Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Film tentang Junta Militer, Ada I'm Still Here

I'm Still Here (dok. Sony Pictures Classics/I'm Still Here)
Intinya sih...
  • Junta militer membawa kesengsaraan bagi rakyat Myanmar, Korea Utara, Mali, Burkina Faso, dan Niger tanpa kesejahteraan yang signifikan.
  • I'm Still Here mengisahkan keluarga di Brasil yang terkena dampak junta militer, menggambarkan tekanan dan kehilangan akibat aktivisme.
  • Film lain seperti The Official Story, Clandestine Childhood, Argentina 1985, dan Beast of No Nation juga menyoroti dampak buruk junta militer di Argentina, Chile, dan Afrika Sub Sahara.

Junta militer atau istilah yang dipakai untuk menegaskan tipe pemerintahan yang dikelola militer pernah beberapa kali terjadi dalam sejarah. Terbukti hanya membawa kepedihan dan malapetaka buat sebuah negara, ternyata masih ada beberapa negara mempertahankan tipe pemerintahan itu. Silakan tengok Myanmar, Korea Utara, Mali, Burkina Faso, dan Niger, lalu lihat apakah mereka berhasil menyejahterakan rakyatnya? 

Itu sebenarnya sudah bisa jadi alarm buat kita agar tak meremehkan supremasi sipil dalam tata negara. Namun, kalau kamu ogah membaca lebih jauh tentang testimoni penduduk negara-negara junta di atas, coba tonton rekomendasi film berikut untuk tahu seberapa besar dampak keterlibatan militer dalam pemerintah terhadap kehidupan rakyat.

1. I'm Still Here (2024)

I'm Still Here (dok. Sony Pictures Classics/I'm Still Here)

Baru saja menyabet piala Oscar 2025 untuk kategori Film Fitur Internasional Terbaik, I'm Still Here adalah sebuah film yang penting ditonton banyak orang. Ia mengikuti kehidupan keluarga yang terkoyak setelah Brasil jatuh ke tangan junta militer. Ini semua terjadi setelah sang ayah jadi korban penculikan dan penghilangan paksa oleh militer Brasil pada 1970-an akibat aktivismenya.

Film kemudian fokus pada cara keluarga ini bertahan hidup di tengah rasa kehilangan dan tekanan personel militer yang tak segan melancarkan aksi opresif di depan umum. I'm Still Here merupakan kisah nyata keluarga Rubens Paiva, politisi yang aktif menolak militerisme di pemerintah Brasil. Mungkin Brasil terlihat jauh dari rumah kita, tetapi pola yang sama sebenarnya pernah terjadi pada era Orde Baru di Indonesia (1966—1998). 

2. The Official Story (1985)

The Official Story (dok. Festival de Cannes/The Official Story)

Junta militer juga pernah membawa kesengsaraan bagi warga Argentina pada 1970—1980-an. Ini yang coba dipotret film pemenang Oscar 1986, The Official Story. Film mengekor kehidupan pasutri dan anak 5 tahun yang mereka adopsi. Sebagai pegawai negeri sipil, mereka mendapat kemudahan untuk melakukan adopsi pada era itu sampai sebuah kenyataan pahit terbongkar. 

Sang anak mereka curigai sebagai salah satu bocah yang diculik militer Argentina dari orang-orang dewasa yang mereka culik dan hilangkan secara paksa. Sama seperti yang terjadi di Brasil dan Argentina, aksi keji itu bebarengan dengan gerakan pembasmian aktivis komunis tanpa peradilan di Amerika Latin. Serupa pula dengan gerakan pemberantasan PKI pada 1965 di Indonesia. 

3. Clandestine Childhood (2011)

Clandestine Childhood (dok. Pyramide International/Clandestine Childhood)

Masih dari Argentina, Clandestine Childhood juga menyoal anak-anak yang hidupnya terdampak junta militer. Bedanya, ia ditulis dari perspektif bocah bernama Juan yang pernah tinggal di Kuba bersama orangtua aktivisnya. Mereka pulang ke Argentina pada 1970-an dan sejak itu, Juan diminta untuk menggunakan nama samaran serta membatasi diri untuk menyebar informasi pribadinya. 

Di sisi lain, ia bertemu beberapa teman sebayanya yang tak punya nama belakang dan latar belakangnya tak jelas. Ia yang pongah soal politik, seolah diajak untuk lebih sensitif dan melek karena orang-orang di sekitarnya. Film ini berhasil dapat beberapa nominasi film bergengsi di Argentina dan Cannes Film Festival. 

4. Argentina, 1985 (2022)

Argentina, 1985 (dok. Prime Video/Argentina, 1985)

Meraih nominasi Oscar pada 2023, Argentina, 1985 adalah film semibiografi yang memotret perjuangan sekelompok pengacara menuntut keadilan. Kasus yang mereka tangani bukan sembarang kasus kriminal. Mereka berusaha mencari keadilan untuk para korban penculikan dan pembunuhan massal yang dilakukan para personel militer Argentina selama masa kepemimpinan mereka. 

Peradilan itu berlangsung 2 tahun setelah junta militer Argentina berhasil dilengserkan. Sebuah proses yang tergolong cepat dan wajib jadi percontohan. Masalahnya, tak sedikit negara yang mengubur dosa masa lalu aparat hingga sekarang, Indonesia salah satunya. 

5. Invisible Heroes (2019)

Invisible Heroes (dok. Parox/Invisible Heroes)

Berlatar 1973 saat kudeta militer berlangsung di Chile, film ini mengekspos kontribusi kemanusiaan dua diplomat nyata asal Finlandia bernama Tapani Brotherus (Pelle Heikkilä) dan Ilkka Jaamala (Ilkka Villi). Dikemas dalam enam episode, serial mengikuti perjuangan Brotherus, istrinya, dan rekan kerjanya menyelamatkan ribuan aktivis sayap kiri yang terancam dihilangkan paksa oleh Jenderal Pinochet dan anak buahnya. 

Caranya dengan mengurus dokumen suaka untuk mereka. Perjalanan yang tak mudah, penuh intrik, tetapi akhirnya dikenang sebagai salah satu jasa kemanusiaan terbesar dalam sejarah. Finlandia sendiri dikenal sebagai salah satu negara yang diplomatnya cukup aktif dalam upaya perdamaian dan resolusi konflik. 

6. Beast of No Nation (2015)

Beasts of No Nation (dok. Criterion/Beasts of No Nation)

Beast of No Nation memang gak mengekspos negara tertentu, tetapi ia menggambarkan kengerian kudeta militer yang sering terjadi di negara-negara Afrika Sub Sahara. Lewat bocah bernama Agu (Abraham Attah), kita diajak menyelami kerakusan manusia ketika senjata diberikan pada mereka. Ia diceritakan sebagai bocah dari keluarga biasa yang hidupnya berubah 180 derajat ketika kelompok militan bersembunyi di desanya. Pemerintah berkuasa yang hendak mempertahankan kekuasaan membunuhi orang-orang desa termasuk kelyarga Agu.

Ia terlunta-lunta di jalanan sampai bertemu dengan kelompok militan dari faksi lain. Ia direkrut jadi tentara bersama anak-anak yatim piatu lainnya. Miris karena meski ilegal dan dilarang oleh hukum internasional, fenomena ini cukup umum ditemukan di negara-negara yang terjerembab dalam konflik berkepanjangan. 

Jangan bilang kalau film-film di atas hanya fiktif belaka. Buktinya banyak yang menggunakan referensi peristiwa nyata dan testimoni langsung dari korban dan para saksinya. Kalau kamu masih percaya militer berhak masuk ke ranah sipil, coba sebutkan satu saja negara junta yang hidupnya aman sejahtera!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us