Meski masturbasi menjadi cara yang sehat untuk mengenal tubuh dan sumber kesenangan pribadi, tetapi ada potensi dampak negatif dari masturbasi setelah menikah. Harus diingat bahwa masturbasi hanya boleh dilakukan sebagai salah satu media untuk memfasilitasi jalur komunikasi seks, dan jangan sampai itu menggantikan keintiman seksual dengan pasangan.
Kebiasaan masturbasi juga harus memperhatikan frekuensi seberapa sering dilakukan, karena bila terlalu menggantungkan kepuasan seks pada masturbasi, maka itu bisa mendatangkan masalah dalam hubungan. Misalnya, seseorang bisa menjadi kecanduan masturbasi yang menyebabkan berkurangnya kepuasan seksual yang dilakukan bersama dengan pasangan.
Penelitian tahun 2018 bertajuk What Fantasies Can Do to Your Relationship: The Effect of Sexual Fantasies on Couple Interactions menyarankan untuk berfantasi tentang pasangan selama masturbasi karena dapat meningkatkan gairah, dan secara positif memengaruhi kualitas hubungan. Jadi, dibanding memiliki fantasi seks dengan orang asing, misalnya figur publik, lebih baik membuatnya seolah-olah dilakukan dengan pasangan.
Meski demikian, sebenarnya lebih direkomendasikan untuk melakukan masturbasi maupun seks dengan mindfulness, yakni dengan mempraktikkan aktivitas seksual dengan indra dan sensasi, daripada menggunakan fantasi sebagai sumber gairah dan keinginan.
Masturbasi setelah menikah adalah praktik untuk menyenangkan diri dalam suatu hubungan yang membantu mengeksplorasi tubuh dan keinginan seksual. Pada praktik dengan batasan tertentu yang dikomunikasikan bersama pasangan, masturbasi bisa membantu meningkatkan kualitas seks dan hubungan secara keseluruhan.
Jadi, kalau kamu ingin melakukan masturbasi setelah menikah, pastikan untuk berkomunikasi secara sehat dan terbuka dengan pasangan, ya.
Penulis: Dian Rahma Fika Alnina