Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Film yang Ideal Ditonton saat Merasa Tersesat di Usia 30-an

Saint Frances (dok. Oscilloscope/Saint Frances)

Bukannya merasa lebih tenang, memasuki usia 30-an ada saja kekhawatiran dan masalah baru yang muncul. Rileks sedikit, kamu bukan satu-satunya yang merasakan hal ini, kok. Ada banyak orang di luar sana yang belum menemukan apa yang benar-benar mereka inginkan pada usia 30-an. Tak sedikit yang justru merasa tersesat dan terpaksa kembali ke garis start awal. 

Masalahnya, tidak semua orang transparan soal perasaan getir itu. Sebagai gantinya, kamu bisa kok menilik sekilas kehidupan orang di usia 30-an yang jauh dari kata tertata lewat beberapa film berikut. 

1. Saint Frances (2019)

Saint Frances (dok. Easy Open Productions/Saint Frances)

Saint Frances mengikuti Bridget (Kelly O'Sullivan), perempuan 34 tahun yang terjebak dalam pekerjaan menial. Tak cukup di situ, ia baru saja melakukan aborsi karena kehamilan tak direncanakan dan sembari bekerja harus berjibaku dengan efek samping dari prosedur itu. Filmnya tampak tak terstruktur dan cenderung minimalis, tetapi sukses mencerminkan realitas kehidupan orang 30-an yang tak selalu tertata. 

2. Thunder Road (2018)

Thunder Road (dok. Vanishing Angle/Thunder Road)

Thunder Road kurang lebih bicara isu yang sama. Ini soal Jim (Jim Cummings), pria 30-an yang secara bertubi-tubi diterpa musibah. Istrinya menggugat cerai dan ibunya baru saja meninggal dunia. Ketika masih berusaha mencerna masalah-masalah itu, ia harus bergelut di pengadilan untuk dapat separuh hak asuh atas putrinya. FIlmnya chaotic, kocak, tetapi kaya pesan life-affirming

3. Tick, Tick... Boom! (2021)

Tick, Tick... Boom (dok. Netflix/Tick, Tick... Boom)

Andrew Garfield didapuk jadi Jonathan Larson, pria yang memasuki usia 30-an dan menemukan karier musiknya stagnan. Di tengah keresahan dan tekanan eksternal  untuk sukses, Larson  mendengar suara berdenting di telinganya yang seolah-olah menuntutnya untuk segera berkarya dan meraih sesuatu. Pengalamannya berjibaku dengan penambahan usia itu akhirnya menginspirasinya menggubah musik yang sayangnya baru dirilis saat ia sudah tutup usia. Pesannya mengena, yakni untuk menikmati proses selagi masih ada waktu. 

4. All of Us Strangers (2023)

All of Us Strangers (dok. Searchlight Pictures/All of Us Strangers)

Pada dasarnya film All of Us Strangers adalah pergolakan batin seorang pria akhir 30-an bernama Adam (Andrew Scott). Pada usianya yang sudah matang itu, Adam masih punya luka yang belum tersembuhkan. Sebagai upaya mengobati luka batinnya, ia mulai membayangkan bilamana bisa berbicara langsung dengan orangtuanya yang sudah meninggal soal apa yang ia inginkan dan rasakan terhadap mereka. 

5. Lost in Translation (2003)

Lost in Translation (dok. Focus Features/Lost in Translation)

Bukan film rom com biasa, Lost in Translation menjelajahi koneksi dua orang asing yang tak sengaja bertemu di sebuah hotel di Tokyo. Datang dengan tujuan dan latar belakang yang berbeda, ikatan keduanya memang tak terduga, tetapi begitu menghanyutkan dan menenangkan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah perfilman, Lost in Translation tak ditutup dengan harapan kalau keduanya bakal bersama pada masa depan. Namun, itu sudah cukup bikin filmnya kaya pesan dan emosi. Salah satu karakter utama di film ini berusia pada kisaran akhir 20-an sampai awal 30-an. 

6. Showing Up (2022)

film Showing Up karya Kelly Reichardt (dok. A24/Showing Up)

Showing Up adalah slice of life seorang perempuan 30-an yang tinggal dan bekerja berdekatan dengan kedua orangtuanya. Ini bak dua mata pisau buatnya. Ada kalanya ia tak bisa mengeset batasan yang jelas antara isu yang perlu ia urus dan mana yang bisa diabaikan. Tak hanya dengan orangtuanya, dinamika hubungannya dengan tetangga dan adik laki-lakinya juga jadi sumber konflik di film ini. 

Setiap orang punya masalah dan perjuangannya sendiri. Tak peduli seberapa matang usiamu, sepertinya masalah bukan mereda, hanya berubah bentuk dan tipe. Kalau kamu merasa masih tersesat di usia 30-an, ingatlah kalau kamu bukan satu-satunya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us