Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Tips Robert Ronny Supaya Ide Novel Diterima Produser

IMG_1015 Besar.jpeg
Robert Ronny pada acara Novel to Cinema Writing Academy pada Kamis (3/7/2025) (IDN Times/Elizabeth Chiquita)

Jakarta, IDN Times - Pagi itu satu ruang rapat Liberta Hub Blok M sudah ramai. Walau cuacanya mendung, isi ruangan tersebut tetap hangat dengan semangat para penulis dari berbagai generasi. Mereka berkumpul untuk acara Novel to Film Writing Academy pada Kamis (3/7/2025).

Laptop dan catatan berserakan di meja, menjadi alat tempur bagi mereka untuk menulis tips dari Produser Paragon Films Robert Ronny dan Novelis Andrei Aksana. Keduanya seru membahas soal cara-cara ide novel bisa menarik dan dapat bersifat sinematik.

Bagaimana caranya, ya? Berikut tips dari Robert Ronny!

1. Ide harus bisa diceritakan dalam satu kalimat

IMG_1025 Besar.jpeg
Robert Ronny pada acara Novel to Cinema Writing Academy pada Kamis (3/7/2025) (IDN Times/Elizabeth Chiquita)

Robert Ronny duduk di depan televisi yang menampilkan karya-karya legendarisnya. Mulai dari Critical Eleven, Kartini, The Most Beautiful Girl in the World, hingga Losmen Bu Broto. Di sampingnya, ada Andrei Aksana yang ikut berbincang soal novel diangkat menjadi sebuah film.

Sebagai tips pertama dan paling penting, Robert Ronny menilai sinopsis novel harus dirangkum dalam satu kalimat untuk bisa dijual ke produser. Dengan kalimat pendek tersebut harus bisa menggaet hati produser untuk mengadaptasinya menjadi film.

"You have to able to sell it to the producer. Dengan satu, dua kalimat. Kalau gak, berarti kalian harus mikir dulu, kalian buat tentang apa, sih?" ujar Robert Ronny menggebu-gebu kepada para peserta.

Ia turut memberikan contoh, "Contoh, ya yang fantastis lakunya. Agak Laen. Tahu gak premisnya ngapain? Sekelompok orang bikin rumah hantu di pasar malem, terus ada yang mati beneran. Lucu, exactly satu kalimat."

2. Jangan takut membuat cerita yang niche!

IMG_1020 Besar.jpeg
Robert Ronny pada acara Novel to Cinema Writing Academy pada Kamis (3/7/2025) (IDN Times/Elizabeth Chiquita)

Melanjutkan pembicaraan soal ide ceritanya, Robert Ronny meminta penulis jangan takut menulis kisah yang niche. Produser kelahiran 1977 ini berpendapat sebuah kisah tak harus menyasar pasar dengan kisah yang mayoritas punya banyak penggemar.

Menurutnya, cerita yang spesifik tetap bisa masuk ke dalam hati pembaca asal berdasarkan riset. Ia memberikan contoh film tentang pasangan tua yang kesulitan punya anak. Dengan pasar penonton yang kini didominasi anak muda, Robert Ronny masih percaya diri, karena filmnya masih dikemas dengan situasi dan kondisi keseharian masyarakat itu sendiri.

"Jadi jangan takut bikin cerita niche. Karena cerita makin spesifik. Tapi kalau punya universal value, itu akan sangat akan kena kok," tegas Robert.

3. Genre apa yang paling mudah laku di pasaran?

IMG_1023 Besar.jpeg
Robert Ronny pada acara Novel to Cinema Writing Academy pada Kamis (3/7/2025) (IDN Times/Elizabeth Chiquita)

Bergeser ke genre cerita, produser Paragon Films tersebut menuturkan tak semua tema cerita bisa laku di pasaran. Ia mengungkit isu politik dan sepak bola yang digemari masyarakat Indonesia dalam kesehariannya.

Namun, kenapa film bertemakan sepak bola dan politik jarang laku di bioskop?

Robert Ronny memaparkan, "Kalau nonton sepak bola itu di bioskop. Pas nonton bioskop, 'Perasaan Indonesia gak ada prestasinya di sepak bola. Ngapain nonton sepak bola?'"

"Balik lagi ke politik. Setiap hari kita muak banget ngelihat berita korupsi dan segala macam. Terus disuruh bikin film cerita politik. Mendingan gue buka apa handphone aja berita banyak politik. Ngapain gue harus bayar Rp50 ribu buat nonton film politik?" lanjutnya disambut kekehan kecil para peserta.

Meski begitu, Robert tak mau menjadikan karya hanya sebagai hiburan belaka. Sambil membenarkan jasnya beberapa kali, Robert membagikan sudut pandangnya kalau genre komedi dan horor bisa jadi solusi.

"Menurut saya sebenarnya genre komedi itu sangat-sangat bagus untuk menyampaikan banyak keresahan. Dan komedi kan laku di Indonesia. Kedua genre horor itu banyak banget dibuat di negara-negara maju itu memkritik banyak hal," katanya.

4. Sebelum mengajukan, lihat selera produsernya

IMG_1018 2 Besar.jpeg
Robert Ronny pada acara Novel to Cinema Writing Academy pada Kamis (3/7/2025) (IDN Times/Elizabeth Chiquita)

Bila sudah yakin untuk mengajukan ide atau pitching, Robert Ronny memperingatkan agar penulis juga melihat bagaimana selera produsernya. Bukan berarti production house besar selalu membuat film berkelas, begitu juga sebaliknya. Menurutnya, itu kembali kepada sisi selera produser itu sendiri.

Menggunakan jawaban Joko Anwar yang ia ingat selalu, Robert Ronny mengatakan, "Lu perhatiin PH ini. Produser ini tuh punya film seperti apa, sama gak dengan selera lu. Kalau udah jelas-jelas gak sama, terus pitch ke dia, ya terus ditolak.

"Atau diterima, tapi terus diubah-ubah, ya jangan salahin dia. Selera tuh gak bisa diubah. Hanya karena dia jadi sukses dan lain-lain, terus tiba-tiba dengerin lagu jazz. Ya, gak, tetep (bisa aja) dengerin lagu dangdut," lanjutnya.

Namun, Robert sampai maju untuk duduk di ujung kursinya menegaskan, "Dan sekali lagi, gak ada yang bener-salah. Ini kan masalah selera."

Jadi, sudah tahu mau pitching ide apa ke produser?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triadanti
EditorTriadanti
Follow Us