10 Perjalanan Karier D'Masiv yang Berliku, Pernah Sampai Ditipu!

Kalau di industri kita sudah 11 tahun, dari 2008, kalau berdirinya kita dari 2003, udah 16 tahun. Kita terbentuk dari 16 tahun lalu, 2003, dulu kita masih SMA kelas 1 punya mimpi yang sama untuk bisa jadi band yang sukses dan dari awal kita gak pernah pesimis, kita selalu positif, selalu percaya kalau kita akan sukses nanti.

Kita juga ikutan festival terus, hingga akhirnya ikut festival nasional yang hadiahnya adalah kontrak bersama Musica Studio dan akhirnya juara satu, akhirnya kita dikontrak dan lagunya meledak saat itu.

Dulu itu Rian, Kiki sama Rama, kita bertiga pernah punya band, terus kita keluar dari band itu, aku di situ dari SMP. Genrenya beda dengan D'Masiv, jadi dulu lagi musimnya band kayak T-Five, The Groove yang vokalisnya banyak. Akhirnya kita keluar, tapi dulu namanya masih  "Massive" bukan "D'Masiv".

Terus akhirnya kita bikin band, memang dari awal kita udah serius banget ingin sukses, sudah ngebayangin bikin lagu sendiri yang lagunya dikenal banyak orang, udah ngayal dan diiringi latihan terus.

Banyak banget, yang paling berat sebenarnya berjuang hingga akhirnya rekaman itu berat banget. Karena kita gak mau repotin orang tua, kita sampai ngamen dulu untuk biaya latihan. Dulu kita gak punya alat musik akhirnya kita nyewa di studio dekat rumah. Itupun kita ngutang, bayarnya kalau menang. Kalau gak menang ya ngutang lagi.

Kita pernah tahun 2006 manggung di Surabaya terus ternyata kita ditipu, acaranya fiktif. Akhirnya kita terdampar di sana harus bertahan hidup karena gak punya duit buat balik. Akhirnya kita selama dua minggu manggung setiap malam di club dan kafe. Itu cuma buat makan doang, jadi kita dibayar makan, itupun kita makan sehari sekali, malam doang. Kita nyempil di setengah jam home band break, kita main 5 lagu.

Jadi pas waktu papanya Rama meninggal, kita berlima ini yang masih ada bokapnya cuma aku sama Kiki. Aku sama Kiki kan adik kakak, jadi kita ingat banget dulu yang tanda tangan kontrak kan orangtua kita. Jadi kebayang gak kalau saat itu ada orang tua yang gak mau tanda tangan? Kita gak jadi di Musica saat itu. 

Yang punya motor itu kan cuma Wahyu, jadi kalau latihan itu bolak balik. Kadang bertiga terus kalau ada polisi berhenti, turun dulu. Jadi dulu yang ekonominya agak mendingan cuma Wahyu.

Kita ngeband tuh kayak membangun sebuah hubungan sama pasangan, harus pengertian, tidak boleh egois, punya visi dan misi yang sama.

Kalau slek sih kita gak ada, karena kita ngeband tuh memang untuk cari kebahagiaan. Kita lihat sekarang sudah 16 tahun bareng ya begini saja, tampangnya gini-gini saja, gak ada yang berubah.

Kita kan band dari gang kecil yang cuma muat satu motor ya, namanya gang Kamboja. Jadi rumah aku tuh nyempil gitu. Terus tiba-tiba kita manggung di Australia, Korea, Asia Tenggara sudah semua. Terus waktu itu manggung di Irlandia, gak pernah nyangka. Jadi kita gak boleh takut bermimpi, gak boleh minder, gak boleh berhenti bermimpi.

Kita baru saja merilis single untuk ramadan judulnya doa. Kita juga mau rilis album baru yang keenam, kita menyebutnya lagu cinta karena cinta zaman sekarang adalah sesuatu yang dibutuhkan di tengah adanya perbedaan yang bikin kita berantem.

Aku sekarang juga punya usaha kafe bareng Kiki di Ciledug, sebenarnya itu buat mengulang memori zaman berjuang dulu sering lewat, jadi kita gak lupa dengan masa lalu.