Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

11 Film Dokumenter yang Dibuat dari Kumpulan Footage

adegan film A German Youth karya sutradara Jean-Gabriel Périot (dok. Local Films via mubi.com)

Film dokumenter biasanya dibuat dengan mendokumentasikan sebuah peristiwa atau fenomena nyata. Ia bisa dijadikan media edukasi sampai propaganda pemerintah atau entitas tertentu. Seperti kebanyakan produk pemikiran manusia pada umumnya, film dokumenter tidak bisa sepenuhnya objektif. Ada banyak elemen subjektif di dalamnya seperti argumen dan opini dari hasil observasi si empunya film. 

Namun, ada beberapa film dokumenter yang sengaja dibuat dari kumpulan footage atau foto. Beberapa bahkan dibuat tanpa narasi sama sekali sehingga memberikan ruang untuk penonton berkontemplasi dan menelaah makna film tersebut secara mandiri. 

Berikut daftar sebelas film dokumenter terbaik yang bisa kamu coba nikmati. Beberapa merupakan rilisan lawas dan dicap sebagai pelopor. 

1. Nanook of the North (1922)

Nanook of the North sering disebut sebagai pelopor film dokumenter bisu di dunia. Ia digarap oleh Robert J. Flaherty, seorang pegawai tambang yang menghabiskan setahun dalam hidupnya untuk tinggal bersama penduduk etnik Inuit di Teluk Hudson, Kanada.

Film lawas ini merupakan kumpulan footage kehidupan pria bernama Nanook dan keluarganya di tengah medan ekstrem. Flaherty menambahkan beberapa narasi tertulis sebagai konteks untuk tiap cuplikan adegan. Meski terasa realistis, jika diperhatikan beberapa adegan memang terlihat direkayasa atau disengaja untuk keperluan sinematik. 

Pada 1990, dua sutradara lain mencoba mengunjungi Nanook dan menemukan bahwa sang istri dalam film ternyata bukan istri sebenarnya. Meski kontroversial, film ini tetap dianggap sebagai karya legendaris yang berpengaruh hingga kini. 

2. Night and Fog (1956)

cuplikan film Night and Fog karya Alain Resnais (dok. Argos Film via criterion.com)

Bicara film dokumenter dari footage juga akan membawamu berkenalan dengan sosok Alain Resnais. Pada tahun 1955 ia merilis sebuah film berjudul Night and Fog yang bisa dianggap sebagai salah satu film anti perang paling berpengaruh di dunia. Dalam filmnya, sutradara asal Prancis tersebut mengumpulkan potret dan video yang memperlihatkan kondisi kamp konsentrasi Nazi. 

Film berdurasi 33 menit ini dilengkapi dengan narasi yang dibacakan oleh Michael Bouquet. Melansir Criterion, film ini merupakan ide dari penyelenggara pameran Resistance, Liberation, Deportation yang berlangsung di sebuah museum di Paris pada 1954. Mereka  mengajak produser Anatole Dauman yang kemudian merekrut Alain Resnais sebagai sutradara. 

3. Salut les Cubains (1963)

Salut les Cubains cukup unik karena digarap Agnes Varda dari kumpulan foto, bukan video footage. Ia mengumpulkan gambar-gambar tersebut dari perjalanannya pada tahun 1959 sampai 1963 di Kuba. Tak hanya memotret perjuangan melawan diktator yang dipimpin Fidel Castro dan Che Guevara, Varda juga tak lupa meneropong kehidupan warga sipil. 

Para imigran keturunan Eropa dan Afrika yang membentuk komunitas sendiri. Sampai beberapa para seniman paling berpengaruh di negara tersebut. Informatif dan estetik, Varda memang memiliki kacamata sutradara yang jeli. 

4. Sans Soleil (1983)

Film dokumenter legendaris berikutnya datang dari Chris Marker, sutradara asal Prancis yang juga dikenal lewat film La Jetee rilisan tahun 1962. Dalam Sans Soleil, Marker mengumpulkan footage yang ia tangkap selama melakukan perjalanan dari Afrika, Amerika, Eropa sampai Jepang.

Semua dikemasnya dengan iringan narasi filosofis tentang psikologi manusia dan geografi. Berdurasi 99 menit, film ini dianggap salah satu karya paling kontemplatif dan thought-provoking. 

5. News from Home (1976)

Mirip dengan Sans Soleil, film dokumenter lawas berikut juga merupakan gabungan antara footage dengan narasi yang meditatif. Ia dibuat oleh sutradara Chantal Akerman yang memotret kehidupan di kota metropolitan New York pada 1970. 

Bersamaan dengan video footage tersebut, Akerman membacakan surat-surat sang ibu ang ditujukan pada dirinya. Menariknya, korespondensi tersebut menjelajah perasaan-perasaan kesepian dan alienasi yang secara magis berkorelasi dengan kehidupan di kota besar. 

6. The Reluctant Revolutionary (2012)

Dari film-film dokumenter lawas, kamu bisa melompat ke karya kontemporer. Salah satunya The Reluctant Revolutionary garapan Sean McAllister. Sinema ini merupakan observasi tentang awal mula revolusi berdarah di Yaman yang dilihat dari sudut pandang seorang pemandu wisata.

Dengan statusnya sebagai warga lokal, sang komentator atau narator dalam film ini bisa mengakses berbagai tempat yang terlarang untuk jurnalis dan warga negara asing. Ini membuat film McAllister layak disebut footage langka. 

7. A German Youth (2015)

Walau dipublikasikan pada 2015, film dokumenter ini sebenarnya menilik pergerakan mahasiswa di Jerman pada tahun 1960-an. Beberapa tahun setelah Perang Dunia II dan kejatuhan Nazi, Jerman mengalami beberapa krisis politik. 

Salah satunya dengan kemunculan kelompok-kelompok sayap kiri yang melakukan beberapa aksi protes dan teror. Film ini dibuat tanpa narasi sama sekali. Hanya kumpulan footage dan siaran berita yang berkaitan dengan isu ini. Penonton didorong untuk menelaah sendiri mengapa akhirnya kelompok-kelompok sayap kiri berjatuhan. 

8. Gaza (2019)

Gaza adalah hasil observasi yang dilakukan dua sutradara asal Irlandia, Garry Keane dan Andrew McConnell di pemukiman etnik Arab Palestina. Gaza selama ini dikenal sebagai titik panas konflik antara Israel dan Palestina, tetapi dalam lewat dokumenter ini kita diajak melihat lebih dekat kehidupan warga sipil yang hanya ingin hidup damai dan tenteram. 

Meski awalnya menenangkan, perlahan film ini menampakkan Gaza yang sebenarnya. Lokasi strategis yang mau tak mau menjadi episentrum konflik bersenjata. 

9. State Funeral (2019)

Sergei Losnitza menuai banyak pujian untuk karyanya yang satu ini. Dirilis pada 2019, penonton akan diajak kembali ke tahun 1953, tepatnya ketika pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin menghembuskan napas terakhirnya di Moskow. 

Losnitza mengumpulkan footage yang menampakkan bagaimana tiap wilayah dan negara bagian di Uni Soviet bereaksi atas kematian sang pemimpin tersebut. Sebelumnya, Losntiza sudah pernah merilis film dokumenter footage tanpa narasi seperti Landscape dan Portrait. Semuanya thought-provoking, memotivasi penonton untuk membuat asumsi dan kesimpulan sendiri. 

10. Cow (2021)

Kalau kamu suka film dokumenter tanpa narasi, coba Cow yang merupakan film terbaru garapan sutradara Inggris, Andrea Arnold. Cow merupakan potret linimasa kehidupan seekor sapi betina di sebuah peternakan. 

Gambarnya diambil dari jarak dan ketinggian yang benar-benar pas, membuat kita seakan menjadi si sapi tersebut. Tak ada narasi dan opini yang dipaksakan untuk didengar penonton. Namun, elemen visual dalam film ini sudah mampu mengusik pikiran kritis dan empati penontonnya. 

11. Mariner of the Mountains (2021)

Mariner of the Mountains juga menarik untuk ditonton para cinephile. Film garapan Karim Aïnouz ini merupakan catatan dan footage yang ia ambil selama melakukan perjalanan dari negara tempatnya lahir dan besar, Brasil menuju negara asal nenek moyangnya, Aljazair. 

Ainouz, sama seperti kebanyakan imigran generasi kesekian mengalami krisis identitas yang membuat film ini sangat reflektif. Mariner of the Mountains adalah contoh esai visual yang tak hanya estetik secara tampilan, tetapi juga bermakna dalam. 

Kamu bukan masih anti dengan film dokumenter? Jajal belasan film di atas, dijamin persepsi lamamu bahwa mereka membosankan akan langsung tersapu habis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us