Jerman Lanjutkan Kerja Sama dengan Badan PBB untuk Palestina

Jakarta, IDN Times - Jerman berencana melanjutkan kerja sama dengan badan PBB untuk Palestina (UNRWA) di Gaza. Keputusan ini diambil setelah dirilisnya tinjauan independen mengenai netralitas UNRWA dan dugaan keterlibatan beberapa pegawai badan tersebut dalam serangan 7 Oktober.
Menurut penyelidikan yang dipimpin oleh mantan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna, Israel disebut belum memberikan bukti atas tuduhannya bahwa ratusan staf UNRWA merupakan anggota pejuang Hamas.
1. UNRWA diminta segera terapkan rekomendasi dari laporan tersebut
Kementerian luar negeri dan bantuan pembangunan Jerman mendesak UNRWA untuk segera menerapkan rekomendasi dari laporan tersebut, termasuk memperkuat fungsi audit internal dan meningkatkan pengawasan eksternal terhadap manajemen proyek.
“Untuk mendukung reformasi ini, pemerintah Jerman akan segera melanjutkan kerjasamanya dengan UNRWA di Gaza, seperti yang telah dilakukan oleh Australia, Kanada, Swedia dan Jepang,” kata kementerian, dikutip Reuters.
UNRWA, yang didirikan pada 1949, memberikan layanan pendidikan, kesehatan dan bantuan kepada jutaan warga Palestina di Gaza, Tepi Barat, Yordania, Lebanon dan Suriah. Badan tersebut mempekerjakan 32 ribu orang di seluruh wilayah operasinya, dengan 13 ribu di antaranya berada di Gaza.
Israel sendiri telah lama mengeluhkan keberadaan UNRWA. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahkan menyerukan agar badan tersebut ditutup karena dianggap berupaya melestarikan masalah pengungsi Palestina.
2. Sekitar 10 negara telah melanjutkan kembali pendanaan untuk UNRWA
Tuduhan Israel mengenai keterliban 12 staf UNRWA dalam serangan Hamas menyebabkan 16 negara menangguhkan pendanaan sebesar 450 juta dolar AS (sekitar Rp7,2 triliun) untuk badan tersebut. Ini menjadi pukulan besar bagi UNRWA, yang bergulat dengan krisis kemanusiaan di Gaza sejak Israel melancarkan serangannya di sana.
UNRWA mengatakan bahwa 10 dari negara tersebut telah melanjutkan pendanaan, sedangkan Amerika Serikat (AS), Inggris, Italia, Belanda, Austria dan Lithuania belum mengambil langkah serupa. Seorang juru bicara PBB mengatakan bahwa UNRWA saat ini memiliki cukup dana untuk membiayai operasinya hingga Juni.
AS, yang sebelumnya merupakan donor terbesar bagi UNRWA, telah menangguhkan sumbangannya paling cepat hingga Maret 2025.
3. Media Israel sebut invasi Rafah akan segera terjadi
Sementara itu, invasi militer Israel ke kota Rafah di Gaza selatan dilaporkan akan segera terjadi. Media Israel mengatakan bahwa persiapan sedang dilakukan untuk mengevakuasi lebih dari 1 juta warga sipil Palestina yang berlindung di sana.
Israel telah mengisyaratkan akan melancarkan invasi ke Rafah dalam beberapa pekan terakhir, namun operasi tersebut terhambat karena perselisihan dengan AS. Para pejabat AS mengatakan harus ada rencana untuk mengevakuasi warga sipil dengan aman sebelum serangan semacam itu terjadi.
Kemarahan pun meningkat di seluruh dunia mengenai rencana serangan tersebut
“Semua orang tampaknya menghitung mundur perang di kamp pengungsian terbesar di dunia, yaitu Rafah,” kata ketua Dewan Pengungsi Norwegia Jan Egeland, dikutip Al Jazeera.
Ia memperingatkan bahwa serangan darat terhadap Rafah akan menjadi situasi apokaliptik.