Film Netflix "Emily in Paris" saat ini sedang ramai diperbincangkan di dunia maya. Bukan hanya jalan ceritanya yang ringan dan menghibur, film ini juga menyajikan tampilan fashion dan pemandangan kota Paris yang ciamik.
Tidak hanya itu, film ini juga meng-capture beberapa budaya dan kebiasaan orang Prancis yang mungkin belum banyak kamu ketahui. Apa saja? Berikut beberapa kebiasaan unik orang Prancis yang ada di film Emily in Paris.
Bagi sebagian orang, Paris bukan hanya kiblat bagi dunia fashion. Bagi pencinta kuliner, Paris adalah surga. Khususnya untuk kamu yang cinta dengan dunia per-baking-an. Kita akan banyak bisa menemukan bakery terkenal di dunia dengan roti khasnya. Sebut saja beberapa jenis roti yang terkenal; Croissant, Brioche, Fougase, Baguette, semuanya berasal dari Prancis. Karena jenis dan rasanya yang bermacam macam tak salah jika roti menjadi konsumsi utama orang Prancis. Paris juga memiliki "Le Cordon Bleu", salah satu sekolah kuliner dan perhotelan top internasional yang selalu menjadi sasaran untuk menuntut ilmu bagi pecinta kuliner.
Tidak lengkap jika tidak menyebut Paris sebagai kota mode dan karya seni. Paris adalah rumah bagi sejumlah brand fashion ternama di dunia, misalnya saja Chanel, Dior, Louis Vuitton, Cartier, Yves Saint-Laurent, dll. Paris Fashion Week, salah satu pergelatan akbar dunia fashion, merupakan cara Paris untuk memberikan apresiasi bagi karya karya desainer dunia.
Selain itu, Paris juga rumah bagi karya karya seni dunia. Siapa yang tidak kenal salah satu galeri seni paling terkenal di seluruh dunia, Museum Louvre. Selain dikenal dengan keunikan piramida kacanya, lukisan Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci dan berbagai karya seni dari seniman dunia juga disimpan dengan apik di museum ini.
Terletak di Eropa Barat dan berbatasan langsung dengan Swiss, Luxemburg maupun Jerman, budaya kerja Prancis terkenal berbeda dengan negara tetangganya. Orang Prancis terkenal dengan budaya kerjanya yang lebih santai dibanding negara tetangganya.
Jika di Jerman rata rata pekerjaan dimulai dari pukul 08.00 pagi, jangan heran jika kantor kantor di Paris memulai pekerjaannya di pukul 09.00 atau lebih siang dari itu. Jika di waktu istirahat orang Jerman hanya menghabiskan sekitar 1 jam, orang Prancis bisa lebih lama dari itu.
Orang Prancis bisa menghabiskan waktu 1 jam untuk menikmati pesanan espresso-nya. Bukan karena mereka malas, namun orang Prancis lebih senang menikmati dan menghargai momen yang mereka punya.
“Chinese people are mean behind your back. French people, mean to your face.” – Mindy, sahabat Emily asal China yang sudah lama menetap di Paris.
Walaupun Prancis terkenal dengan keromantisannya, orang Prancis juga tidak segan untuk melontarkan kritik dan evaluasi di depan. Tidak dibalut dengan ucapan manis maupun peribahasa, orang Prancis terbiasa melontarkan kritikan straight to the point . Orang Prancis percaya bahwa dengan mengapresiasi hal hal baik, jangan menjadikan kita mengacuhkan hal negatif atau kurangnya. Selalu ada sisi kurang yang bisa diperbaiki dan lebih baik diutarakan daripada naif akan kekurangan tersebut.
Orang Prancis bisa dibilang ekspresif dalam mengutarakan gestur tubuhnya. Salah satunya adalah kebiasaan cipika cipiki bila bertemu atau akan berpisah. Tak cukup hanya mengucapkan "Bonsoir" atau "Au revoir" orang Prancis sering menambahkan cipika-cipiki yang dilakukan selama 2x bahkan bisa sampai 4x semua tergantung daerahnya.
Nah, kalau kamu jadi Emily yang ditugaskan ke negara lain, jangan kaget ya dengan perbedaan budaya yang ada. Ingat peribahasa, "Tak kenal maka tak sayang", kenali budaya setempat dan berusahalah untuk beradaptasi. Walaupun mungkin tidak selalu dapat dimengerti, tetapi berusaha lah untuk menerima dan melihatnya dari sudut pandang lain. Karena, tiap tiap negara pasti memiliki budayanya sendiri yang menjadikannya unik.