6 Film Horor Stephen King Raih Skor 0 Persen di Rotten Tomatoes

Stephen King dikenal sebagai salah satu penulis horor paling produktif dan berpengaruh sepanjang masa. Karya-karyanya, mulai dari Carrie hingga It, telah menginspirasi banyak sineas untuk mengadaptasi novelnya ke layar lebar. Salah satu adaptasi terbarunya adalah Salem's Lot (2024), yang menandai kembalinya kisah vampir klasik King ke dunia sinema.
Salem's Lot dirilis di Max pada 3 Oktober 2024 lalu setelah sempat mengalami beberapa kali penundaan. Sayangnya, meskipun banyak diantisipasi, film ini menerima sambutan yang kurang positif dengan skor 44 persen di Rotten Tomatoes. Beberapa kritikus menganggap adaptasi ini gagal dalam menangkap esensi horor novel aslinya dan menonjolkan kengerian yang menjadi ciri khas King.
Namun, skor yang diraih Salem's Lot di Rotten Tomatoes belum seberapa dibandingkan dengan enam film horor adaptasi Stephen King lainnya yang justru meraih skor 0 persen. Penasaran dengan film-film tersebut? Yuk, kita lihat deretan film King yang dianggap gagal total oleh kritikus di Rotten Tomatoes!
1. Graveyard Shift (1990)

Diadaptasi dari cerita pendek karya Stephen King berjudul sama, Graveyard Shift menceritakan John Hall (David Andrews), seorang pekerja baru di sebuah pabrik tekstil. Ia ditugaskan membersihkan basemen pabrik pada sif malam. Namun, semakin dalam ia menjelajahi basemen, semakin mengerikan pula penemuan yang ia temukan.
Meski mempunyai premis yang unik, Graveyard Shift sayangnya dianggap sebagai salah satu adaptasi terburuk dari karya Stephen King. Film ini hanya mendapatkan skor 0 persen di Rotten Tomatoes. Apa yang salah dari film ini?
Salah satu masalah utama Graveyard Shift adalah penggambaran monster yang kurang memuaskan. Film ini mengisyaratkan adanya makhluk mengerikan di basemen pabrik, tetapi monster tersebut hanya muncul secara sekilas dan dengan cepat dibunuh. Hal ini membuat klimaks film terasa mengecewakan.
2. Sometimes They Come Back... for More (1998)

Sometimes They Come Back... for More merupakan sekuel dari Sometimes They Come Back (1991) dan Sometimes They Come Back... Again (1996) yang terinspirasi dari cerita pendek karya Stephen King. Namun, film ini mengambil konsep berbeda dari cerita orisinalnya. Alih-alih menghadirkan hantu-hantu jahat seperti dua film sebelumnya, film ini lebih fokus pada kisah dua saudara yang merupakan jelmaan anak-anak setan.
Sebenarnya, perbedaan ini memberikan napas segar dengan alur yang cukup menjanjikan. Namun, Sometimes They Come Back... for More gagal mencapai potensinya secara penuh karena kehilangan momentum di akhir cerita. Pada akhirnya, film produksi Trimark Pictures, bekas anak perusahaan Lionsgate, ini jatuh ke dalam stereotip film horor kelas B yang klise dan serba dangkal.
3. Children of the Corn 666: Isaac's Return (1999)

Kari Skogland adalah sineas asal Kanada yang telah menggarap sejumlah serial yang meraih pujian, seperti Queer as Folk, The Handmaid's Tale, dan The Falcon and the Winter Soldier. Namun, siapa sangka kalau sebelumnya, ia pernah mengarahkan sebuah film horor yang meraih 0 persen di Rotten Tomatoes?
Film tersebut adalah Children of the Corn 666: Isaac's Return, sekuel dari film horor klasik Stephen King, Children of the Corn (1984). Film ini menceritakan tentang Hannah (Natalie Ramsey), yang kembali ke desa kelahirannya untuk mencari ibunya dan mengungkap masa lalunya. Namun, saat ia tiba, Isaac (John Franklin), pemimpin kultus "He Who Walks Behind the Rows", mulai terbangun dari koma.
Kembalinya John Franklin sebagai Isaac 15 tahun setelah film pertamanya bahkan tak mampu menyelamatkan film ini dari nasib buruk. Banyak kritikus menilai bahwa film ini hanya dibuat untuk memanfaatkan popularitas karakter Isaac daripada mengembangkan cerita yang lebih menarik. Yang lebih mengejutkan, Children of the Corn 666: Isaac's Return bukan satu-satunya film dalam seri Children of the Corn yang dapat skor serupa!
4. Children of the Corn: Revelation (2001)

Setelah Children of the Corn 666: Isaac's Return (1999), hanya butuh dua tahun bagi seri Children of the Corn untuk mengeluarkan sekuel yang tak kalah buruknya. Children of the Corn: Revelation sebenarnya mencoba berinovasi dengan mengambil setting di kota alih-alih pedesaan seperti film-film sebelumnya. Namun, gedung apartemen yang terbengkalai dengan ladang jagung di sebelahnya yang menjadi latar seolah menjadi bentuk kemalasan kreativitas.
Tak hanya itu, plot Children of the Corn: Revelation juga sangat tipis dan tidak menarik. Penulis pribadi bahkan cukup kesulitan untuk menulis tentang film ini setelah menontonnya. Meski begitu, ada satu adegan kematian yang cukup menyeramkan, di mana salah satu karakter terbunuh saat mandi karena diserang oleh makhluk jahat yang berasal dari jagung.
5. Creepshow 3 (2006)

Creepshow adalah sebuah seri antologi horor yang terdiri dari lima segmen cerita pendek. Seri pertama dan kedua, yang ditulis dan dibuat berdasarkan kisah karya Stephen King, berhasil meraih kesuksesan kritis dan komersial. Namun, film ketiga ini justru dianggap sebagai aib bagi franchise Creepshow alih-alih menjadi penerus visi Stephen King yang menakutkan.
Segmen pertama, “The Radio”, adalah yang paling baik di antara semuanya. Segmen ini menceritakan seorang pria yang membeli radio baru yang dapat berbicara kepadanya dan menginstruksikannya untuk membunuh orang dan mencuri uang. Segmen ini memiliki plot yang solid dan berakhir dengan cukup cerdas.
Namun, kualitas ini tidak berlanjut dalam empat segmen lainnya. “Alice” dan “Call Girl” memiliki konsep yang menarik tetapi eksekusinya lemah. “The Professor’s Wife” memiliki plot yang absurd dan akting yang buruk. Sedangkan “Haunted Dog” dianggap sebagai salah satu segmen paling memalukan dalam sejarah film.
6. Children of the Corn (2009)

Children of the Corn menjadi film Stephen King terakhir yang meraih 0 persen di Rotten Tomatoes dalam daftar ini. Dirilis pada 2009 di Syfy, remake dari Children of the Corn (1984) ini sebenarnya terlihat cukup baik dengan beberapa adegan yang memikat secara visual. Namun, alur cerita yang lambat dan kurang mengejutkan membuat kritikus mudah kehilangan minat.
Remake ini menjadi pelajaran penting bagi para pembuat film tentang cara membuat remake yang baik. Salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan oleh pembuat Children of the Corn adalah mereka tidak belajar dari kekurangan film orisinal. Mereka malah mempertahankan aspek-aspek yang tak berhasil, seperti karakterisasi yang lemah dan dialog yang kaku, dan membuatnya terlihat jauh lebih menyedihkan.
Meski deretan film Stephen King ini mendapat skor 0 persen di Rotten Tomatoes, bukan berarti mereka sepenuhnya tidak layak ditonton. Kadang, bagi penggemar film horor, ada sensasi tersendiri saat menonton film-film yang dianggap buruk. Siapa tahu, kamu justru menemukan sesuatu yang menarik dari film-film ini, atau setidaknya, mereka bisa menjadi hiburan ringan saat malam Halloween nanti!