6 Film dan Serial yang Bahas Isu Depresi Pascamelahirkan

Setelah melahirkan, seorang perempuan bisa merasakan yang namanya baby blues, yakni perubahan suasana hati, kegelisahan berlebih, perasaan oversensitif, hingga gangguan makan dan tidur. Kondisi tak nyaman ini bisa membaik saat ibu mulai bisa beradaptasi dan dapat dukungan yang tepat dari orang terdekat.
Namun, dalam beberapa kasus, baby blues bisa memburuk dan memicu munculnya gejala-gejala yang lebih berat dan mengarah pada depresi pascamelahirkan. Dilansir Mayo Clinic, depresi pascamelahirkan ditandai dengan kehilangan energi, rasa percaya diri dan self-esteem yang menurun drastis, kecenderungan mengisolasi diri dari keluarga dan teman, bahkan kehilangan minat melakukan hal-hal yang biasa disukai.
Beberapa tahun belakangan, baby blues dan depresi pascamelahirkan mulai diakui keberadaannya. Kontras dengan kondisi di masa lalu yang menganggap kondisi psikis ini sebagai keanehan bahkan aib. Selain mengedukasi diri lewat literatur, kamu bisa coba cari tahu lebih banyak lewat enam rekomendasi film dan serial soal depresi pascamelahirkan berikut.
1. Tully (2018)

Tully mungkin film yang paling sering disebut saat bicara depresi pascamelahirkan. Ia mengikuti kacamata seorang ibu bernama Marlo (Charlize Theron) yang baru saja melahirkan anak ketiganya. Meski bisa dibilang berpengalaman, Marlo tetap kewalahan mengurus bayinya.
Ia kemudian mendatangkan bala bantuan, yakni seorang pengasuh yang benar-benar mengerti kebutuhannya. Film ini berhasil memotret berbagai tantangan jadi ibu dan gejala sindrom pascamelahirkan dengan akurat. Lengkap dengan plot twist yang bikin kamu ternganga.
2. The Stranger in Me (2008)

The Stranger in Me meneropong kehidupan pasangan muda di Jerman yang sedang berbahagia atas kehadiran putra pertama mereka. Rebbeca (Susanne Wolff), sang ibu, baru menganggap semua akan berjalan lancar dan yakin naluri keibuannya akan membantunya melakoni fase itu.
Namun, siapa sangka, ia justru merasakan hal-hal di luar ekspektasi. Ada luapan emosi dan perasaan aneh yang menyelimutinya. Ia merasa bukan dirinya sendiri dan melihat putranya sebagai sosok asing.
3. Dahmer - Monster: The Jeffrey Dahmer Story (2022)

Serial Dahmer memang tidak khusus membahas soal depresi pascamelahirkan. Namun, ada satu segmen yang membahas masa kecil sang pembunuh berdarah dingin dan tampak bahwa sang ibu menunjukkan gejala depresi pascamelahirkan. Beberapa seperti percobaan mengakhiri hidup dan ketidakstabilan emosi, diperparah dengan suami yang tidak suportif.
Ini membuat Dahmer tak punya koneksi khusus dengan sang ibu dan harus tumbuh besar di tengah keluarga yang tak ideal. Ia lebih sering diabaikan dan pada akhirnya berdampak pula pada kepribadiannya.
4. Our Children (2012)

Our Children terinspirasi dari kisah nyata pembunuhan 5 anak oleh ibu kandung mereka sendiri di Prancis. Kejadian bermula saat sepasang suami istri harus tinggal di rumah mertua mereka yang posesif dan suka mengatur.
Setelah melahirkan anak kelimanya, sang istri mulai menunjukkan tanda-tanda depresi pascamelahirkan yang tak tertangani. Hal itu bahkan diperparah oleh tekanan eksternal dari mertua dan kerabat mereka.
5. A Mouthful of Air (2021)

Amanda Seyfried memerankan Julie, seorang ibu muda yang diharapkan merasakan kebahagiaan saat putrinya lahir. Namun, ia justru merasakan hal-hal sebaliknya. Perlahan tapi pasti, ia mulai mengisolasi diri, murung, dan tak lagi bersemangat menjalani pekerjaan yang biasa ia minati.
Ia pun merasa tak punya ikatan emosi dengan putri yang baru saja dilahirkannya. Film ini mengikuti perjuangan Julie yang awalnya menolak fakta bahwa ia mengalami gejala depresi pascamelahirkan.
6. Kim Ji Young, Born 1982 (2019)

Sama seperti Julie di film sebelumnya, Ji Young dalam film adaptasi novel laris Korea ini juga mengalami perubahan sikap setelah keluar dari pekerjaannya untuk fokus jadi ibu penuh waktu untuk putrinya. Seiring ia menghabiskan waktu bersama putri kecilnya, Ji Young justru teringat trauma-trauma masa lalu yang menghantuinya.
Saat kambuh, Ji Young akan berbicara layaknya ia sedang menjadi sang ibu atau adik perempuannya. Kondisi ini membuat hubungannya dengan orang terdekatnya pun jadi pelik.
Tak hanya bicara kondisi psikologis ibu, film dan serial tadi juga bermuatan kritik pada tatanan sosial yang patriarki dan condong membebankan semua tugas domestik pada perempuan. Wajib tonton kalau suka isu feminisme dan keadilan sosial secara umum.