Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
No Man's Land (dok. Noé Productions/No Man's Land)
No Man's Land (dok. Noé Productions/No Man's Land)

Yugoslavia adalah salah satu negara yang perwakilannya cukup sering menyabet nominasi Oscar, terutama di kategori film pendek dan film fitur internasional. Sebut saja When Father Was Away on Business (1985), Three (1965), dan Dae (1979).

Namun, sejak pecah jadi Serbia, Montenegro, Kroasia, Kosovo, Bosnia-Herzegovina, dan Slovenia, prestasi mereka agak meredup, nih. Sejauh ini, baru ada empat film asal negara-negara eks Yugoslavia yang berhasil menyabet nominasi.

Masih didominasi kategori yang sama, apa saja dan seberapa prominennya representasi mereka di kancah internasional? Mari bahas satu-satu!

1. No Man's Land (2001)

No Man's Land (dok. Noé Productions/No Man's Land)

No Man's Land adalah film pertama dari negara eks Yugoslavia yang berhasil meraih nominasi Oscar dan memenangkannya pada 2002. Dibuat sutradara Bosnia Danis Tanović, film mengikuti pertemanan tak terduga antara sejumlah tentara Serbia dan Bosnia yang terjebak di zona netral. Salah satu dari mereka terperangkap di sebuah ranjau dan mau tak mau mendorong mereka untuk bekerja sama.

Segala upaya pun mereka lakukan termasuk meminta bantuan PBB selaku penjaga perdamaian. Dikemas dengan sindiran, satire, dan komedi, film ini menampar banyak pihak sekaligus. Pesan antiperangnya juga pas, tak ada sedikit pun upaya untuk meromantisasi konflik bersenjata. 

2. Quo Vadis, Aida? (2020)

Quo Vadis, Aida? (dok. Palace Films/Quo Vadis, Aida?)

Quo Vadis, Aida? jadi film fitur kedua asal Bosnia yang berhasil dapat nominasi Oscar. Masih berlatarkan perang sipil Yugoslavia, film fokus pada tragedi Sebrenica yang menewaskan ribuan warga sipil Bosnia. Menariknya, film ditulis dari perspektif tokoh fiktif bernama Aida (Jasna Djuricic), warlok yang direkrut sebagai interpreter di markas pasukan perdamaian PBB. 

Harusnya jadi tempat aman alias zona demiliterisasi, markas PBB tempat Aida bekerja ternyata tak sanggup menampung pengungsi asal Bosnia karena keterbatasan logistik dan ruang. Saat dapat tawaran dari seorang jenderal Serbia, PBB dengan cerobohnya menerimanya. Inilah awal dari malapetaka yang harus dialami Aida dan keluarganya. 

3. Shok (2015)

Shok (dok. Tribeca Film Festival/Shok)

Selain film fitur internasional, film-film asal Balkan pernah pula meraih nominasi di kategori film pendek. Berlatarkan Kosovo 1990-an, film mengikuti persahabatan Petrit (Lum Veseli) dan Oki (Andi Bajgora), bocah beretnik Albania. Hidup mereka tiba-tiba terinterupsi peran sipil yang membuat mereka mempertanyakan identitas dan latar belakang etnik mereka.

Satu hari, tentara Serbia mengepung perkampungan keduanya dan memaksa mereka meninggalkan rumah dan barang-barang mereka. Termasuk sepeda kesayangan Oki yang sering mereka mainkan bersama. Pendek, tetapi ending-nya nyesek, gak salah kalau mereka dapat nominasi Oscar. 

4. The Man Who Could Not Remain Silent (2024)

The Man Who Could Not Remain Silent (dok. European Film Awards/The Man Who Could Not Remain Silent)

The Man Who Could Not Remain Silent memecahkan rekor sebagai film Kroasia pertama yang dapat nominasi Oscar. Gak kalah powerful, film ini juga berakhir tragis. Masih berlatarkan 1990-an ketika perang sipil berkecamuk di Yugoslavia, film memotret ketegangan di sebuah kereta api yang membawa penumpang dari Belgrade menuju Bar. Saat berhenti di sebuah kota yang didominasi penduduk beretnik Bosnia, kelompok paramiliter Serbia dipersilakan masuk. 

Di tengah tensi dan konflik senjata yang meletus di negeri itu, mereka dibebaskan memburu orang-orang yang dicurigai sebagai simpatisan separatis Bosnia. Para penumpang diminta untuk menunjukkan identitas. Parahnya salah satu dari mereka ternyata tak punya dokumen kependudukan apapun. 

Selain keempat film tadi, sebenarnya masih ada film Hive (2021) yang sempat masuk shortlist. Sama dengan rekan sejawatnya dalam daftar tadi, Hive juga memotret implikasi perang terhadap kehidupan warga di bekas negara eks Yugoslavia. Terjadi 3 dekade lalu, perang sipil Yugoslavia ternyata bukan sembarang konflik yang mudah dilupakan. Bekas luka dan trauma atas tragedi itu masih sering didokumentasikan dalam bentuk film. Tujuannya tentu menyampaikan pesan kemanusiaan serta antiperang untuk khalayak. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team