10 Fakta Alegra Wolter, Sosok Dokter Transpuan Pertama di Indonesia
Meski belum banyak dikenal, tapi dalam dunia kesehatan seksual dan jiwa khususnya di komunitas LGBT, nama Alegra Wolter sudah tidak asing lagi. Ia merupakan seorang dokter transpuan Indonesia pertama yang terbuka dengan identitas gendernya.
Terlahir biologis sebagai lelaki, seiring jalannya waktu, Alegra menyadari tentang identitas gendernya yang dirasa tidak sesuai dengan jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir. Hal itu membuat ia mengalami ketidaknyamanan luar biasa dalam waktu lama.
Ketika masa kuliah, ia pun mulai memberanikan diri tampil berbeda dengan melakukan transisi pada penampilannya. Penasaran dengan sosok dokter transpuan inspiratif yang satu ini? Yuk, kenalan melalui sederet fakta dan potretnya berikut ini.
1. Inilah sosok Alegra Wolter, dokter Indonesia pertama yang membuka identitas gendernya sebagai seorang transpuan
2. Berbeda sejak kecil, ia mengungkap ketidaknyamanan akibat kondisinya yang mengalami Gender Dysphoria
3. Gender Dysphoria sendiri merupakan perasaan di mana adanya ketidaksesuaian antara identitas gender dengan jenis kelamin yang ditetapkan
4. Saat kuliah di Jakarta, tepatnya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Atmajaya, ia memilih bertransisi
5. Alegra Wolter pun mulai berpakaian feminin, memanjangkan rambut, menata diri, dan berdandan
6. Keluarganya sempat khawatir ia tidak akan mendapat dukungan di dalam lingkungan pendidikan dan pekerjaan
7. Namun, Alegra yang gigih ini mampu membuktikan dengan keberhasilannya menjadi dokter transpuan pertama sekaligus aktivis LGBT
8. Alegra bekerja sebagai Partnership Manager di Docquity Indonesia dan melakukan praktik sebagai dokter umum di sebuah klinik di Jakarta
9. Selain itu, ia tetap beraktivitas sebagai relawan untuk komunitas LGBT dengan memberikan penyuluhan dan konsultasi kesehatan
10. Hadirnya Alegra sebagai relawan inilah yang menginspirasi para transpuan agar bisa mengambil peran yang lebih di dalam masyarakat
Alegra Wolter setidaknya memberi kita gambaran bahwa perbedaan tidak menjadi penghalang untuk dapat berbagi manfaat bagi sekitar. Semoga harapan sang dokter terkait peningkatan akses pelayanan kesehatan yang aman untuk komunitas transgender bisa segera terwujud, ya.
