5 Film Anti-Kapitalisme Terbaik 2024, Dokumenter sampai Action

Tayang di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024, In the Belly of a Tiger adalah film karya Siddartha Jatla yang memotret kemiskinan di sebuah desa di India. Beberapa penduduk yang sudah putus asa akan "mengorbankan" diri jadi mangsa harimau liar. Dengan begitu, keluarga korban akan dapat kompensasi dari pemerintah. Keputusasaan ini akhirnya menghampiri seorang duda bernama Saharsh (Sourabh Jaiswar) yang dengan penghasilan minimnya harus menghidupi kedua orangtua dan dua anak perempuannya. 

Tayang perdana di Venice Film Festival dan JAFF 2024, Cloud adalah karya sinematik terbaru maestro film horor dan thriller Jepang, Kiyoshi Kurosawa. Kali ini ia mengajakmu mengikuti kehidupan seorang pria yang berhasil memperkaya diri lewat bisnis jual-beli barang bekas. Namun, kesuksesannya ternyata tak disertai kejujuran dan ia harus menghadapi rival bisnis yang juga memakai cara-cara kotor. 

Tayang perdana di  SXSW Film Festival 2024, film garapan Jeremy Workman ini mengajakmu kembali ke awal tahun 2000-an. Saat itu, ia menemukan sekelompok anak muda bokek yang membangun hunian rahasia di loteng sebuah mal. Ini mereka lakukan karena kesusahan dapat rumah sewa dengan harga yang masuk akal di Rhode Island, Amerika Serikat. Pesannya dapat dengan narasi yang runtut dan memukau. 

La Cocina berlatarkan sebuah restoran sibuk bernama The Grill di New York, Amerika Serikat. Itu adalah tempat dua lakon kita bekerja, bertemu, dan jatuh cinta. Namun, dengan padatnya jadwal, tuntutan untuk tetap produktif, dan masalah visa, hidup dan hubungan mereka seperti sedang didikte sesuatu yang tak kasat mata. Apalagi kalau bukan sistem ekonomi kapitalisme. 

Anora memang fokus pada hubungan romantis dua sejoli beda kasta. Satu adalah anak oligarki kaya raya dan satu lagi adalah pekerja seks yang hidupnya selalu dalam mode bertahan hidup. Saat mereka bersatu, semua tampak seperti cerita-cerita negeri dongeng yang berakhir indah. Namun, ternyata ketimpangan sosial ekonomi antarkeduanya tidak bisa dihempaskan begitu saja. 

Komentar sosial seperti ini yang bikin sebuah film jauh lebih hidup. Tak hanya mengasah empati, banyak elemen cerita dalam film-film di atas yang bisa saja mirip dengan pengalaman personalmu.