5 Sutradara yang Terlewatkan di Nominasi Oscar 2025, Kena Snub?

Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS) telah mengumumkan daftar nominasi pada Kamis (23/1/2025). Ini termasuk kategori Best Director yang memasukkan sutradara dengan karya terbaiknya sepanjang setahun terakhir. Mereka adalah Sean Baker (Anora), Brady Corbet (The Brutalist), James Mangold (A Complete Unknown), Jacques Audiard (Emilia Pérez), dan Coralie Fargeat (The Substance).
Namun, pemilihan nominasi ini menuai kritikan dari banyak pihak, terutama terkait kehadiran Jacques Audiard. Audiard dianggap menggambarkan stereotip yang klise dan kurang menghormati budaya Meksiko. Padahal, masih banyak sutradara yang dinilai lebih layak masuk nominasi Best Director. Berikut lima sutradara yang terlewatkan di nominasi Oscar 2025!
1. Oscar kembali mengabaikan Denis Villeuneuve meski Dune: Part Two sukses

Jika ada sutradara yang terlewatkan di Oscar 2025, Denis Villeuneuve harus berada di urutan pertama. Ini bukanlah pertama kalinya Villeuneuve mengalami snub dari Oscar. Sebelumnya, ia gagal masuk nominasi Best Director pada Oscar 2022, walau film Dune: Part One (2021) mendapat pujian dari kritikus dan penonton.
Sekuelnya, Dune: Part Two, membuktikan kualitasnya dengan skor Tomatometer 92 persen dan kesuksesan komersial sebesar 715 juta dolar AS atau Rp2,8 triliun. Film yang mengisahkan usaha balas dendam Paul Atreides ini mendapat dukungan dari dua sutradara ternama, James Cameron dan Steven Spielberg, yang menyebut film ini “sinema murni” dan “film fiksi ilmiah paling cemerlang”. Namun, keputusan AMPAS untuk mengabaikan Villeuneuve menjadi tanda tanya bagi penikmat film dan sineas.
2. Sineas menyayangkan absennya Edward Berger dari nominasi Best Director

Edward Berger adalah sutradara dan penulis asal Jerman yang sedang naik daun. Ia sukses menyutradarai film All Quiet on the Western Front (2021) dan berhasil membawa pulang piala Best International Feature Film di Oscar 2022. Tahun ini, Berger kembali menunjukkan visi yang kompleks dan emosional melalui film Conclave.
Sebenarnya, Conclave masih mendapat perhatian di Oscar 2025 dengan mendapat nominasi Best Picture dan Best Adapted Screenplay. Namun, Edward Berger gagal masuk sebagai nominasi Best Director. Hal ini sangat disayangkan, karena Conclave berhasil menciptakan nuansa ketegangan yang autentik dalam proses pemilihan Paus baru.
3. Pandangan Alex Garland yang visioner dalam Civil War pantas mendapat sorotan di Oscar

Alex Garland merupakan sutradara kebangsaan Inggris yang dikenal melalui film Ex Machina (2014) dan Annihilation (2018). Kedua film ini mengukuhkan reputasinya sebagai sutradara yang mampu menghasilkan film berkualitas tinggi. Makanya, tak mengherankan jika film terbarunya, Civil War, mendapat ulasan positif dari kritikus.
Civil War berhasil memotret situasi politik terkini di Amerika Serikat melalui sudut pandang pers. Visi brilian Alex Garland ini semakin diperkuat oleh performa akting yang solid dari Kirsten Dunst dan pemeran pendukung lainnya. Namun, Oscar tidak memberikan tempat spesial untuk Garland sebagai nominasi Best Director.
4. Muncul di Oscar 2022, Yorgos Lanthimos justru tidak bersinar di Oscar 2025

Familier dengan film Poor Things (2023) yang terkenal dengan nuansa surealisnya? Maka kamu mungkin mengenal sutradara di balik film itu, Yorgos Lanthimos. Setelah berhasil mengangkat namanya sebagai sutradara asal Yunani, dia menggarap film Kind of Kindness (2024).
Kind of Kindness adalah film antologi komedi drama yang mengangkat tema kejahatan, cinta, kekuasaan, dan kebaikan. Meskipun Kind of Kindness belum bisa menyaingi Poor Things, kedua film ini berhasil memperlihatkan keandalan Yorgos Lanthimos sebagai sutradara. Sayang seribu sayang, dia tidak masuk nominasi Best Director di Oscar 2025.
5. Challengers tidak cukup membawa Luca Guadagnino menjadi nomine Best Director

Luca Guadagnino, sutradara asal Italia, telah menggarap dua film yang mendapat ulasan positif, yaitu Challengers dan Queer. Dari kedua film ini, Challengers berhasil melambungkan namanya sebagai sutradara andal dalam Hollywood. Walau mendapat pujian dan sukses secara komersial, prestasi ini belum cukup untuk memasukkannya ke nominasi Best Director.
Luca Guadagnino dikenal dengan gaya penyutradaraannya yang unik, tak terkecuali Challengers. Film ini bercerita mengenai cinta segitiga yang rumit antara tiga pemain tenis. Kegagalan Guadagnino meraih nominasi Best Director diduga karena film ini dirilis pada awal 2024 yang membuat Challengers agak terlupakan saat pemungutan suara nominasi.
Kelima sutradara hebat tersebut seharusnya mendapat lebih banyak sorotan. Banyak sineas dan penikmat film yang mempertanyakan tolok ukur AMPAS dalam menentukan nominasi Best Director. Semoga ke depannya, AMPAS lebih menghargai keahlian dan inovasi para sineas yang terus mendorong batasan industri film.