Risiko Semen Retention, Menahan Keluarnya Cairan Ejakulasi 

Apakah praktik ini bahaya untuk kesehatan reproduksi pria?

Normalnya, ketika pria mencapai orgasme karena rangsangan seksual, maka tubuh akan merespons dengan ejakulasi. Ejakulasi ditandai dengan keluarnya air mani beserta pelepasan hormon yang bisa membuat efek rileks. 

Namun, ada tindakan tertentu yang dilakukan pria untuk menahan keluarnya cairan ejakulasi yang disebut dengan semen retention. Melakukan ini dipercaya bisa membawa beberapa manfaat yang berhubungan dengan peningkatan kualitas komponen seks. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah, adakah risiko semen retention yang bisa mengancam kondisi kesehatan pria? 

1. Apa itu semen retention?

Semen retention adalah praktik untuk menghindari ejakulasi. Kamu bisa melakukan ini dengan tidak melakukan aktivitas seksual sama sekali, atau kamu bisa belajar bagaimana orgasme tanpa ejakulasi, mengutip Healthline.

Meskipun terdengar aneh atau seperti tren baru, tetapi praktik ini sudah lama dilakukan. Setiap orang memiliki alasan berbeda untuk mencobanya, dari fisik, emosional, hingga spiritual.

Praktik semen retention juga dikenal dengan nama lain seperti coitus reservatus, seminal conservation, dan sexual continence. 

2. Alasan seseorang melakukan semen retention

Risiko Semen Retention, Menahan Keluarnya Cairan Ejakulasi ilustrasi melakukan semen retention (unsplash.com/Scott Sanker)

Ada beragam alasan mengapa orang-orang tertarik untuk melakukan semen retention. Sebagai contoh karena didasari keyakinan bahwa sering ejakulasi dapat melemahkan seseorang. Beberapa alasan orang memilih untuk menahan keluarnya cairan mani saat ejakulasi karena dipercaya membantu:

  • Kesehatan mental: Meningkatkan motivasi, daya fokus, dan energi, lebih percaya diri, mengurangi kecemasan, memori yang lebih baik.  
  • Kesehatan fisik: Kulit lebih bersih, peningkatan testosteron, membantu penurunan berat badan, peningkatan massa otot, peremajaan fiisk dan suara lebih dalam. 
  • Spiritual: Merasakan tujuan yang lebih besar, ikatan emosional yang lebih kuat dalam hubungan dan rasa harmoni yang lebih intens. 

Selain itu, semen retention juga dianggap sebagai perjalanan terakhir dari pengendalian diri seseorang.

3. Penelitian mengenai semen retention

Penelitian berjudul "Revisiting The Relationship between The Ejaculatory  Abstinence Period and Semen Characteristic" dalam International Journal of Fertility and Sterility tahun 2018 membahas bagaimana menahan ejakulasi memengaruhi tubuh dengan kualitas air mani bervariasi.

Diperoleh hasil bahwa periode tidak melakukan ejakulasi yang singkat (kurang dari sehari) berkaitan dengan peningkatan motilitas sperma. Studi yang dilakukan pada atlet itu juga memperlihatkan ketika tidak berhubungan seks dua jam sebelum kompetisi atletik, ini dapat mendorong kinerja atlet lebih baik.

Di luar itu belum ada penelitian khusus yang berfokus pada semen retention, sehingga dibutuhkan studi tambahan untuk mencapai kesimpulan yang jelas terkait klaim alasan orang melakukan semen retention.

Baca Juga: 7 Fakta Medis Metode Jelqing, Bisa Memperbesar Penis?

4. Dampak tidak ejakulasi pada tubuh

Risiko Semen Retention, Menahan Keluarnya Cairan Ejakulasi ilustrasi ejakulasi laki-laki (thegrowthop.com)

Dalam kebanyakan kasus, tidak melepaskan air mani atau sperma tidak akan memengaruhi kondisi kesehatan ataupun gairah seksual seseorang. Semen retention yang dilakukan dengan sengaja seharusnya tidak memiliki efek samping apa pun.

Hal itu hanya bisa menjadi masalah jika seseorang terganggu dengan ketidakmampuan untuk melakukan ejakulasi berdasarkan kondisi khusus kesehatannya. Sperma yang tidak digunakan karena dicegah keluar akan diserap kembali oleh  tubuh, sehingga itu tidak membahayakan.

5. Risiko semen retention

Meskipun umumnya tidak ada banyak risiko semen retention, tetapi beberapa komplikasi kadang dapat terjadi. Dilansir Medical News Today, berikut ini beberapa risiko dari menahan cairan ejakulasi keluar:

  • Hipertensi epididimis: Dikenal juga sebagai penyakit "blue balls" yang terjadi jika seorang terangsang secara seksual tidak mengalami ejakulasi atau bahkan orgasme. Hipertensi epididimis mungkin menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada testis setelah mengalami gairah yang tidak mengarah pada orgasme. Hal ini terjadi karena penumpukan darah di testis.
  • Masalah ejakulasi: Bila seseorang secara teratur mencegah diri dari ejakulasi, itu mungkin bisa berkembang menjadi masalah ejakulasi. Misalnya ketidakmampuan mencapai ejakulasi atau orgasme saat menginginkannya. Bisa juga mengarah pada masalah ejakulasi dini serta ejakulasi retrograde, yang menyebabkan air mani mengalir kembali ke kandung kemih. 

6. Cara melakukan orgasme tanpa ejakulasi

Risiko Semen Retention, Menahan Keluarnya Cairan Ejakulasi ilustrasi orgasme (pexels.com/Ivan Babydov)

Beberapa tips seperti yang dilansir Mind Body Green untuk mencoba semen retention adalah: 

  • Cobalah mengalami orgasme berturut-turut: Orgasme kering terkadang bisa terjadi secara alami jika seseorang mengalami ejakulasi berturut-turut. Ini karena tubuh belum memiliki cukup waktu untuk memproduksi cairan ejakulasi. Jadi, salah satu cara meningkatkan peluang untuk bisa melakukan semen retention adalah mencoba mendapatkan orgasme berkali-kali sampai kehabisan air mani.
  • Berusaha untuk mengendalikan respons ejakulasi: Cara selanjutnya untuk bisa melakukan orgasme tanpa ejakulasi adalah dengan melatih cara mengontrol respons ketika ejakulasi. Pendekatan ini mungkin bisa dilakukan dengan terapis atau pelatih seks. Hasil yang lebih baik bisa disempurnakan dengan senam Kegel yang akan menstimulasi kekuatan dasar panggul.
  • Berlatih edging: Edging adalah praktik seksual untuk mencapai titik orgasme, kemudian menghentikan rangsangan, menunggu, lalu memulai lagi. Memperlambat tempo ketika melakukan seks akan membantu mengenali kapan ejakulasi datang, sehingga bisa memiliki kendali untuk menghentikan. Setelah mahir dengan teknik edging, maka seseorang bisa tidak melakukan ejakulasi namun tetap mengalami orgasme.

Saat ini belum ada cukup bukti untuk mencapai kesimpulan tegas tentang potensial manfaat ataupun risiko semen retention. Jadi bila seseorang ingin memiliki pengalaman orgasme tanpa ejakulasi, hal itu bisa dicoba atau terus dilakukan tanpa harus khawatir akan efek sampingnya.

Penulis: Dian Rahma Fika Alnina

Baca Juga: 7 Cara Ampuh Mengontrol Ejakulasi, agar Tak Cepat Keluar

Topik:

  • Bella Manoban
  • Seo Intern IDN Times
  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya