5 Alasan Game of Thrones Lebih Baik dari House of The Dragon

Serial Game of Thrones sudah tamat lima tahun lalu, namun masih banyak fans setia yang membicarakannya. Mengetahui antusias penonton yang besar, pihak showrunners membuat prekuelnya yaitu House of the Dragon.
Prekuel dengan latar waktu 140 tahun sebelum Game of Thrones tersebut lebih berpusat pada konflik keluarga Targaryen.
Meskipun musim kedua House of the Dragon diakhiri dengan konflik yang epik, penggemar setia masih menganggap Game of Thrones lebih baik dari House of the Dragon. Mengapa? Yuk, simak alasannya di bawah ini!
1.Karakter yang kuat

Karakter di Game of Thrones dinilai lebih kuat daripada karakter di House of the Dragon. Mereka memiliki tujuan yang jelas untuk mempertahankan tahta ataupun merebutnya.
Penonton lebih menyukai Tywin Lannister daripada Otto Hightower meskipun mereka sama-sama memanfaatkan keturunannya untuk memperluas kekuasaan. Namun, Tywin memiliki strategi politik yang jelas sekaligus ayah yang naif. Ia tampak kuat namun rapuh karena tidak mau mengakui hubungan inses anak-anaknya.
Begitupun juga dengan Jon Snow. Penonton lebih menyukai Jon daripada Allyn The Hull yang sama-sama tidak menginginkan kekuasaan. Namun, Jon lebih digambarkan menyimpan luka yang dalam atas statusnya sebagai anak haram.
2.Pemeran pembantu yang mudah disukai dan dibenci

Pemeran pembantu di Game of Thrones tidak hanya melengkapi cerita, namun juga menambah kedalaman cerita serial ini dengan luar biasa. Dari balik The Wall, penonton diajak bertemu dengan para Wildlings. Kaum liar yang selama ini dianggap pengganggu itu ternyata tidak seperti cerita yang terlanjur menyebar.
Begitupun juga dengan perdebatan antara Littlefinger dan Lord Varys, yang sengit namun sangat mendalam. Di tengah nuansa yang suram dan serius, hadir Bront dan Tormund dengan lelucon sarkas yang menggelitik.
3.Plot twist yang mengejutkan

Game of Thrones menjadi tayangan paling populer karena mengandung plot twist yang mengejutkan dan bikin penonton trauma. Bahkan, showrunners tidak segan-segan menamatkan riwayat karakternya, tidak peduli mereka karakter utama atau pemeran pembantu.
Mungkin tidak ada yang menyangka Ned Stark mati di musim pertama. Terlebih lagi, siapa yang siap dengan kematian House Stark di The Red Wedding? Karena mudahnya mereka terbunuh, penonton merasa tidak aman dengan hidup para karakter yang mereka sukai.
4.Pertempuran yang epik

Meskipun kebanyakan peperangan tidak mengandalkan naga, Game of Thrones menghadirkan perang terbaik sepanjang sejarah perfilman. Tiga peperangan yang epik adalah Pertempuran Blackwater, Hardhome dan Battle of Bastards.
Kunjungan Jon Snow ke Hardhome malah disambut oleh Night King dan White Walkers. Tentu ini menjadi peperangan hidup dan mati. Begitu juga dengan Battle of Bastards. Jumlah prajurit yang lebih banyak dari kubu Ramsay membuat penonton pesimis dengan kemenangan Jon Snow.
Namun, itulah spesialnya Game of Thrones, membuat penonton putus asa terlebih dahulu sebelum bala bantuan dari Prajurit Vale datang dan memberi harapan kemenangan.
5.Antagonis yang bikin naik darah

Karakter antagonis di House of the Dragon memiliki kepentingan sendiri. Namun, Game of Thrones memiliki karakter antagonis yang berbuat jahat tanpa alasan. Joffrey memenggal Ned Stark hanya untuk menunjukkan dialah sang raja, atau Ramsay Bolton menyiksa Theon Greyjoy karena ia menyukai hal itu.
Bahkan, karakter Joffrey Baratheon mendapatkan rating pertama sebagai karakter paling dibenci sepanjang sejarah perfilman.
Meskipun Game of Thrones memiliki kedalaman cerita dan karakter yang lebih baik, House of the Dragon bukanlah prekuel yang mengecewakan. Hal ini terbukti dengan banyaknya fans yang tetap menantikan House of the Dragon Season 3 tahun mendatang.