5 Film Gangster Eropa Terbaik, Termasuk Debut Mads Mikkelsen

Sebelum dikenal sebagai aktor kawakan seperti sekarang, Mads Mikkelsen ternyata erat dengan karakter Tony dalam film gangster Eropa, Pusher. Tony sebenarnya bukan lakon utama di film ini.

Pusher berkutat pada sosok Frank (Kim Bodnia) yang baru keluar dari penjara dan terlilit hutang pada gembong narkoba kelas kakap (Zlatko Buric). Bersama rekan-rekannya, Frank berusaha lepas dari jerat hutang dengan melakukan berbagai cara. 

Tony yang diperankan Mikkelsen baru dapat lebih banyak screentime di sekuel film tersebut yang rilis pada 2004. Pusher sendiri jadi salah satu film Denmark terbaik yang tak hanya superior dari segi plot, tetapi juga sukses secara komersial. 

Sebelum The Banshees of Inisherin (2022), duo Brendan Gleeson dan Colin Farrell pernah dipertemukan oleh sutradara Martin McDonagh dalam In Bruges (2008). Masih bergenre komedi gelap, keduanya memerankan dua pembunuh bayaran yang menunggu instruksi di sebuah kota tua di Belgia. 

Khas McDonagh, film ini terkesan tak memiliki plot yang jelas, tetapi penuh dengan kejutan dan persimpangan di setiap bagiannya. Atas keunikan ceritanya, In Bruges berhasil menyabet nominasi Oscar 2009 untuk kategori Naskah Orisinal Terbaik. 

Mirip dengan Godfather, sinema yang terinspirasi dari buku nonfiksi jurnalis Roberto Saviano ini sarat akan adegan kekerasan dan mengganggu. Judulnya diambil dari nama kelompok kriminal yang berbasis di Napoli, Camorra. 

Fokusnya pada momen perebutan kekuasaan atau perang antarklan yang terjadi di internal Camorra. Tak ada aparat dan pemuka agama yang bahkan berani menghentikan proses brutal tersebut. Film ini diambil dari beberapa sudut pandang, termasuk dua remaja belia yang naif dan dengan cerobohnya melibatkan diri dalam konflik tersebut. 

A Prophet adalah cara tepat untuk mengenal para aktor kriminal di Prancis, khususnya yang digawangi kelompok separatis Corsica. Film dimulai dengan mengikuti sosok pemuda etnik Arab, Malik yang divonis penjara 6 tahun untuk kejahatan yang ia lakukan. 

Ketika menjalani hukumannya, ia baru tahu bahwa penjara bukanlah tempat yang bebas dari kejahatan. Justru, telah terbentuk hierarki yang menempatkan para bandit di puncak piramida. Untuk bertahan hidup, Malik pun "bekerja" jadi pesuruh atau utusan untuk bos mafia yang menguasai penjara tersebut. 

Berlatar Berlin yang multikultur, seorang perempuan muda asal Spanyol terjebak dalam skena kriminal di kota tersebut. Victoria, nama sang lakon diperankan Laia Costa yang dipertemukan dengan empat pemuda lokal yang menyambutnya dengan hangat. Tanpa sengaja, Victoria justru terjerembab dalam masalah pelik yang harus diselesaikan empat teman barunya tersebut.

Film ini diambil dengan teknik one-shot yang menawan. Ditambah plot yang bikin jantung berdebar sepanjang film, penonton dibikin buta dengan siapa yang bisa dipercaya dan siapa yang tidak. 

Mafia atau gangster memang salah satu topik menarik untuk kepentingan sinematik. Dengan mudahnya, sineas bisa menstimulasi emosi penonton lewat konflik yang menegangkan dan pertarungan yang epik.

Tak jarang film seperti ini justru mengglorifikasi gangster dan budaya machismo. Namun, tidak dengan kelima film di atas. Dengan piawai, segala kengerian dan kerugian dari melibatkan diri dengan kelompok kriminal diekspos secara realistis.