Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Quo Vadis, Aida? (dok. Palace Films/Quo Vadis, Aida?)

Sebagai organisasi antarnegara terbesar di dunia, PBB berdiri dengan harapan bisa menjembatani kerja sama dan mempertahankan perdamaian dunia. Namun, ternyata di balik kemegahan organisasi itu, ada banyak limitasi bahkan penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi. 

Beberapa berhasil terungkap dan bahkan diadaptasi dalam berbagai film. Seperti keenam sinema yang datang dari berbagai penjuru dunia berikut. Ada yang kritiknya langsung, ada pula yang tersirat, langsung tonton untuk tahu lebih. 

1. Quo Vadis, Aida? (2021)

Quo Vadis, Aida? (dok. Palace Films/Quo Vadis, Aida?)

Quo Vadis, Aida? bisa jadi contoh terjelas kelemahan PBB saat atasi konflik. Terinspirasi dari sebuah tragedi kemanusiaan yang tak bisa digagalkan PBB di Srebrenica, Bosnia pada 1995, film ini ditulis lewat sudut pandang tokoh fiktif bernama Aida. Ia bekerja sebagai interpreter di markas pasukan penjaga perdamaian PBB di kota itu. Satu hari di tengah kesibukannya bekerja, arus pengungsi Bosnia termasuk suami dan dua putranya membanjiri markas tersebut untuk mencari perlindungan. Tak siap dan kekurangan logistik, PBB melakukan satu kesalahan fatal yang membekas di benak warga Bosnia hingga kini. 

2. No Man's Land (2001)

No Man's Land (dok. Noé Productions/No Man's Land)

No Man's Land berlatarkan konflik yang sama dengan film sebelumnya, yakni perang yang mengiringi perpecahan Yugoslavia pada 1990-an. Bedanya ia ditulis dari sudut pandang  sekelompok tentara Serbia dan Bosnia yang terjebak di zona netral dan kesulitan untuk keluar. Mereka kemudian meminta bantuan pasukan penjaga perdamaian PBB, tetapi justru terbentur birokrasi yang rumit. Ini sebuah tamparan keras buat organisasi antarnegara dengan anggota terbanyak di dunia itu. 

3. The Whistleblower (2010)

The Whistleblower (dok. Samuel Goldwyn Films/The Whistleblower)

Diadaptasi dari kisah nyata seorang pegawai PBB bernama Kathryn Bolkovac, The Whistleblower adalah kesaksiannya soal keterlibatan mitra PBB dalam tindak perdagangan manusia dan perbudakan modern yang mengorbankan anak-anak perempuan di bawah umur di Bosnia pada 1999. Karakter Bolkovac diperankan aktris kawakan Rachel Weisz. Miris, mengganggu, dan bikin gusar, tipe film yang tak mudah untuk ditonton. 

4. Official Secrets (2019)

Official Secrets (dok. Entertainment One/Official Secrets)

Official Secrets adalah film tentang tokoh nyata bernama Katharine Gun, seorang pegawai intelijen Inggris yang membocorkan sebuah upaya konspirasi Inggris dan Amerika Serikat guna meloloskan resolusi invasi ke Irak pada 2003. Untuk melakukannya, dua negara itu melancarkan aksi spionase untuk mencari kelemahan negara-negara anggota tidak tetap PBB agar bersedia memberikan suaranya. Meski kritiknya tak langsung menyasar PBB, film ini membuka mata kita tentang celah-celah yang bisa dimanfaatkan negara-negara tertentu untuk mendapat kepentingannya. 

5. Reflection (2021)

Reflection (dok. ForeFilms/Reflection)

Reflection mungkin jadi film kesekian yang ditulis dari sudut pandang warga Ukraina selama negara mereka terjebak dalam perang dengan Rusia. Latarnya Donbass sebelum invasi langsung Rusia pada 2022. Region di Ukraina bagian Timur itu sejak 2014 terjebak dalam konflik sengit tiada ujung karena keberadaan pasukan separatis yang didukung Rusia.

Ceritanya ditulis dari perspektif seorang dokter bedah yang tertangkap pasukan pemberontak, diinterogasi, disiksa, dan dipaksa mengakui kesalahan yang tak pernah dilakukannya. Meski tak mencatut PBB secara langsung, konflik di Ukraina yang sampai sekarang masih berlangsung adalah bukti kesekian kegagalan PBB menyelesaikan konflik. 

6. Advocate (2019)

Advocate (dok. International Documentary Film Festival Amsterdam/Advocate)

Sama dengan kemelut yang tak ada habisnya di Palestina dan Israel yang juga sampai sekarang gagal diselesaikan PBB. Kamu bisa melihat absennya PBB di sana lewat film Advocate yang berupa dokumenter biografi seorang pengacara Yahudi berkebangsaan Israel bernama Lea Tsemel. Sebagai aktivis HAM pro-Palestina, selama bertahun-tahun Tsemel fokus memberikan hak hukum untuk warga Arab Palestina yang dituduh melakukan aksi teror oleh otoritas Israel. 

Mirisnya, banyak dari mereka adalah anak-anak di bawah umur dan diadili di pengadilan militer. Bahkan mereka dipaksa menandatangani dokumen pengakuan dalam bahasa Ibrani yang jelas tak mereka pahami. Meski itu melanggar hukum internasional, Israel dengan mudahnya melancarkan proses peradilan macam itu tanpa konsekuensi berarti. Ini yang disorot Tsemel dan kreator film ini. 

Film adalah cara terbaik untuk memupuk empati dan membuka mata kita terhadap isu-isu yang mungkin kita lewatkan. Termasuk kritik pedas terhadap PBB tadi yang bikin kita makin melek dan paham mengapa masih banyak konflik dan ketidakadilan di bumi ini. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team