10 Film Pendek Produksi Dhar Mann Studios, Menghibur dan Inspiratif

Dhar Mann Studios adalah salah satu perusahaan pembuatan konten asal California, Amerika Serikat yang telah memiliki lebih dari 20 juta subscribers di YouTube. Perusahaan ini memiliki misi untuk mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik. Sesuai dengan misinya, kanal ini menyediakan berbagai film inspiratif yang bisa menjadi tuntunan bagi para penontonnya.
Melalui kanal YouTube Dhar Mann Studios, kamu bisa menonton berbagai film pendek yang penuh inspirasi dan menggugah hati, contohnya beberapa film berikut ini. Tidak hanya inspiratif, terkadang film-film tersebut juga bikin ngakak karena humor-humor yang terselip di dalamnya. Selain itu, kamu juga bisa sekaligus belajar bahasa Inggris karena kebanyakan dialognya berbahasa Inggris. Yuk, simak sampai akhir!
1. Student Cheats On Final Exam, Instantly Regrets It

Film ini menceritakan tentang dua anak laki-laki bersaudara bernama Jayden dan Mikey yang memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Jayden merupakan anak yang rajin belajar dan jujur. Sementara saudaranya, Mikey, cenderung pemalas dan lebih suka bermain game.
Pada suatu hari saat akan ujian akhir, ibu mereka menjanjikan akan membelikan PS5 kepada mereka jika mendapat nilai A dalam ujian matematika. Mendengar itu, Jayden bersemangat belajar matematika dan mengajak Mikey untuk fokus belajar. Alih-alih belajar, Mikey malah mencari contekan di internet dan enggan untuk belajar.
Saat ujian tiba, Mikey sangat percaya diri akan mendapat nilai A karena soal-soal yang diberikan sama persis dengan soal yang ia temukan di internet. Namun, hasil ujian ternyata berbanding terbalik dengan ekspektasi Mikey. Dia mendapatkan nilai jelek, sedangkan Jayden mendapat nilai A. Akhirnya, dia menyesali perbuatannya tersebut.
2. Shoe Seller Humiliates Poor Man

Film pendek berdurasi kurang dari 7 menit ini bercerita tentang seorang karyawan di toko sepatu yang tidak ingin melayani seorang "pelanggan miskin" yang ingin mencoba sepatu mahal dari merek ternama. Komisi dari penjualan sepatu mahal itu sangat besar, sehingga karyawan tersebut tidak ingin rugi jika pelanggan itu hanya mencoba saja tanpa membelinya.
Setelah itu, datanglah pelanggan lain yang menggunakan setelan jas armani yang juga tertarik dengan sepatu bermerek itu. Sang karyawan ternyata memperlakukan pelanggan tersebut berbeda. Dia melayani "pelanggan kaya" dengan sangat ramah karena mengira pria tersebut akan membeli sepatu tersebut. Namun, apa yang terjadi selanjutnya ternyata mengejutkan. Film ini mengajarkan kita untuk tidak menilai seseorang hanya dari luarnya saja.
3. Spoiled Kid Demands New Air Jordans

Mitch, Ron, dan Peyton adalah teman dekat. Namun, keadaan ekonomi mereka berbeda. Di antara mereka bertiga, Ron-lah yang paling kaya. Ron mendapat hadiah yang mahal dari orangtuanya, dibelikan sepatu mahal dan begitu dimanjakan dengan kekayaan oleh orangtuanya. Hal ini membuat Mitch iri karena dia juga menginginkan sepatu Air Jordan, sepatu mahal yang sama seperti milik Ron, tetapi tidak dipenuhi oleh orangtuanya. Mitch juga menginginkan kehidupan seperti Ron, karena ia merasa bahwa hidup Ron sangatlah sempurna tanpa masalah. Tanpa ia tahu, Ron memiliki masalah lain yang tidak ia ketahui sebelumnya.
Film ini mengajarkan pentingnya bersyukur atas kehidupan yang kita punya. Kita juga tidak boleh membanding-bandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain. Karena setiap orang memiliki kelebihan, kekurangan serta masalahnya masing-masing.
4. Evil Principal Gets Revenge on Problem Kids

Diaz, seorang wanita penderita tourette, melamar kerja sebagai guru di suatu sekolah. Kepala sekolah di sekolah itu menerimanya, tetapi sebenarnya memanfaatkannya juga. Diaz ditempatkan di kelas 13, yang berisi siswa-siswa bermasalah. Karena sindrom yang diderita Diaz, sang kepala sekolah tidak yakin bahwa Diaz dapat mengajar siswa-siswa tersebut dengan baik. Namun, hal itu justru sengaja ia lakukan lantaran ia berharap para siswa di kelas itu tidak dapat lulus semua. Bukan tanpa alasan, kepala sekolah melakukan hal itu supaya mendapat bantuan dana dari pemerintah. Dana tersebut tidak akan ia gunakan untuk kemajuan sekolah, melainkan untuk keuntungan pribadi.
Dalam mengajar murid-murid bermasalah, Diaz mengalami kesulitan. Bukan karena sindrom yang dideritanya, melainkan para murid yang terlalu jail dan tidak percaya pada guru. Mereka, khususnya salah seorang siswa bernama Jacob, menganggap bahwa semua guru sama saja, sama-sama hanya menginginkan gajinya saja tanpa memedulikan masa depan murid-muridnya.
Film ini mengajarkan banyak hal terutama dalam hal kepedulian, kekeluargaan, kerja keras dan pantang menyerah dalam meraih cita-cita. Sosok Diaz yang memiliki kecacatan tetapi mampu menggapai cita-citanya menjadi guru yang baik membuktikan bahwa kekurangan yang dimiliki seseorang tidak menghalanginya untuk bisa meraih impian.
5. Pretty Girl Fakes Nice to Use Boys

Pernah dengar istilah beauty privilege? Beauty privilege adalah hak istimewa yang dimiliki seseorang karena kecantikan fisik. Hal ini juga dimiliki oleh Emily, seorang gadis yang memiliki paras cantik, tetapi sayangnya dia pemalas. Namun, karena beauty privilege yang dimilikinya, ia mendapatkan beberapa hal yang ia butuhkan seperti diskon belanja, traktiran makan siang, selesainya projek fisika, hingga peran sebagai Juliet di pentas drama. Hal itu ia dapatkan dengan cara 'menggoda' pria-pria agar mau mengikuti kemauannya.
Namun, perannya sebagai Juliet nyatanya tidak berjalan mulus. Ia sering salah dalam mengucapkan dialog karena sebelumnya tidak mau menghafalkan naskah bersama temannya. Ia merasa dengan kecantikan yang ia miliki, ia mampu mengalihkan perhatian penonton sehingga penonton akan fokus pada dirinya, bukan pada dialog yang ia ucapkan. Pada akhirnya, Emily pun sadar bahwa tidak ada jalan pintas menuju kesuksesan. Kesuksesan akan diraih dengan melakukan kerja keras.
6. Gen-Z Girl Won't Listen to Her Mom

Berkisah tentang seorang gadis usia 16 tahun bernama Elle dan ibunya yang bernama Paula. Sang ibu digambarkan sebagai strict parent yang memiliki berbagai aturan untuk anaknya seperti tidak boleh menggunakan pakaian seksi, tidak boleh bertato, dan tidak boleh pulang larut malam. Paula suka memasak dan juga mengajarkan Elle untuk membiasakan diri membersihkan lingkungan rumah. Hal itu Paula lakukan karena rasa sayangnya terhadap Elle dan tidak ingin terjadi suatu hal buruk pada anak semata wayangnya itu.
Namun, pola asuh Paula itu tidak diterima oleh Elle yang ingin hidup bebas seperti teman-temannya yang bisa berpesta hingga larut malam. Pertengkaran terjadi antara Paula dan Elle, dan puncaknya adalah ketika Elle menginginkan ibu baru yang membebaskan dirinya melakukan apapun. Permintaan Elle ternyata terkabul, ia mendapatkan 'ibu baru' bernama Piper yang berbanding terbalik dari Paula. Namun, seiring berjalannya waktu Elle akhirnya menyadari bahwa Paula lebih baik daripada sosok Piper ini.
7. Soccer Coach Turns Criminals into Star Players

Para pemuda jalanan memiliki masalah yang cukup berat dan menganggur sehingga mereka memilih untuk menjadi pencuri. Pada suatu hari setelah mereka beraksi, ada seorang pria yang mengikuti mereka ke markas. Alih-alih melapor polisi, pria tersebut hanya memperhatikan mereka dari jauh karena melihat pemuda-pemuda itu membagikan makanan kepada anak-anak jalanan lainnya.
Di hari berikutnya, pria itu datang lagi ke markas pemuda jalanan tersebut. Ia melihat mereka sedang bermain sepak bola, tetapi menggunakan benda lain sebagai pengganti bola. Pria yang ternyata merupakan pelatih sepak bola itu melihat potensi yang ada pada diri para pemuda jalanan dan mendekati mereka. Dia memberikan bola dan melatih mereka dengan sukarela. Pelatih itu juga memberikan makanan agar mereka semangat untuk berlatih. Hingga akhirnya, mereka memiliki kesempatan untuk mengikuti pertandingan sepak bola. Lewat film ini, kita belajar bahwa tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri dan meraih kesuksesan. Seorang kriminal sekalipun masih memiliki kesempatan untuk berubah.
8. Mexican Girl Is Shamed of Her Culture

Isabel Garcia merupakan seorang siswi baru asal Meksiko. Namun ternyata, ia diperlakukan tidak baik oleh Sara dan teman-temannya. Mereka mencela makanan khas Meksiko yang dimakan Isabel dan juga mengejek gaya bicara Isabel yang terdengar aneh. Hal ini membuat Isabel tidak betah sekolah di tempat itu dan ia pun merasa malu dengan budayanya tersebut.
Pada saat acara culture appreciation day di sekolah, Isabel membawa tamales yang merupakan salah satu makanan khas Meksiko. Selain itu, ia juga menampilkan tarian salsa. Sara dan teman-temannya terus saja mengejek Isabel dan merendahkannya. Namun, ternyata guru dan siswa-siswa lainnya justru mengapresiasi budaya Meksiko yang ditunjukkan oleh Isabel. Dan di akhir cerita, terungkap suatu hal mengejutkan yang membuat Sara menjadi tambah kesal.
Melalui film ini, kita dapat belajar beberapa hal tentang budaya Meksiko dan juga sedikit bahasa Spanyol. Selain itu, film ini mengajarkan untuk tidak rasis terhadap kebudayaan lain dan tidak perlu malu dengan budaya kita selama budaya itu baik.
9. Bully Doesn't Know Nerd Is Pro Fighter

Max adalah orang yang sangat penakut dan memilih untuk berada pada zona nyaman. Ia memiliki ketakutan terhadap anjing, berbicara di kelas, ketakutan dalam mengungkapkan perasaannya terhadap gadis yang ia sukai dan beberapa ketakutan lainnya. Dari sekian banyak hal yang ia takuti, ketakutan terbesarnya adalah kepada Timothy, seorang pelaku bully yang paling menakutkan di sekolah.
Shane, saudara laki-laki Max, menyuruh Max untuk lebih berani dalam menghadapi ketakutannya. Begitu juga sang ibu yang mengatakan "everything you want in life is on the other side of your comfort zone," yang artinya semua hal yang kamu inginkan dalam hidup ada di sisi lain zona nyamanmu. Seiring berjalannya waktu, Max mulai memberanikan diri secara perlahan termasuk menghadapi Timothy. Sesuatu tak terduga sekaligus lucu ada pada akhir cerita yang menggambarkan sisi lain dari Timothy.
10. Billionaire Mom Cuts Off Her Children

Helen Thompson, seorang janda kaya raya memiliki perusahaan yang berkembang sangat pesat. Namun, ketiga anaknya yaitu Jason, Monica, dan Danielle jarang berkumpul bersama dan cenderung sibuk pada urusan masing-masing. Mereka bukan sibuk mengerjakan pekerjaan, melainkan sibuk menghabiskan uang dan bersenang-senang.
Hingga suatu hari, Helen memiliki suatu cara yang cukup cerdik untuk memberikan pelajaran kepada anak-anaknya agar lebih mandiri, menghargai uang dan kerja keras. Mereka bertiga pun bekerja di tempat yang berbeda-beda. Jason bekerja sebagai petugas kebersihan di rumah sakit, Monica bekerja di restoran, dan si bungsu Danielle bekerja di toko roti. Namun, setelah rencana Helen terbongkar, terjadi suatu perpecahan di keluarga tersebut dan membuat anak-anaknya membencinya. Meski begitu, film ini ditutup dengan ending yang bahagia. Nilai moral dalam film ini adalah pentingnya menghargai uang dan pekerjaan.
Sebenarnya, masih banyak lagi film-film produksi Dhar Mann Studios yang sangat layak ditonton sebagai hiburan sekaligus pelajaran. Meski seringkali alurnya mudah ditebak, tetapi film-film tersebut mengandung banyak hikmah kehidupan yang bisa dipetik. Sangat cocok ditonton sendiri, bersama teman maupun keluarga.