4 Lagu yang Menggambarkan Kebrutalan Polisi, Pernah Dengar?

Kebrutalan polisi bukan hanya isu lokal, tetapi juga masalah global yang telah lama menjadi bahan kritik dalam musik. Dari hip-hop hingga punk rock, banyak musisi yang berani bersuara tentang kekerasan aparat terhadap warga sipil.
Lewat lirik tajam dan melodi yang penuh emosi, lagu-lagu tersebut tidak hanya menceritakan pengalaman pahit, tetapi juga menjadi bentuk perlawanan terhadap sistem yang sering kali tidak berpihak pada keadilan. Berikut rekomendasi lagu yang menggambarkan kebrutalan polisi dengan lantang dan berani.
1. "Fuk Da Police" – N.W.A (1988)
Dirilis oleh grup rap legendaris N.W.A, “Fuk Da Police” adalah respons langsung terhadap rasisme dan kekerasan yang dilakukan oleh polisi di Amerika Serikat, khususnya terhadap komunitas kulit hitam. Dengan lirik lugas dan penuh kemarahan, lagu ini menggambarkan bagaimana aparat sering kali bertindak sewenang-wenang tanpa konsekuensi.
Tak hanya sekadar lagu protes, “Fuk Da Police” menjadi simbol perlawanan yang bertahan hingga sekarang. Meski sempat dilarang di berbagai tempat, pesan lagu ini tetap relevan di era modern, di mana kasus kekerasan polisi masih terus terjadi. Lagu ini juga banyak digunakan dalam demonstrasi sebagai seruan untuk menuntut keadilan dan reformasi kepolisian.
2. "Sound of da Police" – KRS-One (1993)
KRS-One, seorang rapper yang dikenal karena lirik-lirik politisnya, merilis lagu ini sebagai kritik terhadap sistem kepolisian yang ia anggap sebagai kelanjutan dari perbudakan. Dalam “Sound of da Police,” ia membandingkan bagaimana para budak dulu diawasi oleh "overseer" dengan bagaimana polisi modern memperlakukan komunitas kulit hitam.
Dengan irama yang khas dan pengulangan suara sirene polisi, lagu ini menjadi pengingat betapa panjang sejarah ketidakadilan yang terjadi di tangan aparat. Pesan dalam "“Sound of da Police" yang kuat masih banyak digunakan dalam berbagai protes sosial, membuktikan bahwa kritik terhadap kebrutalan polisi masih relevan hingga saat ini.
3. "Killing in the Name" – Rage Against the Machine (1992)
Lagu ini lahir dari kemarahan terhadap sistem yang korup dan penuh dengan diskriminasi. Dengan suara gitar yang agresif dan lirik yang berulang-ulang menyoroti bagaimana polisi sering kali bertindak dengan impunitas, “Killing in the Name” menjadi anthem bagi mereka yang melawan ketidakadilan.
Rage Against the Machine selalu dikenal sebagai band yang vokal terhadap isu sosial, dan lagu ini menjadi salah satu contoh terbaik bagaimana musik bisa digunakan untuk membakar semangat perlawanan. Hingga sekarang, lagu ini sering dinyanyikan dalam demonstrasi antikebrutalan polisi di seluruh dunia.
4. "Cop Killer" – Body Count (1992)
Dibawakan oleh Ice-T bersama band metalnya, Body Count, “Cop Killer” langsung menuai kontroversi saat dirilis. Liriknya penuh kemarahan mengekspresikan frustrasi terhadap kebrutalan polisi yang terus-menerus terjadi, khususnya di komunitas minoritas. Karena liriknya yang eksplisit, lagu ini mendapat kecaman dari berbagai pihak, termasuk politisi dan aparat kepolisian sendiri.
Namun, di balik kontroversinya, “Cop Killer” adalah bentuk ekspresi kemarahan yang tidak bisa diabaikan. Lagu ini menggambarkan betapa frustasinya orang-orang yang terus-menerus menjadi korban ketidakadilan dan merasa tidak punya cara lain untuk melawan. Walau Ice-T akhirnya menarik lagu ini dari peredaran, pesan yang dibawanya tetap dikenang hingga sekarang.
Lagu-lagu ini membuktikan bahwa musik lebih dari sekadar hiburan, melainkan bisa menjadi alat perlawanan dan penyampai pesan yang kuat. Dari semua lagu di atas, mana yang menurutmu paling menggambarkan situasi di tempatmu?