Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Terjadinya Kerusuhan di Dalam Film Hotel Rwanda, Politik

cuplikan film hotel rwanda 2004 (dok. United Artists Lionsgate Films/hotel rwanda)
cuplikan film hotel rwanda 2004 (dok. United Artists Lionsgate Films/hotel rwanda)

Film Hotel Rwanda yang dirilis pada tahun 2004 adalah sebuah drama sejarah yang menggambarkan tragedi genosida di Rwanda pada tahun 1994. Film ini menyoroti kisah nyata Paul Rusesabagina, seorang manajer hotel yang menyelamatkan lebih dari 1.200 pengungsi di tengah kekacauan.

Kerusuhan yang digambarkan dalam film ini memiliki latar belakang yang kompleks dan menyakitkan. Banyak drama yang terjadi termasuk cerita sejarah dalam latar belakang terciptanya film tersebut. Berikut adalah lima penyebab utama terjadinya kerusuhan di dalam film Hotel Rwanda.

1. Ketegangan etnis antara hutu dan tutsi

cuplikan film hotel rwanda 2004 (dok. United Artists Lionsgate Films/hotel rwanda)
cuplikan film hotel rwanda 2004 (dok. United Artists Lionsgate Films/hotel rwanda)

Salah satu penyebab utama kerusuhan yang ditampilkan dalam Hotel Rwanda adalah konflik etnis yang telah berlangsung lama antara kelompok Hutu dan Tutsi. Kolonialisasi Belgia memperparah ketegangan ini dengan menerapkan sistem klasifikasi etnis yang memperlakukan Tutsi sebagai kelompok yang lebih unggul secara ekonomi dan sosial dibandingkan Hutu.

Ketika Rwanda memperoleh kemerdekaannya, Hutu mengambil alih kekuasaan, dan kebencian terhadap Tutsi semakin meningkat. Sentimen ini melahirkan kebijakan diskriminatif dan tindakan kekerasan yang meluas, yang akhirnya memuncak dalam genosida.

2. Propaganda media yang menghasut kekerasan

cuplikan film hotel rwanda 2004 (dok. United Artists Lionsgate Films/hotel rwanda)
cuplikan film hotel rwanda 2004 (dok. United Artists Lionsgate Films/hotel rwanda)

Dalam film tersebut, radio menjadi alat utama untuk menyebarkan propaganda kebencian. Radio RTLM (Radio Television Libre des Mille Collines) digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan kebencian terhadap Tutsi, yang disebut sebagai "kecoak."

Media ini memainkan peran besar dalam menghasut warga Hutu untuk membunuh tetangga mereka sendiri. Pesan yang disampaikan melalui radio memicu ketakutan dan kemarahan, yang mempercepat eskalasi kekerasan.

3. Kegagalan komunitas international

cuplikan film hotel rwanda 2004 (dok. United Artists Lionsgate Films/hotel rwanda)
cuplikan film hotel rwanda 2004 (dok. United Artists Lionsgate Films/hotel rwanda)

Film Hotel Rwanda juga menyoroti ketidakpedulian komunitas internasional terhadap konflik yang terjadi di Rwanda. Meskipun laporan tentang pembantaian telah sampai ke telinga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara Barat, respons yang diberikan sangat minim.

PBB gagal memperkuat pasukannya di Rwanda, dan sebagian besar warga asing dievakuasi tanpa memperhatikan nasib warga lokal. Kelambanan ini memungkinkan kekerasan untuk terus berlanjut tanpa intervensi yang berarti.

4. Kebencian yang terorganisir

cuplikan film hotel rwanda 2004 (dok. United Artists Lionsgate Films/hotel rwanda)
cuplikan film hotel rwanda 2004 (dok. United Artists Lionsgate Films/hotel rwanda)

Kerusuhan yang terjadi dalam film ini juga disebabkan oleh keberadaan milisi Hutu yang terorganisir, seperti Interahamwe. Mereka adalah kelompok paramiliter yang dilatih dan dipersenjatai untuk melakukan pembantaian terhadap Tutsi.

Kelompok ini memiliki strategi yang jelas dan komando yang terstruktur, sehingga mampu melakukan aksi kekerasan dalam skala besar. Persiapan dan distribusi senjata menunjukkan betapa sistematisnya rencana genosida ini.

 

5. Ketidakstabilan politik dan ekonomi

cuplikan film hotel rwanda 2004 (dok. United Artists Lionsgate Films/hotel rwanda)
cuplikan film hotel rwanda 2004 (dok. United Artists Lionsgate Films/hotel rwanda)

Sebelum genosida terjadi, Rwanda mengalami ketidakstabilan politik dan ekonomi yang signifikan. Krisis ekonomi yang melanda negara ini menciptakan ketidakpuasan di kalangan masyarakat, terutama di kelompok Hutu. Kemiskinan dan pengangguran yang meluas membuat rakyat mudah dimanipulasi oleh propaganda dan retorika kebencian.

Ketegangan politik semakin meningkat setelah Presiden Rwanda, Juvénal Habyarimana, yang berasal dari etnis Hutu, tewas dalam penembakan pesawat pada April 1994. Insiden ini memicu kekacauan yang memicu genosida secara besar-besaran.

Kerusuhan di dalam film Hotel Rwanda merupakan hasil dari kombinasi faktor sejarah, politik, sosial, dan ekonomi yang kompleks. Ketegangan etnis, propaganda yang menghasut, kegagalan komunitas internasional, organisasi milisi yang brutal, dan ketidakstabilan nasional menjadi pemicu utama tragedi tersebut. Film ini tidak hanya mengajak penonton untuk mengenang sejarah kelam ini, tetapi juga untuk belajar dari masa lalu agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
febi wahyudi
Editorfebi wahyudi
Follow Us